Lamaran

1.3K 162 11
                                    

Pagi itu Jungkook bangun lebih awal karena berniat setor hafalan satu juz ke Ustad Taehyung.

Jadi, Jungkook sengaja keluar dari kamarnya pagi betul, sekitar jam enam pagi.

Dia sudah janjian dengan sang Ustad Taehyung di ruang guru, ruang khusus setor hafalan.

Ya, Jungkook sengaja tidak tidur lagi setelah sahur. Karena kemarin Luhan di bawa umi untuk tinggal di rumah utama untuk mendapat perawatan medis. Luhan demam tinggi. Dan Jungkook merasa sangat bersalah karena tidak memaksa temannya itu minum obat sedari awal.

"Jungkook?"

Jungkook berbalik dan menemukan pria yang sudah ia tunggu tunggu. Dengan setelan kemeja cokelat juga celana panjang hitam, Ustad Taehyung nampak sangat sangat sangat tampan, MaasyaaAllaah..

"Assalamu'alaikuum, Jungkook?"

Jungkook tersadar dari kekagumannya pada sosok Taehyung. "Wa'alaikumussalaam ustad. Ganteng banget." Cicit Jungkook di akhir.

"Eh, kamu bilang apa tadi?" Pertanyaan Taehyung sontak membuat gadis berkerudung merah muda itu tergagap.

"Ndaaa.. Saya nda bilang apa apa. Cuma jawab salam ustad aja."

"Masa sih? Perasaan saya tadi kamu ada bilang ganteng atau genteng?"

"Genteng, ustad! Gentengnya bocor."

Sebenarnya Taehyung dapat mendengar dengan jelas kok, santrinya memuji dia ganteng. Dan hal tersebut membuat pria bermata tajam itu berbunga bunga. Mendapat pujian dari sang pujaan hati yang InsyaaAllaah akan di jadikan istri.

"Ya sudah, ayo setoran juz 2. Kamu siap?"

"Siap ustad!"

Maka mereka berdua pun masuk ke dalam ruang guru. Eits, tidak hanya berdua kok. Para guru juga sudah berdatangan di ruangan tersebut.




"Luhan.."

Gadis berwajah pucat itu buru buru menutup tubuhnya dengan selimut. Pasalnya, kini ia sedang tidak mengenakan kerudung, juga tengah memakai daster lengan pendek saja.

"Sehun jangan masuk!" Teriak Luhan dengan suara parau. Menahan pergerakan Sehun di depan pintu kamarnya.

"Kenapa?"

"Aku nda pakai kerudung. Diam saja di depan pintu. Jangan masuk."

Memang, saat ini Luhan benar benar tidak ingin bertatap muka dengan pria itu. Pria yang berstatus.. apa ya?
Calon suami mungkin?
Karena Sehun dulu pernah melamarnya. Dulu....

"Lu.. Aku beneran gak boleh masuk?"

Miris, dalam hati, Luhan sangat ingin bertemu pria itu. Meskipun pada akhirnya tidak bisa memiliki. Luhan hopeless jikalau Sehun meninggalkannya.

Bersusah payah Luhan bangkit dari kondisi tubuhnya yang lemas. Berjalan perlahan menuju pintu kamar. Namun tidak untuk membukanya.

Luhan duduk tepat di belakang pintu. Bersandar di sana. Bermaksud agar dapat mendengar jelas perkataan Sehun.

"Kamu mau bicara apa, Sehun?"

"Luhan.. Aku minta maaf gak kasih tau kamu sebelumnya. Aku bener bener minta maaf. Awalnya aku berniat buat bikin kejutan tapi sepertinya aku salah langkah dan buat kamu sakit hati."

"Aku gak papa."

"Luhan, jangan begini. Ayo ketemu, Lu. Aku pengen ngomong sesuatu yang penting."

"Ngomong di situ aja. Aku gak mau ketemu kamu, Sehun. Aku lagi gak pake kerudung."

"Jangan beralasan, Lu. Aku tau kamu ada simpen kerudungmu deket ranjang. Ini cuma alasan kamu gak mau ketemu aku kan? Gak mau lihat wajahku, hm?"

Sedih, Luhan tidak bisa merespon apa yang Sehun katakan.

Bagaikan kisah cinta Rasulullah yang tidak ingin membuka pintu kamar agar tidak mengganggu tidur Aisyah.

Begitupula Sehun yang tidak ingin membuka pintu kamar agar tidak membuat Luhan tambah bersedih.

"Lu, aku cinta kamu. Dan akan selamanya begitu."

"Terus kamu mau apa?" Menahan tangis sebisanya. Di bohongi itu sakit, loh.

"Aku pernah lamar kamu, dan aku akan lamar kamu lagi. Aku beneran cinta kamu."

"Sehun..."














"Ayo menikah besok. Jadi aku bisa bawa kamu ke Kairo sama aku."






















To be continue

Lumutan gak kelen?

(END) CINTA DI WAKTU SUBUH || √TK (GS) Non BakuWhere stories live. Discover now