Chapter 46 : Davano

205 28 24
                                    

💜💜💜

Manda turun dari motor besar Egar, ia mengembalikan helm yang ia pakai tadi. Sejenak Manda menghela napas.

Egar melirik sekilas, lalu turun dari motor besarnya itu. Kedua tangannya memegangi pundak Manda.

"Kenapa lo?" Tanya Egar.

"Badmood, ya?" Tebak Egar.

Manda mendongak, lalu tersenyum tipis.

"Ya.. bisa dibilang gitu," Manda berdehem pelan.

"Btw, makasih ya, Gar, atas tumpangannya."

Egar tersenyum, lalu tangannya beraluh mengacak puncak rambut Manda gemas.

"Iya." Balas Egar sambil tersenyum.

"Gar?"

"Apa?"

Manda menunduk, "Oiya, tadi, kan.. pas di parkiran sekolah.. itu.. jangan dibawa hati, ya? Gue cuma bercanda." Manda terkekeh kikuk.

Egar berdehem singkat, "Ya." Jawab Egar.

"Gar?"

"Apa?"

Manda menatap Egar lekat, ia melihat pahatan Tuhan yang indah, tangan Manda dengan lancang menyentuh wajah Egar.

"Man!" Tegur Egar.

Manda menjauhkan tangannya, lalu ia menatap Egar bingung.

"Apa?" Bingung Manda.

Egar menghela napas, lalu ia mengedikkan bahunya cuek.

Dasar Egar!

Seusai berpamitan dengan Manda Egar menaiki motor besarnya itu. Meninggalkan Manda yang terpaku di tempat.

"Egar ganteng," ucap Manda tiba tiba.

"Tapi lebih ganteng Davano, sih. Hehe." Tambah Manda sembari berjalan masuk ke dalam pekarangan rumahnya.

***

Manda, ayo makan bareng sama kakak, btw, kakak masakin makanan kesukaan kamu, loh. Ayo ikut kakak ke-"

"Manda capek," ucap Manda datar. 

Fira menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu, "tapi, kamu nggak bisa gitu? Ngeluangin waktu buat makan bareng?" 

Manda membalikkan badannya, lalu menatap kakaknya itu dengan datar. 

"Oke," 

Fira membelalakkan kedua bola matanya tak percaya, ia tersenyum manis. Lalu meraih tangan kanan adiknya itu dengan penuh perasaan.

"Terima kasih, kakak sayang kamu." 

Manda melangkah mundur, lalu memberi intruksi agar Fira tidak mendekat. 

"Jangan buat mood gue hancur!" Peringat Manda. 

Lagi lagi Fira hanya bisa mengalah, ia mengangguk pasrah.

"Yaudah, gue mau ganti baju dulu." 

***

Di lain tempat, Davano sedang duduk di teras sembari me?atap kedua sahabatnya dengan tatapan tak bersahabat. 

Davano menghela napas, kelakuan Jordan dan Rizky memang benar benar unfaedah, mereka sibuk menghitung setiap helai rambut yang ada di kepalanya itu. 

"Seratus lima, seratus enam, seratus tujuh, seratus delapan," ujar Jordan sembari menghitung rambutnya dengan tangan kanannya itu, tangan kirinya memegangi pecahan cermin.

ManDavanoWhere stories live. Discover now