🏘️ mula

564 65 7
                                    

Di bangunan kos satunya, keadaan justru lebih parah.

"Jangjun! Kebiasaan pake sempak orang nggak pernah dibalikin," Daeyeol murka. Pasalnya ini sudah terjadi beberapa kali.

"Maaf, Bang. Gue lupa tiap mau balikin sempaknya. Soalnya sempak gue di lemari abis," jawab Jangjun sambil mengunyah sarapannya yang masih belum habis.

"Dimana-mana tuh baju kalau kotor dicuci, bukan dibuang," sahut Yunseong yang baru saja masuk ke ruang tamu.

"Nah bener tuh apa kata Yunseong," seru Daeyeol membenarkan.

"Males gue kalau disuruh nyuci. Mending beli lagi aja," jawab Jangjun acuh.

"Sama aja lo buang-buang uang, Bang. Uang itu harus dikelola dengan benar kalau lo nggak mau bangkrut," ujar Yunseong yang menyusul duduk di samping Jangjun.

"Iya deh iya yang anak bisnis," lirih Jangjun.

"Ini masalahnya gue pakai sempak apa bego?!" seru Daeyeol.

"Ya beli aja sana atau pake di jemuran yang udah agak kering. Sempak lo lagi gue jemur di atas," jawab Jangjun.

"Awas kalau sekali lagi gue tahu lo pake sempak gue, abis jatah makan lo gue embat," ancam Daeyeol sambil naik ke atas.

"Ada apa, sih, rame amat di bawah?" tanya Jiae ketika melihat Daeyeol menaiki tangga dengan wajah kusut.

"Jangjun minjem sempak gue tapi nggak dikembaliin," jawab Daeyeol singkat.

Jiae dan Sujeong tidak berani menjawab karena melihat Daeyeol yang kelihatannya sangat marah.

Di bawah, Yunseong dan Jangjun melanjutkan percakapan.

"Sarapan masih ada, nggak?" tanya Yunseong.

"Ada kayaknya di atas. Sana periksa sendiri, kali aja udah diberesin Mbak Jiae," jawab Jangjun sambil membenarkan bantal sofa, "Jibeom mana?"

"Masih tidur mungkin."

•••

Malamnya, mereka kembali berkumpul di ruang tamu untuk membicarakan masalah tadi pagi.

"Udah pada ambil uang?" tanya Jaehyun membuka suara.

Tanpa basa-basi, orang-orang yang belum membayar sewa mulai berdiri dan menyerahkan amplop berisi sejumlah uang.

"Nah kalau gini kan bisa tidur dengan tenang. Dan kalian bisa makan enak daripada hari-hari belakangan," ujar Jaehyun.

Memang benar. Beberapa hari belakangan, makanan yang disediakan oleh keluarga Jaehyun agak berbeda dari biasanya. Yang dulunya ayam atau kadang seafood, sekarang lebih sering ke telur, tempe atau tahu. Ternyata penyebabnya adalah karena mereka telat membayar sewa.

"Bulan depan bayarnya tanggal 5 kan?" tanya Jibeom.

"Iya, mulai bulan depan bayarnya tiap tanggal 5," jawab Jaehyun, "yaudah sana pesen makanan, sekalian nunggu Mbak Jiae sama Bang Daeyeol pulang kerja. Gue yang traktir."

Seketika ruang tamu jadi tempat konser dadakan.

Sekitar pukul 9 malam, mereka kembali berkumpul di lantai 2 karena Jiae dan Daeyeol baru pulang dan kebetulan makanan juga baru saja datang.

"Dahyun mana?" tanya Sungjun pada Sohee.

"Udah bobo si dedek. Kenapa tanya?" sahut Sujeong.

"Nanya doang," jawab Sungjun yang dibalas Sujeong dengan memutar bola matanya kesal.

Ruangan tersebut sangat penuh karena belasan orang mengisi tempat tersebut.

"Ini yang lain kemana? Kok kayaknya ada yang gak ikut?" tanya Tag.

"Lah iya, ini kenapa ciwi-ciwinya nggak serame biasanya?" Joochan menambahkan.

Eunbi berjalan membawa beberapa makanan untuk ditata di tengah ruangan. "Dahyun udah tidur. Yunkyoung, Suyun sama Minju lagi belajar di gazebo. Nanti pizzanya dianter ke sana. Yujin juga udah molor. Terus katanya Yein nggak mau ikut makan soalnya lagi diet."

"Susahnya di jurusan tari tuh harus jaga bentuk badan, mana dia mau ikut kompetisi tari pula," kata Jangjun.

"Tahu dari mana lo?" tanya Daeyeol.

"Tadi tanya Bakpao. Iya kan, Pao?"

"Iya. Btw lo jangan manggil gue Pao, yang boleh manggil gue Bakpao cuma pacar gue doang."

"Bucin amat anjir."

"Bodo."

Eunbi mengambil beberapa potong pizza dan meletakkannya ke atas piring.
"Beb," Sungyoon menoleh kemudian beranjak dari duduknya, "nih tolong anterin ke gazebo dong. Kasihan nanti mereka kelaperan."

"Siap sayang," jawab Sungyoon yang hendak mengambil piring namun langsung ditepis oleh Bomin.

"Biar gue aja yang nganter ke sana," kata Bomin.

"Gas terus, Min. Jangan kasih kendor!" teriak Jangjun membuat riuh suasana.

"Gini dong kalau deketin cewek, di gas terus," seru Sohee menyindir seseorang.

"Tapi kasihan, Hee. Belum ditembak tapi udah ditolak," tambah Sujeong.

"Apaan sih," seru Sungjun kesal.

"Lo lagi deketin siapa emang?" tanya Jaehyun sambil melirik Sungjun yang duduk di sampingnya.

"Nggak sama siapa-siapa, mereka bacot doang."

"Jujur aja kali, Jun. Bilang aja lagi mepet Dahyun," ujar Yunseong.

"Lah! Beneran, Seong? Sungjun deketin Dahyun? Bukannya Jaehyun juga lagi pdkt sama Dahyun ya?" giliran Yeonhee berbicara.

"Eh, apaan. Nggak. Sejak kapan gue deketin Dahyun. Umur kita beda jauh banget. Gue ngerasa terlalu tua kalau sama dia," elak Jaehyun.

"Cinta itu nggak memandang umur," ujar Chaewon.

"Bener tuh apa kata Chaewon. Mak sama bapak gue beda 10 tahun kok," kata Jangjun.

"Ih, kok samaan sih? Ayah sama ibu gue juga beda 10 tahun."

"Kalau orangtua gue beda 5 tahun."

"Orangtua gue beda setahun doang."

"Mama gue lebih tua dua tahun dari papa."

"Bokap sama nyokap gue seumuran."

"Seumuran sama lo?" kata Jangjun yang dibalas lemparan bantal oleh Eunbi.

"Nggak sopan banget itu mulut lo," seru Sungyoon yang langsung me-headlock Jangjun.

"Ini kenapa bahasannya kemana-mana, sih?" bisik Joochan pada Jibeom. Jibeom tak acuh dan melanjutkan menyantap pizza sambil melihat Tag bermain cacing. Sementara Joochan hanya menatap Bomin yang mulai menuruni tangga.

[1] Slice Of Life : BONG'S HOUSE✓Место, где живут истории. Откройте их для себя