Chapter 36 : Apartment

282 38 36
                                    

Wordnya lumayan banyak nih, Komen nembus 35 bisa? Gak bisa juga nggak papa :")

Manda tak henti henti tersenyum di perjalanan pulang, ia menyembunyikan wajahnya yang memerah di balik hoodie milik Davano.

Tak lupa juga, pelukan erat yang memberi kehangatan antara dua insan yang kini sibuk dengan dunia mereka sendiri sendiri.

Manda tersenyum, ia mengeratkan pelukannya, kini dagunya ia taruh di bahu Davano.

Davano melirik sekilas, ia tak menanggapi hal itu, laki itu sibuk menatap ke arah depan, fokus berkendara.

Tak butuh waktu lama, motor Davano memasuki sebuah pekarangan rumah, rumah itu sederhana bernuansa abu-abu dan hitam, suasananya pun sepi.

"Turun." Perintah Davano dingin.

"Iya iya, ini juga mau turun, sabar etdah maemunah!" Sewot Manda.

Davano memutar bola matanya malas, ia menerima helm yang Manda sodorkan.

"Makasih loh uda-"

"Sama sama." Balas Davano cepat, ia malas bercakap panjang lebar.

"Yee dasar maemunah! Asal main potong pembicaraan orang aja lu!"

Davano menghela napas berat, malas bertengkar.

Davano menyalakan mesin motornya,

"Mau pulang sekarang?" Tanya Manda.

"Hmmm."

"Pulang sekarang?" Tanya Manda lagi.

"Tahun depan," jawab Davano asal.

Manda memutar bola matanya malas. "Yaudah deh, gue mau masuk dulu."

"Man," Manda menoleh.

"Iya? Ada apa Davano?"

"Gak mau cium pipi gue dulu?"

Kedua bola mata Manda melotot.

"A.. apa Davano?" Tanya Manda ulang.

"Nggak jadi."

Manda melengos pelan, ia menganggukkan kepalanya mengiyakan.

"Yaudah deh, gue masuk dulu."

Davano mencekal pergelangan tangan Manda.

"Sini." Perintah Davano.

"Hah?"

"Sinian dulu, bentar."

Manda menurut, ia mendekat ke Davano, menatap laki itu bingung.

"Kena-"

Cup.

Davano mencium punggung tangan kanan Manda, lalu beralih mencium kening Manda dengan perasaan.

Seusai itu, Davano menjauh beberapa senti, ia mengaitkan helmnya itu.

"Gue cabut." Ucap Davano datar.

Manda sama sekali tak berkutik, ia sibuk meremas ujung rok sekolahnya itu.

"Hei." Davano menyentil kening Manda pelan.

"A.. apa Davano?"

"Gue cabut," ujar Davano lembut, tak lupa senyuman yang mampu membuat Manda kelimpungan.

"I.. iya iya.. yaudah gih sana,"

"Lo ngusir gue?" Manda melotot, lalu menggeleng cepat.

"Enggaaak!"

ManDavanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang