Juz 1

1.3K 186 19
                                    

"Tilka ummatung qad khalat, lahā mā kasabat wa lakum mā kasabtum, wa lā tus'alụna 'ammā kānụ ya'malụn. Shadaqallahul'adzim."

"Alhamdulillah, hafalan kamu sukses 1 juz nih di hari pertama Ramadhan." Ucap Taehyung bangga, pada sang pujaan hati nan cantik jelita.

"Jazakallahu khairan, ustad. Udah tenang deh aku. Tinggal urusin Kak Luhan." Jungkook Haura Sa'diyyah sudah merapikan Qur'an nya, hendak beranjak pergi. Namun pertanyaan pria di hadapannya ini membuat ia kembali diam.

"Memang Luhan kenapa?"

"Sakit, ustad. Badannya panas banget." Jungkook mengerucutkan bibirnya. Rada sebal juga sih, Luhan itu kalau sakit, susah di obatinnya.

"Udah minum obat?"

"Kak Luhan ga mau. Aku pijit juga dia ga mau. Serba ga mau. Aku sebel, ustad. Kak Luhan juga bilang ga boleh kasih tau Pak Kyai sama Umi. Terus gimana dong, ustad. Aku kan khawatir."

Sementara Taehyung hanya tersenyum manis melihat santrinya yang lucu ini. Disini Taehyung dapat menilai ternyata Jungkook tipe orang yang tulus dan sangat perhatian. "Kamu nawarin mijit Luhan, kok ga nawarin ke saya kemaren?"
Kan, Taehyung jahil banget.

"Astaghfirullahal'adzim, ustad. Bukan mukhrim." Ucap Jungkook. Tidak tau ya, pipinya kini sudah merona? Nakal banget Ustad Taehyung.

"Belum mukhrim. Bukannya bukan mukhrim."

"Sama aja, ustad."

"Jadi kamu bersedia jadi mukhrim saya suatu hari nanti?" Taehyung melepas kacamata yang sedari tadi ia pakai, dan hal sesederhana itu dapat mengalihkan seluruh atensi seorang Jungkook.

Kalau tidak pakai kacamata, tampan.
Kalau pakai kacamata, juga tampan.
Jungkook jadi bingung, pusing betul.
MaasyaaAllaah..
Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?

"Jungkook, kamu bersedia jadi muhrim saya suatu hari nanti?" Pria berkaos putih itu mengulang pertanyaannya, menyadarkan Jungkook dari lamunannya.

"Emang ustad beneran mau nikahin saya?"
Loh kok Jungkook jadi nantangin.
"Astaghfirullahal'adzim, maaf ustad."

"Umur kamu sekarang berapa?"

"Tahun ini enam belas."

"Saya tahun ini dua puluh enam. Kita beda sepuluh tahun. Tapi, saya bersedia kok untuk menjadikan kamu pendamping hidup saya, ibu dari anak anak saya, cinta pertama dan terakhir saya, Jungkook. Atas izin Allah."

Mendengarnya, Jungkook hanya bisa terpaku. Ia sama sekali tidak mengerti harus merespon apa. Toh dirinya masih kecil. Masih kelas satu aliyah. Masih bau kencur.

"Ustad.."

"Ga usah di pikirin sekarang, Jungkook. Nanti kalau udah saatnya kamu masuk usia dewasa dan lulus Aliyah, kalau saya sama kamu memang berjodoh, insyaa allaah saya segera lamar kamu."

"Hiks.." Entahlah, ia bingung harus merespon apa. Jadi satu satunya hal yang bisa ia lakukan yaitu menangis.

"Jangan menangis dong. Kan saya sudah pernah bilang jangan nangis. Bidadari masa nangis, jelek." Ucap Taehyung yang mencubit gemas ujung hidung mancung Jungkook.










'umi, Jungkook harus gimana ini? Mau pindah pesantren aja rasanya.'









TBC

(END) CINTA DI WAKTU SUBUH || √TK (GS) Non BakuWhere stories live. Discover now