Chapter 20 : Menyebalkan (2)

224 50 21
                                    

Hello.. Siap membaca part dua? Let's go.

Pagi hari, Bu Eti dibuat bingung oleh tingkah laku anaknya itu, ia merasa pegal sendiri saat kedua sorot matanya tak henti - henti melihat tingkah laku Davano yang rada aneh.

Sejak tadi, laki laki berseragam SMA Garuda itu sibuk mondar mandir di halaman rumahnya, ya.. Siapa lagi kalau bukan Davano Albern.

Bu Eti menghela napas, "Davano.. Kamu kenapa, sih?" heran Bu Eti.

Pertanyaan itu sama sekali tidak di gubris, Bu Eti kembali menghela napas panjang, "Davano.. Kamu kenapa, sih?" tanya Bu Eti lagi.

Tetap saja, Davano masih sibuk mondar mandir tak jelas, dia juga tak menggybris pertanyaan Bu Eti.

"Davano, kamu kenapa, sih?" tanya Bu Eti, mencoba bersabar.

Dan lagi lagi, pertanyaan itu tidak digubris lagi oleh Davano. Hilang sudah kesabaran Bu Eti saat ini, dengan pergerakan cepat ia menarik kerah seragam anaknya itu.

"DAVANO, KAMU KENAPA?" tanya Bu Eti geram.

"AAAA!!!!" pekik Davano histeris,

Bu Eti mendesis pelan, melepaskan cengkraman tangannya dari kerah seragam anaknya itu.

"Davano, kamu kenapa, sih?" tanya Bu Eti curiga.

"Hah?" bingung Davano.

"Kamu kenapa?" ulang Bu Eti sembari berkacak pinggang.

"A-anu.. Itu.. Gak papa, Bu. Hehe.."

"Masa?" selidik Bu Eti tajam.

"Iya." jawab Davano seadanya.

"Masaaa?" goda Bu Eti.

Davano menghela napas sebentar, "Iya, Davano mau berangkat sekolah dulu, Assalamualaikum."

Ia mencium tangan Bu Eti dengan cekatan, lalu tersenyum manis pada wanita tua yang ada di hadapannya itu.

Belum jauh Davano pergi dari pekarangan rumah kecilnya itu, Bu Eti tersenyum kecil, "Waalaikumsalam."

***

Pikiran Davano kini pada gadis bernama Manda, lebih lengkapnya lagi pada gadis bernama Amanda Raisa Putriana. Gadis itu membuat beban pikirannya, ditambah keisengan tingkah laku Jordan yang membuat dirinya naik darah.

Davano menghela napas, memarkirkan motornya di pinggir jalan, melepas helmnya itu sembari menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Masa iya, gue berangkat bareng sama Manda?" tanya nya pada dirinya sendiri.

Davano menggelengkan kepalanya cepat, lalu tersenyum picik, "Gak! Gak! Ogah banget berangkat bareng nenek lampir, cuih!"

***

Di sisi lain, tampak seorang gadis sibuk menggigiti ujung kukunya sembari mondar - mandir tak jelas, lalu gadis berambut cokelat pirang itu mengacak rambutnya frustasi.

"Davano mana, sih?!" sebal Manda.

"Dia lupa, kah?" Manda bergumam pelan.

"Apa jangan jangan.. Ekhem, gak gak! Davano pasti bakal datang! Positif thinking Manda!"

Manda mendesis pelan, melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan mungilnya itu.

"Kok belum dateng dateng, sih?" Gumam Manda pelan.

Gadis berseragam SMA Garuda itu melengos, memilih berjongkok di pinggir pagar rumah besarnya itu, menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.

ManDavanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang