Chapter 38 : Syok

225 30 40
                                    

"Gar, gue.."

Bukh!

Egar meringis saat Manda tiba tiba menonjok perut six pact nya.

Egar menaikan satu alisnya, "Kok lo nonjok perut gue, sih!"

Manda terkekeh pelan, tangannya bergerak mengelus perut Egar pelan.

"Lagian sih! Emangnya sakit, ya?" Tanya Manda hati hati.

"Nggak sih." Ujar Egar jujur,

"Lo mau jadi pacar gue?" Tanya Egar mantap.

"Hah?" Tangan Manda menjauh dari perut Egar, dengan pergerakan cepat Manda menonyor kepala Egar.

Cukup keras.

"Ish! Jangan bercanda!"

Egar memegangi kepalanya, ia menggeleng kepalanya cepat.

"Gue nggak bercanda! Gue serius." Ucap Egar yakin.

"Masa?"

"Iya." Jawab Egar pelan.

Manda menekan nekan pipi kirinya, ia tersenyum.

"Gak percaya gue," Manda menjeda.

"Coba buktikan!" Lanjut Manda menantang.

Egar tersenyum, ia mengambil tangan kanan Manda, ia letakkan tepat di dada.

"Tau letaknya hati di mana?" Tanya Egar.

"Enggak." Jawab Manda polos.

Egar mendecak pelan, "Etdah, jawab 'iya' gitu!" Perintah Egar.

Manda berohria, ia mengangguk paham.

Egar menarik napasnya panjang, lalu ia menggenggam erat tangan Manda, penuh perasaan. Tak lupa senyum yang mampu membuat kaum hawa menjerit histeris. Jika dibandingkan dengan Davano, Egar juga tak kalah tampan!

Egar mendekat satu langkah, "Lo tau letaknya hati di mana?"

Manda mengangguk yakin. "Iya."

"Lo percaya, nggak kalau di hati gue ada nama elo?"

"Nggak." Jawab Manda polos.

Egar kembali mendecak kesal, ia mencoba tersenyum.

"Gak percaya?" Tanya Egar.

"Iya."

"Kalau lo nggak percaya, lo bisa belah hati gue sekarang, di sini, pakai pisau, belati, gunting, juga nggak papa." Ungkap Egar ngaco.

Manda tersenyum psychopat. "Yakin? Gue ambil pisau dulu, ya?"

Egar berdecak pelan. "Man."

"APAAN!"

"Lo mau jadi pacar gue, kan?"

***

Egar terhenyak pelan, Manda dengan nyelonong pergi meninggalkannya begitu saja, Egar menatap punggung Manda lama.

Jelas, sedikit sakit hatinya.

Manda menolak cintanya dengan begitu saja, sakit, sih. Tapi nggak berdarah.

Egar menghela napas panjang, seharusnya ia sadar, lagipula siapa sih dirinya? Dia juga sudah tahu kalau dihati Manda hanya ada Davano seorang, kenapa ia tak berpikir dua kali lipat!

Egar melepas kancing seragam atasnya, hawa disekitarnya tiba tiba panas, mungkin karena perasaannya sedang tidak beres.

Egar sedikit tersentak kaget saat ponselnya berdering, ia menatap layar ponselnya itu sebentar dengan tatapan bingung.

ManDavanoTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon