Chapter 1 : Labrak

1K 208 184
                                    

Happy Reading ❤

Manda berjalan gontai saat ia masuk ke area kantin. Sepasang mata semua menunju pada gadis berseragam minim itu yang kini memilih duduk di pojok kantin. Kedua temannya membawakan makanan favorit mereka, anehnya, Manda hanya ikut - ikutan memesan namun sama sekali tidak di makan, mie ayam Ujang beserta es doger Ujang.

Ujang, nama brand terkenal seantero SMA Garuda, brand yang sering Manda iklankan di Instagram atau Facebook. Manda baru saja mengupload foto mie ayamnya dan ia post di Instagram miliknya.

"Man, lo tahu gak? Followers Instagram gue nambah, anjiir!" seru Alya kegirangan,

"Weshh! Congratulation ya. Emang nambah berapa, Al?" Alya merekahkan senyumnya lebar - lebar. "Nambah 1 followers, sumpah! Gue seneng bangeett!"

Sindy mendengus kesal atas penuturan Alya, tatapannya beralih pada 3 laki - laki yang baru saja masuk ke area kantin. Ia paham dan tentu saja ingat si pemilik wajah itu. Matanya melirik Manda yang terlihat aura kebencian di wajahnya.

"Sin, Lo kenal dia, gak?" tanya Manda antusias,

Merasa namanya di panggil, Sindy mendongakkan kepalanya itu, lalu tatapannya mengarah pada seseorang yang Manda maksud.

"Kenal," sahut Sindy sembari menyantap mie ayam miliknya.

"Gue harus kasih dia pelajaran!" Manda melipatkan kedua tangannya, ditaruh di depan dada. Ia menatap sosok laki yang kini sedang tertawa lepas bersama kedua temannya itu.

"Seriusan?" Sindy mendongakkan kepalanya saat ia mendapati Manda yang bangkit dari bangkunya.

Sementara Sindy menatap Manda curiga, mencium bau bau akan adanya peristiwa gempar yang akan Manda lakukan.

"Mau apa lo?" Manda tersenyum licik, "Kasih dia pelajaran!" seru Manda menggebu.

"Nekat banget sih, lo!"

"Bodo!"

"Nanti aja lah, Man. Rame kek gini lo mau atraksi apa lagi ya Tuhan?!" Manda pergi begitu saja dari hadapan Sindy.

"Eh? Manda mau kemana?" Alya yang baru sadar atas kepergian Manda kini menatap punggung Manda dari kejauhan. "Biasa, dia mau jungkir balik." balas Sindy yang ikut menatap punggung Manda dari kejauhan.

***

Brakk!!!

Manda menggebrak meja hingga berhasil membuat tubuh ketiga laki itu terlonjak secara bersamaan. Mereka menatap ke pelaku dengan tatapan bingung.

"Lo siapa, sih? Berani - beraninya, ya... Lo bilang gue murahan?!" ketiga laki itu saling pandang, mereka malah tertawa renyah seakan pertanyaan Manda itu sebuah lelucon bagi mereka.

"Lo semua gila, ya?" salah satu dari ketiga laki tersebut berdiri, menghadap Manda dan memandanginya dengan pandangan tidak suka.

"Mulutnya autis banget, gue pengen gampar lo. Boleh gak? Khusus buat cewek murahan kayak lo yang gak tahu malu sama cara pakaian lo yang minim ini!" Manda mengeram kesal, tangannya mengambil gelas berisi teh manis dan tanpa ba bi bu ia menyiram wajah laki itu.

"GUE GAK MURAHAN!" terdengar suara Manda yang bergetar, seperti detik - detik ingin menangis. "Terus? Maksud dan tujuan lo buat apa pake baju kek gini? Dalam rangka apa, neng?" semua yang berada di dalam kantin terdiam. Suasana hening membuat teman Manda bergeming, tidak bisa membantu Manda.

"Gue tahu, Lo itu anak pemilik sekolah ini, gue tahu, kalau harta warisan lo berlimpah dan hidup lo itu penuh dengan uang, tapi... Semua itu percuma! Perilaku dan ucapan lo itu bener - bener menunjukan bahwa lo gak punya akhlak! Lo murahan!"

"Lo niat sekolah gak, sih? Pakaian gitu amat. Lomba ajang aurat, neng? Lo itu perempuan, seharusnya jaga ucapan dan penampilan lo! Emang benar, laki memang suka dengan perempuan yang terlihat hot. Tapi akan jauh berbeda dengan perempuan yang lebih menjaga ucapan dan pakaiannya. Lebih banyak dilirik laki! Gue gak tau, sih... Alur pemikiran lo itu, coba sekali - kali minta dirukiyah, biar sadar!"

Manda menatap laki itu dengan penuh kebencian, lalu ia berlari meninggalkan kantin dan meneteskan air mata itu disetiap lorong yang ia lewati itu.

***

"Sumpah! Gue gak bisa buat Manda nangis gara - gara ucapan curut itu! Bajigur sekali dia!" tutur Sindy dengan kekesalan yang meluap - luap.

"Udah deh, Sin. Mending kita samperin Manda, gue tahu sekarang Manda dimana,"

"Emang dimana?"

"Dilubuk hatikuuu!" dan benarkan, Alya memang sudah tidak waras!

***

Manda menarik napasnya, ucapan Davano terngiang jelas di otak dan telinganya. Matanya menatap sendu pemandangan keramaian Ibu Kota dari rooftop. Lebih baik ia mengepulkan rokok elektriknya yang mampu menenangkan hatinya walaupun pikirannya masih memikirkan kejadian barusan.

"Gue harus apa? Gimana cara buat balas dendam ke cowok curut itu?" Manda kembali menyesap rokoknya tanpa beban, membuang asapnya ke udara. Dan terus menerus seperti itu.

"ARGHHHH!" teriak Manda frustasi.

***

"Parah Van! Lo buat Manda nangis, inget Van! Lo itu cowok! cowok! Cowok Van!" ujar Jordan yang mengingati.

"Lebay!" tukas Davano tanpa menanggapi ucapan sahabatnya itu, ia lebih baik meneguk air mineral untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering akibat ceramah dadakannya tadi.

"Seharusnya lo jangan ngomong kek gitu, Van."

"Emang kenapa?"

"Lo gak takut semisal dia ngadu ke nyokap bokapnya, terus ngomong blablabla," Davano terkekeh pelan mendengar penuturan Jordan yang sewot dari tadi.

"Segitu Manjanya, ya?"

"Iya lah, kayak gak tahu Manda aja. Nih ya, cewek model kayak dia itu pasti kudu ini itulah, celana dalam pasti bermerk, pasti harganya fantastis!"

"Masa iya? Celana dalam model apaan tuh?" sahut Davano yang pura - pura bego.

"Gak tahu, gue gak pernah pake celana dalam soalnya!" Davano menggeleng pelan kepalanya, ia rasa percakapan ini terlalu vulgar.

"Emang dia manja banget?"

"Iya Van! Lo tau gak? Dulu gue pernah nyenggol mobil mewahnya itu. Nah, terus dia gak terima kalo gue nyenggol! Dia palak gue abis - abisan. Sampe emak gue marah - marah gegara duit gue ludes abis dipalak cewek itu!" ujar Rizky menggebu -gebu.

"Matre, dong?"

"Emang! Saking gregetnya, ban mobilnya sengaja gue gembesin semuanya!" ucap Rizky tak mau kalah sewot dari Jordan.

"Udah, deh, Van. Mendingan lo minta maaf aja ke Manda." Jordan menepuk pundak kanan Davano lirih.

"Lo itu cowok, Van. Gue tahu... Lo emang gak suka sama sifatnya, tapi seenggaknya jangan sampe ngomong kasar kayak tadi ke Manda, inget Van. Dia cewek, sekali sakit emang bener - bener gak main!" Davano terdiam. Ia mencoba mencerna ucapan Jordan barusan.

"Bener, tuh!" timpal Rizky yang kini kesewotannya reda akibat penuturan Jordan barusan.

"Lumayan lah, Van. Body nya dia tuh gini," ujar Jordan menggambarkan lekukan tubuh Manda di udara.

"Bisa buat mainan, ya gak?" Rizky tertawa jahil dan mereka malah ber'tos'ria sambil meneguk air mineral yang ada di meja itu.

Davano termenung, sedetik kemudian ia mendongakkan kepalanya. "Dasar sableng!"

Apakah ia harus meminta maaf ?

Votenya jangan lupa :))

Uneg unegnya dong(ʘ言ʘ╬)

ManDavanoWhere stories live. Discover now