(XiangLin) In Every Seconds, Minutes, Hours, Days, I Miss You

990 73 22
                                    








VOTE??

"Ini tidak akan lama" bisik Haoxiang di telinganya sembari memeluknya erat-erat.

Tidak. Junlin tidak ingin Haoxiang pergi jauh darinya. Dia tidak ingin  melepas Haoxiangnya.

Tiada yang bisa Junlin lakukan selain memeluk Haoxiang semakin erat. Ya, setidaknya selagi dirinya bisa melakukan semua ini.

"Aku janji, aku akan kembali" ujar Haoxiang kembali.

Dia tidak ingin membiarkan Junlin nya risau.

Sementara Junlin berada di posisi yang sungguh tidak dapat Ia mengerti. Dirinya sungguh ingin terus bersama Haoxiang. Tapi disisi lain Ia tidak berhak dan tidak ingin menghalangi mimpi Haoxiang.

Haoxiang sudha mati-matian berjuang di agar Ia bisa melanjutkan sekolahnya di Kanada. Dan Junlin tidak bisa melarang Haoxiang. Haoxiangnya juga punya mimpi.

"Katakan sesuatu, aku ingin mendengar suaramu"

Bukan hanya Junlin yang merasa berat di sini. Begitupula Haoxiang, bahkan dari nada suaranya yang terdengar lemah, jelas sekali Haoxiang juga merasa aberat hati harus jauh dari kekasih manisnya ini.

Junlin menggeleng dalam pelukan Haoxiang. Tidak. Dia tidak yakin bisa mengontrol tangisnya jika Ia membuka mulutnya.

Dadanya sudah terasa sangat sesak dan tenggorokannya tercekat. Dia tidak mampu bahkan hanya dengan sekadae membayangkan hari-harinya akan berjalan tanpa Haoxiang di sisinya.

"Xiao He" panggil Haoxiang lagi.

Dengan memberanikan diri, Junlin mengangkat kepalanya mendongak. Matanya terpejam menahan tangis dan dirinya membuang napas berat,
"Hhhh.. Diamlah, aku sedang mencoba untuk tidak menangis"

Masih mencoba menahan tangisnya, akhirnya Junlin membuka kedua netranya. Iris keduanya bertemu. Perbedaan tinggi keduanya membuat Junlin harus mendongak dan Haoxiang sedikit menunduk.

Haoxiang mengangkat bibirnya membentuk senyuman indah.

Bisakah Junlin hidup tanpa senyuman indah itu?

"Ah, menyebalkan! " maki Junlin dan langsung kembali menenggelamkan kepalanya pada dada Haoxiang.

Punggungnya mulai bergetar dan isakkan lirih kini terdengar.

Haoxiang membuang napas berat menyadari kekasih hatinya itu tengah menangis. Dia tahu ini semua akan berat bagi keduanya.

"Jangan lupakan aku, jangan lupa untuk kembali" lirih Junlin disela-sela isak tangisnya.





"Hahhhhhh... " Junlin membuka matanya secara tiba-tiba dengan napas yang memburu.

Dirinya mendudukkan diri dengan kepala yang masih terasa berat.

"Menyebalkan" dirinya menggerutu saat menyadari wajahnya sudah basah akan air mata, begitu pula bantal yang Ia gunakan untuk alas kepalanya.

Dia meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja nakas.

Pukul 10.47 . Astaga, semalam Ia pergi minum dengan teman-temannya hingga pulang dini hari dan terbangun nyaris tengah hari begini.

Matanya mengernyit saat Ia menerima sebuah pesan baru. Wajahnya yang ditekuk seharian mendadak berubah mengembangkan sebuah senyuman saat membaca siapa pengirim pesan tersebut.

时代少年团 - Teens In Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang