Chapter 43 : Dia berhasil

166 26 41
                                    

Manda menatap Davano horor, lalu mengalihkan pandangannya pada plafon yang terlihat rapuh, namun masih bertengger di atas sana.

"Ibu buru buru masak, loh! Ayo dimakan sayur bayamnya! Mumpung masih hangat, jadi seger seger gimanaa gitu."

Manda mengembuskan napas panjangnya itu, ia melirik nasi beserta sayur bayam yang berada di depannya.

"Kenapa?" Tanya Davano setengah berbisik.

"Hah?"

"Lo nggak suka, ya?" Tebak Davano pelan.

"Kalau lo nggak suka, lo bisa-"

"Suka, kok." Potong Manda cepat.

Davano tertegun, kumat apa ini anak?

Dengan cekatan Manda melahap makanan yang ada di hadapannya itu.

Aneh, sih?

Davano berdehem pelan. "Bu, Bapak mana?"

"Ooh, bapak lagi jualan."

"Jualan?" Alis Manda tertaut.

"Jualan apa, Bu?"

"Mana saya tahu, saya kan ikan." Sahut Bu Eti datar.

"Eh?"

Manda mengerjap ngerjapkan kedua matanya berkali kali.

Bu Eti terkekeh pelan. "Ibu bercanda, Manda."

"Suami saya jualan kerak telor, ya.. bukan cuma kerak telor, sih. Ya.. makanan ala pinggir jalan gitu." Ujar Bu Eti.

Lalu tersenyum sumringah.

"Setiap sore, suami saya sudah siap jualan, pulangnya tuh sekitar pukul sembilan, eh? Tergantung sih, kalau lagi ramai bisa pulang lebih gasik. Tapi kalau lagi sepi ya.. gitu."

Manda manggut manggut, hawa kecanggungan akhirnya sedikit menipis, Manda menaikkan satu alisnya.

"Jualan sendirian, Bu?" Tanya Manda.

"Ng-nggak, sih. Kadang kadang juga Davano bantuin bapaknya."

Manda melirik Davano, tersenyum malu malu saat tatapannya direspon tatapan dari Davano.

Davano bergidik ngeri, satu tangannya langsung mengambil air minum yang ada di dekatnya itu.

"Oiya, Davano?"

Davano mendongak, menatap Bu Eti bingung.

"Apa?"

"Katanya kamu mau bawa Echa ke sini?" Tanya Bu Eti tiba tiba.

"Kapan kamu ngajak Echa main?" Tanya Bu Eti lagi.

Manda melirik Davano, tatapannya seakan menyiratkan beribu tanda tanya.

"Kapan kapan, Bu." Akhirnya Davano menjawab.

"Kapan kapannya kapan?" Desak Bu Eti.

"Ya kapan kapan."

"Kapan kapan kapannya kapan?"

Davano menoleh ke arah Manda, ia lalu bangkit.

"Udah malam, Bu. Davano mau antar Manda pulang dulu, ya?"

Bu Eti mengangguk. "Iya, hati hati di jalan!" Seru Bu Eti.

"Awas nabrak angin!" Seru Bu Eti lagi.

***

"Van, kok buru buru banget? Kan aku mau ngomong banyak sama ibumu."

"Gak usah pura pura, Man." Davano menyela. "Gue tahu kalau lo nggak suka."

ManDavanoDonde viven las historias. Descúbrelo ahora