Chapter 2 : KESIALAN

792 193 155
                                    

Belakang sekolah, menurut Manda adalah tempat terfavorit nomor dua setelah rooftop, di sana ia bisa tidur - tiduran, merokok tanpa ketahuan guru, bermain gitar, bolos pelajaran, dan masih banyak lagi.

Kini dirinya dan kedua temannya itu sedang berada di sana, tepatnya lagi di warung Bu Tik - Tok yang terletak di belakang sekolah, bersembunyi di sini pasti sudah terjamin aman dari malaikat pencabut nyawa itu.

Ya, Manda dan kedua temannya sedang di kejar Pak Hendro guru yang notabennya terkenal Killer, Manda dan temannya menjadi sorotan tajam bagi Pak Hendro lantaran pakaian dan penampilannya itu jelas - jelas tidak mematuhi peraturan sekolah, rambut yang berwarna merah layaknya cabe - cabean, rok minim di atas lutut dan dua kancing baju atasnya yang sengaja ia buka.

Jelas membuat Pak Hendro ingin sekali menyeret Manda dan temannya itu ke tengah lapangan.

Ya... saat ini terjadi razia dadakan dan Manda mau tidak mau bersembunyi di warung itu. Warung Bu Tik - Tok aishh, bukan. Nama aslinya Bu Jeni, Jennie blackpink, oh bukan - bukan. Bu Jeni pemilik warung itu yang terkenal dengan pesonanya yang memikat, bagaimana tidak?

Rambutnya yang dicat warna - warni, pakaiannya terlihat nyentrik, make up setebal tembok besar Cina, dan satu lagi, Bu Jeni adalah Ibu panutan bagi Manda, berbagi curahan hati layaknya mamah dedeh. Bermain Tik - Tok bersama Manda dan kedua temannya itu adalah hal yang wajib Bu Jeni lakukan, jika ada waktu luang.

"Aduh my inces, kenapa ngos - ngosan, sih?" Manda menghempaskan tubuhnya dan duduk di kursi panjang yang sudah ada dari dulu di warung itu.

"Nanti inces jelasin semuanya ke Bu Tik - Tok, inces mau istirahat, inces butuh minum." Bu Jeni mengangguk paham dan berlari masuk ke dalam warungnya itu.

"My incees? Mau minum pake gelas apa minum pake galonnya sekalian?"

"Terserah Bu Tik - Tok aja, deh."

"Terserah, ya?"

"Iya."

"Minumnya pake piring mau?"

"Aduuh Bu Tik -Tok! Inces dah hauus, pliss jangan buat inces mati kehausan,"

"Man, bukannya mati kelaparan?" koreksi Alya.

"Kan gue haus, jadi kata - katanya gue ubah,"

"Gak boleh, Man."

"Gak boleh sama siapa?"

"Sama akooh!" Sindy dan Manda saling tatap, sedetik kemudian mereka berdua mengambil kertas minyak yang ada di meja.

Plakk.

"Dasar sableng!"

"Dasar Dora!"

Alya mengacungkan dua jari telunjuk dan tengahnya, pertanda meminta damai dari amarah Manda dan Sindy itu.

"Sorry, sorry sorry jek - jek, sorry sorry aaah...." Sindy dan Manda kembali saling tatap - menatap. Sedetik kemudian tatapan miris yang Manda dan Sindy berikan pada satu temannya ini.

"Kasihan ya, temen lo tuh, Sin!"

"Eh, enak aja temen gue, temen lo tuh, Man!"

ManDavanoWhere stories live. Discover now