🏘️ bibit baru

326 49 1
                                    

"Dek, mau curhat."

Sungjun masuk ke kamar Sohee tanpa permisi. Wajah kesal Sohee tak ia hiraukan. Ia langsung membanting diri ke kasur milik adiknya.

"Dahyun?"

Tebakan Sohee tepat sasaran. Kakaknya beranjak duduk dan memasang wajah memelas.

"Wajah kakak minta ditampol."

"Tega amat sama kakak sendiri."

"Abis kakak nggak kapok sih, udah dibilangin kalau Dahyun tuh masih polos macem pantat bayi, dia tuh nggak paham masalah cinta-cintaan. Kakak masih semangat aja deketin dia."

Sungjun beralih mendekat ke meja belajar Sohee.

"Bantuin kakak dong."

Sohee memutar bola matanya malas. "Bantu apa?"

Sungjun tampak semangat dan menarik adiknya untuk duduk di pinggiran kasur.

"Tolong bilangin ke Dahyun kalau kakak tuh nggak ngajak dia pacaran. Kakak cuma pengen temenan sama dia. Udah gitu aja, nggak lebih."

"Bener ya temenan doang?" tanya Sohee memastikan.

Sungjun mengangguk semangat, "Iya. Untuk sekarang temenan aja udah cukup. Mungkin nanti kalau Dahyun udah SMA, bakalan kakak coba lagi."

Jawaban Sungjun lagi-lagi membuat Sohee merasa jengah. Pasalnya sudah sejak awal Dahyun kos di sini, kakaknya ini mulai mengejar-ngejar Dahyun.

"Ya udah nanti Sohee bilang ke dia."

Sungjun memeluk Sohee dengan erat. Ia mengelus rambut Sohee sampai membuat rambutnya berubah menjadi rambut singa.

"Kak Ujun!"

Keesokan harinya sepulang sekolah, Sohee mengunjungi Dahyun di kamarnya. Sungjun kini tengah bersembunyi di balik gazebo untuk memastikan kalau adiknya benar-benar membantunya.

"Dek, aku masuk ya?"

"Kak Sohee? Iya, masuk aja kak," kata Dahyun dari dalam kamarnya.

Setelah menutup pintu, Sohee duduk di pinggiran kasur Dahyun.

"Aku mau ngobrol sama kamu."

"Ngobrol apa? Kok nggak kayak biasanya, sih? Kakak kalau mau curhat kan tinggal cerita aja."

"Ini bukan soal aku, dek. Tentang kakak aku."

Ekspresi wajah Dahyun berubah. "Kan aku udah bilang kalau aku nggak mau pacaran dulu."

Sohee terkekeh pelan. "Kak Sungjun tuh nggak ada niatan mau jadiin kamu pacarnya. Dia cuma pengen temenan aja sama kamu. Kak Sungjun baik kok. Dia bukan orang jahat. Jadi kamu nggak usah takut sama dia. Lagipula aku juga nggak akan bolehin kamu nerima Kak Sungjun kalau misalkan dia nembak kamu."

"Kenapa kok nggak boleh?"

"Kamu terlalu lucu buat kakak aku yang amit-amit."

Dahyun tertawa kecil. "Ya udah deh, lain kali aku nggak nolak ajakan Kak Sungjun buat berangkat bareng."

Sungjun yang menguping pembicaraan mereka dari luar menghembuskan napas lega meskipun ia merasa sedikit kesal dengan ucapan Sohee.

•••

"Bosen?"

Laki-laki di hadapannya tak berani mengangkat wajah.

"Segampang itu kamu bilang bosen ke aku?"

"Maaf."

"Oke, aku tahu kalau hubungan kita itu emang terlalu lama. Seharusnya kita udah melangkah ke jenjang yang lebih serius. Tapi tiap aku nanya ke kamu kapan kamu main ke rumah, kamu selalu cari alasan."

"Maaf."

"Aku nggak perlu kata maaf kamu. Terserah sekarang kamu mau ngapain, aku nggak peduli. Entah kamu mau putus atau mau main sama wanita lain terserah. Aku capek. Aku capek sama tingkah kamu."

Lelaki itu masih menundukkan wajahnya. Ia tak sanggup melihat wajah orang yang ia sayangi basah oleh air mata.

"Aku kira setahun yang lalu terakhir kalinya kamu ngomong bosen ke aku. Tapi ternyata aku bego ya? Aku masih nerima kamu pas kamu ngajak balikan. Karena apa? Karena aku sayang sama kamu. Aku serius sama kamu. Tapi kamu malah mainin aku," matanya semakin buram karena air mata.

"Aku tahu kemarin kamu jalan sama Kei," lanjutnya.

Lelaki di hadapannya tampak terkejut, "Kamu tahu?"

"Aku kecewa sama kamu."

Ia beranjak dari duduknya dan meninggalkan laki-laki itu di kafe sendirian.

"Maafin aku, Bi."

•••

"Dia ngomong gitu ke kamu?" seru Jiae kaget. Ia nampak sibuk memberikan tisu pada Eunbi yang justru isakannya semakin keras.

"Terus sekarang hubungan kalian gimana?" tanya Sujeong.

Eunbi menggeleng pelan. "Nggak tahu, hubungan gue sama dia udah di ambang batas."

"Kok tega amat sih Sungyoon."

"Jangan sebut nama dia, Mbak. Aku makin sakit hati."

Jiae dan Sujeong otomatis menepuk pelan bahu Eunbi supaya lebih tenang. Namun suara tangisannya semakin pecah bahkan lebih keras dari sebelumnya.

"Ya udah, dek, anter Eunbi balik ke kamarnya ya? Nanti malem aku bakalan tidur di kamar Eunbi aja," kata Jiae.

Sujeong mengangguk lalu mengajak Eunbi kembali ke kamarnya. Tanpa sengaja di luar ada Sungyoon yang bergabung di antara tujuh kurcaci dan tengah serius mengobrol dengan Chaewon. Eunbi segera memalingkan muka ketika tatapannya beradu dengan Sungyoon.

Sujeong menoleh dan mengirimkan kepalan tinju pada Sungyoon yang memasang wajah menyesal.

"Lah, itu Mbak Eunbi nangis tuh," bisik Chaewon.

"Gue keterlaluan ya, Chae?" tanya Sungyoon.

Chaewon memukul keras lengan Sungyoon. "Ya keterlaluan lah. Aduh pengen ngatain bego gue. Tapi kok lebih tuaan lo, bang. Lagian kenapa cuma jalan berdua sih?"

"Sama Jimin juga ya ampun. Kebetulan waktu dia mergokin gue kemarin, Jimin lagi beli es krim buat pacarnya."

Chaewon menepuk dahi sambil menggelengkan kepalanya. "Terus habis ini gimana? Udahan aja apa masih mau lanjut?"

Sungyoon menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Masih pengen lanjut tapi pengen udahan aja. Gue kasihan sama Eunbi. Terus gimana?"

"Terserah lo, bang. Gue siap bantuin. Tapi kalau Mbak Eunbi malah sakit hati ya gue nggak ikut-ikutan ya? Lagian mendadak banget, sih?"

"Bodo amat lah. Mikir lagi nanti. Gue mau beli es dulu di depan," kata Sungyoon sambil beranjak dari duduknya dan pergi ke warung depan kosan.

[1] Slice Of Life : BONG'S HOUSE✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang