This Is Our Happy Ending 2

667 74 84
                                    




VOTE??















"Ding Chengxin?! Kau pikir kau tidak punya pekerjaan di kantor, huh? Kenapa belum berangkat? Aku sud-"

"Aku akan segera berangkat" potong Chengxin dengan suara paraunya.

Membuat sosok di sabrang yang menghubunginya itu tidak melayangkan protes melainkan merasa kau khawatir,
"Kau sakit? Ada apa dengan suaramu"

"Aku baik-baik saja. Sampai jumpa" dengan itu Chengxin menutup sambungan telepon.

Dia harus segera bergegas ke kantornya. Merasa tidak enak hati karena harus membuat sahabatnya He Junlin menyembunyikan keterlambatannya.

Sift malam? Tidak. Chengxin hanya mengatakan itu untuk kebohongan belaka.

Itu sudah berlangsung kurang lebih empat hari sejak Ia merasa ada yang janggal dengan kekasihnya.

Sejak Jiaqinya mengubah ponselnya menjadi mode senyap setiap malam. Sejak Jiaqinya sering pulang terlambat.
Sejak Jiaqinya terlalu banyak melamun.

Awalnya Chengxin pikir Jiaqinya hanya lebih sibuk. Maka kekasih yang sudah bersamanya selama tiga tahun itu akan pulang terlambat, memikirkan kesibukannya dengan melamun, dan yah-- meski begitu mengubah ponselnya dalam mode senyap masih mencurigakan.

Tapi Chengxin pikir semua itu masih dalam batas wajar, sampai Jiaqinya pulang dalam keadaan mabuk dan Ia mencium aroma lain dari tubuh kekasihnya.

Sama sekali bukan parfumnya ataupun parfum Jiaqi.




Saat itu Chengxin tahu, kekasihnya tidak bisa hanya mencintainya.

"Song Yaxuan, matikan lampunya"

Adalah kalimat dari Jiaqi saat Ia mabuk yang membuat Chengxin mematung kemudian merasakan dunianya runtuh.

Kenapa Jiaqi harus memanggil nama orang lain saat memeluk Chengxin?

"Sudahlah. Lagipula kau tidak bisa berbuat banyak" tegur Chengxin pada dirinya sendiri, dengan buru-buru menghapus air mata pada kedua pipinya dan menatap pantulan dirinya di depan cermin riasnya.

"Bodoh. Kau pikir mataku jadi seperti ini karena sift malamku? Tidak, itu semua karena dirimu, Tuan Ma" tunjuknya pada lingkar hutan dibawah kedua matanya.

Empat hari sejak Chengxin mengatakan bahwa dirinya akan memiliki sift malam, empat hari itu pula Chengxin sesungguhnya hanya menghabiskan waktu menangis semalaman di kamarnya. Menunggu kekasihnya itu akan pulang dan menjelaskan semuanya untuk Chengxin. Tapi nihil. Empat hari itu sungguh waktu paling menyiksa dalam hidup Chengxin.

Dan mungkin----- ini adalah hari selanjutnya Ia akan kembali tersiksa.













.














.














.














"Kau harus makan yang banyak! " Junlin mengambil beberapa daging dari piringnya dan menaruhnya di atas piring Chengxin.

Sementara Chengxin hanya tersenyum singkat menanggapinya.

"Ada apa denganmu? " tanya Junlin mengernyit melihat raut wajah dan gelagat Chengxin yang tampak tidak bersemangat.

"Tidak ada" balas Chengxin mengedikkan bahunya.

时代少年团 - Teens In Love StoryWhere stories live. Discover now