🏘️ Changuk

162 23 6
                                    

Pagi-pagi Changuk udah sukses bikin satu rumah teriak-teriak marahin dia. Mulai dari papa, mama, bahkan sampai kakek-neneknya, semuanya marahin dia habis-habisan.

Kenapa?

Pasalnya, hari ini adalah hari pertama di gelombang kedua pelaksanaan UTBK, dan Changuk dapet sesi kedua hari ini. Nanti jam dua siang adalah waktu UTBK-nya.

Masalahnya adalah... Dia belum ngeprint kartu peserta, belum rapid test, belum beli face shield, dan belum ngambil ijazah di sekolahan.

Gimana keluarganya nggak murka?

Pagi buta dia dichat sama temennya, heran kenapa kok dikasih semangat. Pas ditanya, temennya jawab, 'Kan hari ini lo UTBK, bro. Jadi semangat ya!"

Setelah itu, Changuk baru inget kalo dia ikut UTBK. Barulah dia ngecek akunnya dan baru diunduh kartu pesertanya. Niatnya mau ngeprint di rumah, tapi ternyata tintanya bermasalah dan belum sempet dibenerin. Akhirnya Changuk memutuskan untuk mandi dulu dan pergi ke sekolahan ambil ijazah sekalian nanti pulangnya ngeprint kartu peserta di fotokopian depan sekolah.

Sepulang dari situ pun dia kebingungan car face shield karena kayaknya tiap apotek udah diserbu oleh para calon maba yang juga kebingungan nyari. Mau beli online ya udah nggak sempat.

Untung lah ada temennya yang ngasih pinjem dia face shield buat nanti.

Terakhir, rapid test.

Changuk dan mamanya udah muterin kota nyari tempat rapid test yang nggak antre. Sekalinya lumayan sepi, hasilnya bisa diambil nanti sore. Akhirnya dia muser lagi nyari tempat lain yang bisa ditunggu satu atau dua jam.

Bahkan Changuk udah siap-siap pakai baju sesuai ketentuan UTBK, biar nanti sekalian langsung berangkat. Karena sekarang dia baru aja masuk ke sebuah lab ternama padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.

Masuk ke dalam lab, ruangan dipenuhi calon-calon maba yang juga antre rapid test. Changuk langsung ngisi formulir dan nunggu sampai nomor antreannya dipanggil. Matanya melihat sekeliling. Semuanya sibuk bawa buku atau nggak baca materi lewat ponsel. Sedangkan dia? Karena kelamaan nunggu UTBK, udah seminggu dia nggak belajar alias lupa kalau dia mau ikut UTBK.

Entah kenapa Changuk jadi khawatir. Semua orang di sekolahnya kecuali dia tahu, kalau seorang Changuk itu meskipun nggak belajar, otaknya encer bukan main. Tapi dia tetep was-was dan khawatir gimana nanti hasil UTBK-nya.

Namanya dipanggil. Changuk maju dan menjawab pertanyaan mbak-mbak pendata. Setelah itu, dia disuruh balik lagi nunggu dipanggil untuk pengambilan darah.

Setengah jam kemudian namanya dipanggil. Dia masuk bareng cewek yang buset tinggi banget ini manusia apa tiang listrik berjalan? Iya, itu kata hati Changuk.

Mereka berdua masuk ke sebuah ruangan dengan dua dokter dan jarum suntik yang menunggu untuk menembus kulit mereka.

Changuk memerhatikan wajah cewek berambut panjang itu yang wajahnya kaku banget kayak nahan poop. Bahkan waktu disuruh nyender ke kursi, kepalanya masih kaku lurus gitu. Changuk nahan ketawa.

"Mbaknya jangan kaku ya, lemes aja santai aja, nggak sakit kok," kata dokternya.

Cewek itu masih merem ketakutan.

"Rileks ya? Nanti kalo kaku, suntiknya malah patah di dalem."

"DUH, DOK JANGAN NAKUTIN GITU, NANTI KALO PATAH BENERAN GIMANA? NANTI TANGAN SAYA NYUT-NYUTAN TERUS JADI LEBAM ABIS ITU DIAMPUTASI GIMANA?" Teriak cewek itu heboh.

[1] Slice Of Life : BONG'S HOUSE✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang