Chapter 26 : Menjauh?

250 53 23
                                    

"Lo kenapa? Hah? Lo nggak papa kan?"

Manda menggeleng pelan, Sindy berdecak pelan, menatap tajam Manda.

"Lo kenapa anjir?! Gak usah sok nutup - nutupin dari gue!"

"Sindy!" Tegur Alya.

"Ck," Sindy mendecak pelan, "Lo nggak papa? Lo kenapa nangis? Hmm?" Tanya Sindy lembut.

Sindy menghapus air mata Manda pelan, "Lo kenapa?" Tanya Sindy lagi.

"Davano.." lirih Manda parau.

"Ck, Si Curut?" Sindy menyunggingkan smirk kejamnya.

"Kok lo manggil Davano kayak gitu sih!" Sarkas Manda tak terima.

"Lah? Emang gak boleh?"

"Udah deh! Kok jadi ribut sih!" Kesal Alya tiba - tiba.

"Lah dianya duluan yang mulai!"

"Eh enak aja! Lo yang duluan!" Sahut Sindy tak terima.

"Elo duluan tadi!"

"Anjir! Kok gue sih! Kan elo duluan!"

"Ih elo duluan, Sin!"

"Eh apaan! Enak aja! Elo duluan!"

"GUE YANG DULUAN DAH! AH! PUSING KEPALA BABI!" teriak Alya frustasi.

"Hah? Apaan Al?" Bingung Sindy.

"Hah? Kepala babi?" Bingung Manda juga.

"Ngehehe, maksudnya kepala barbie."

Sindy mendesis pelan, mengibas -ngibaskan rambut hitam pekatnya itu. Melirik sekilas ke arah Manda.

"Man, mata lo kenapa?" Tanya Sindy tiba - tiba khawatir.

"Hah? Eh? Mata gue? Emang kenapa?" Tanya Manda panik.

"Ada ciloknya." Jelas Sindy tanpa dosa.

Satu detik..

Dua detik..

Tiga detik..

Manda tersenyum lebar, menarik napas dalam - dalam.

"SINDY MAHESTYYYYYYYY!" Teriak Manda kesal.

***

Kini tiga gadis tepat berdiri di depan gerbang rumah besar milik pengusaha terkenal itu.

Lebih tepatnya lagi rumah milik Tuan Reno Sanjaya. Mendengar namanya itu-pun mampu membuat orang - orang membuka mulut lebar - lebar.

Kagum akan kesuksesan Tuan Reno dalam menjalankan bisnis besarnya.

Bijaksana, ramah, dan.. ah.. sulit untuk dideskripsikan.

Tapi.. pasti pendapat orang - orang berbeda - beda. Ya kan?

Sudahlah, kini Manda mendengus kesal, membuang helm milik Sindy ke sembarang arah.

"Eh anjir! Helm gue main lo lempar lempar!" Kesal Sindy setengah mati.

Cepat - cepat Sindy mengambil helm miliknya itu, menatap Manda penuh tajam.

"Untung gak lecet, kalau lecet gue silet tuh tangan!" Tajam Sindy.

"Ish! Lagian Davano ngeselin banget! Masa pulbar sama adik kelas centil itu! Bukan sama gue!"

"Lo lagi curhat?" Ledek Sindy.

"Bukan! Lagi berak!" Sahut Manda kesal.

"Lah elo sih, udah jelas - jelas Davano gak suka sama elo ya udah jauhin!"

ManDavanoWhere stories live. Discover now