Chapter 5 : Earphone

529 160 93
                                    

Cewek berseragam minim itu memasangkan earphone nya ditelinga kanan dan kirinya sembari mengikuti alunan musik yang menggema di kedua telinganya.

Posisi duduk yang strategis berada di belakang pojok ruangan, membuatnya nyaman sekaligus memberi benteng pertahanan dari tatapan guru yang sedang mengajarnya.

Cewek itu mengangguk - anggukan kepalanya, mengikuti alunan musik dari earphone nya itu.

"Amanda."

Cewek itu sama sekali tidak mendengar panggilan dari Pak Toni, selaku guru Bahasa Indonesia itu.

"Amanda!" suaranya meninggi satu oktaf, namun sama sekali Manda tidak mendengarkannya.

"Amanda Raisa Putriana!" masih sama, Manda sama sekali tidak mendengarkan suara Pak Toni itu.

Tak segan - segan, satu penghapus papan tulis melayang tepat mengenai meja Manda dengan suara yang cukup keras, membuat Manda terlonjak kaget sembari mencopot earphone nya.

"Astoge! Kaget gue! Siapa yang lempar ini ke gue? Hah?" tanya Manda, seakan dirinya sama sekali tidak merasakan rasa bersalah.

"Man, yang lempar Pak Toni." lirih Sindy.

Manda tercengang, lalu merekahkan senyumannya.

"Hehe... ada apa, Pak? Maksud dan tujuan Bapak mukul meja saya dengan penghapus?"

"Keluar kamu!"

"Serius, Pak?"

"Serius!"

"Demi apa, nih?" Manda malah sempat - sempatnya menganggap hal ini bercanda.

"AMANDA! KELUAR!"

Manda memberi hormat pada Pak Toni, "SIAP KOMANDAN! LAKSANAKAN!"

"Tiap hari kayak gini terus kayaknya enak, deh." gumam Manda sembari melangkahkan kakinya keluar dari kelasnya.

Sindy bersamaan dengan Alya saling tatap - menatap.

"Manda gila!" pekik Sindy dan Alya bersamaan dengan suara lirih.

***

Cewek berseragam acak - acakan itu sedang tertidur pulas di bawah pohon belakang sekolah. Raut wajahnya yang teduh saat tidur membuat orang gemas. Berbeda saat dirinya sedang aktif melakukan kegiatan sehari - hari yang selalu menyombongkan diri atau merendahkan derajat orang lain.

"Iya Cha, ntar gue bakal ke rumah elo, jam empat sore, kan?" Echa tersenyum lalu mengangguk, mengucapkan kata perpisahan dan meninggalkan Davano yang masih menatap Echa dari jauh.

Mata Davano tak sengaja mendapati pemandangan cewek sedang tertidur di bawah pohon, ketika hendak berbalik mengacuhkan pikiran tentang cewek itu, namun hati berkata lain.

Davano mendekati Manda yang terlihat jelas cewek itu tertidur pulas, napasnya yang naik - turun secara teratur.

Senyum kecil terukir di wajah Davano, entah karena apa dan dorongan apa, dia tersenyum tanpa sebab.

ManDavanoWhere stories live. Discover now