Immature Love (1)

877 82 47
                                    


VOTE???





PLAK!!

"ANAK TIDAK BERGUNA! "

Sakit.

Itu yang Yaxuan rasakan saat itu. Bukan hanya pada sisi wajahnya yang kini memerah karena tamparan tapi juga hatinya saat mendengar sang ayah memakinya.

Tubuh Yaxuan gemetar. Bahkan saat Ia begitu ingin memohon dan mengutarakan maaf, dirinya tidak mampu. Untuk sekadar menatap wajah ayahnya, Ia benar-benar takut.

Kini dia berlutut di hadapan ayah dan  kedua kakaknya. Dengan ayahnya yang menatap penuh kemarahan dan kakaknya yang tampak begitu tidak percaya.

"A-ayah... Maaf.. Maafkan aku" Yaxuan memejamkan matanya saat mengucapkan itu. Nada bicaranya bergetar menahan isak tangis dan air mata kini sudah memenuhi wajahnya.

"Ayah, sudahlah. Yaxuan sudah meminta maaf dan kita bisa bicarakan ini baik-baik" kakak sulungnya -Ziyi- berjalan ke arah Yaxuan, membantunya berdiri.

Menepuk punggung adiknya itu untuk sekadar memberinya dukungan kecil. Yaxuan yang masih mampu merasakan ketulusan itu tersenyum bahagia. Meski begitu rasa cemas masih menguasainya.

Sementara Ziyi begitu mengkhawatirkan Yaxuan. Mungkin apa yang Yaxuan perbuat bukanlah hal yang begitu mudah untuk diatasi ataupun dimaklumi. Tapi untuk memperlakukan Yaxuan seperti sekarang ini, Ziyi pikir itu sungguh berlebihan. Yaxuan masih sangat muda. Yang Ia butuhkan adalah semangat dan dorongan. Bukan justru sikap seperti ini.

"Baiklah"

Ketika ayahnya berujar demikian secercah harapan memunculkan wajah Yaxuan yang mulai menatap wajah Tuan Song.

Mata keduanya bertemu. Tapi iris ayahnya itu masih tetap penuh emosi. Yaxuan ketakutan hingga kedua tangannya terkepal dan keringat dinginnya mengucur.

Tuan Song membuang napasnya dan melirik sinis putra bungsunya,
"Aku akan memikirkan ini baik-baik. Anggap tidak ada yang terjadu. Maka jangan biarkan ada yang tahu tentang hal ini. Dan bunuh anak itu"

"A-apa?! "

Tidak.  Bukan ini. Bukan ini yang Yaxuan inginkan.

Pikirannya seketika semakin kacau dan tangisnya kembali pecah. Ia menunduk dalam dan menegangi perutnya erat. Seolah benar-benar tidak ingin kehilangan bayi kecil yang juga memiliki kehidupan di dalam sana.

Ini salahnya. Ini semua murni kesalahannya. Dan kehidupan di dalam perutnya tidak seharusnya menanggung sakit atas kesalahan yang Ia buat. Yaxuan ingin memohon tapi hanya isakkan yang mampu keluar dari bibir tipisnya.

Dia takut semua permohonan yang ingin Ia katakan hanya akan membuat ayahnya semakin marah dan membahayakan calon bayinya.

Ssmentara itu Chengxin -kakak keduanya- yang biasanya tidak ingin ikut campur dalam masalah apapun itu, kini sepertinya mulai jengah dengan situasi ini. Akhirnya pemuda dengan wajah nyaris sempurna itu angkat bicara,
"Yaxuan, bukankah itu lebih baik daripada--"

"Benar--" Potong Tuan Song yang kini berjalan ke arah Yaxuan sebelum Chengxin menyelesaikan kalimatnya.

Chengxin memutar bola mata jengah melihat ayahnya memotong kalimatnya. Perilaku tanpa sopan santun itu jelas diketahui ayahnya, tapi dia tidak peduli.

Pria paruh baya itu menatap Yaxuan dengan begitu tajam. Seolah ada dendam yang tidak mampu di lampiaskan dari sorot matanya. Itu adalah rasa marah dan kecewa.

Sejak awal ayahnya tidak pernah puas dengan Yaxuan. Pria itu tidak ada hentinya memuji Ziyi yang selalu dinilai begitu cocok menjadi penerusnya ataupun Chengxin yang Ia pikir begitu mandiri dengan caranya sendiri. Sementara Yaxuan? Pemuda itu begitu manis, penuh kasih sayang kepada siapapun, hingga ayahnya tidak pernah melihat Yaxuan memiliki keinginan untuk berkuasa seperti kedua kakaknya. Itu yang membuat Yaxuan kian berbeda dengan kedua kakaknya di mata ayahnya.

时代少年团 - Teens In Love StoryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora