Step 2.2

194 31 0
                                    

"Sore Non, kita langsung berangkat ke tempat latihan?" tanya Pak Dedi saat aku baru saja masuk ke dalam mobil.

"Sebelum ke Belle, kita ke tempat ini dulu" aku memberi sebuah alamat kepada Pak Dedi.

Sejujurnya aku tidak tau tempat apa itu. Tapi semalam, Coach Evan mengirimnya kepadaku dan ia berkata bahwa kita akan bertemu di tempat itu sebelum latihan hari ini.

Setelah tiba di tempat itu, aku cukup dibuat bingung saat melihat orang-orang dengan pakaian olahraga. Hingga akhirnya aku sadar bahwa itu adalah tempat Yoga. Aku pun berusaha untuk menghubungi Coach Evan tapi panggilanku sama sekali tidak dijawab.

"Dia mau kita ngelakuin ini, kita ikutin aja" ucap Reynold yang berpapasan denganku di pintu masuk.

"Kita seharusnya latihan, bukan ngelakuin ini!" balasku.

"Lo ga denger apa yang diucapin dia kemarin?"

Aku pun terdiam, jelas aku mengingat apa yang diucapkan oleh Coach Evan kemarin. Ucapannya terlalu menyakitkan untuk dilupakan begitu saja.

"Kelas akan dimulai 5 menit lagi" teriak seorang perempuan yang aku yakini sebagai instruktur yoga di tempat tersebut.

Mau tidak mau pun aku mengikuti langkah Reynold masuk ke dalam tempat yang sudah dipenuhi oleh wanita dan pria yang duduk berpasangan. Sedangkan aku dan Reynold sama-sama menempati matras pada sudut ruangan yang berbeda.

"Mas dan Mbak yang di belakang bisa duduk berpasangan" ucap perempuan itu dengan senyum ramahnya.

Dan kini, mata dari seluruh peserta kelas yoga sore itu pun tertuju pada kami yang masih belum juga bergerak dari posisi masing-masing. Hingga akhirnya Reynold beranjak dari tempatnya dan pindah untuk duduk bersebelahan denganku.

"Selamat datang di kelas couple yoga, dimana tujuan dari kelas ini adalah untuk meningkatkan konsentrasi, ketenangan batin, serta menjalin inner-connection dengan pasangan masing-masing" mendengar penjelasan itu, aku semakin memiliki keinginan untuk keluar dari tempat ini.

"Sebelum kita mulai, silahkan duduk berhadapan dengan pasangan masing-masing dan letakkan kedua tangan di depan dada"

Sambil memberikan tatapan tajam kepada Reynold yang kini duduk berhadapan denganku, aku berusaha sebisa mungkin untuk menahan emosiku.

"Sekarang silahkan pegang tangan pria atau wanita yang ada di hadapan anda, tatap matanya dengan lembut dan berikan pujian terhadap satu sama lain secara bergantian"

Oh Tuhan, adakah sesuatu yang lebih parah dari ini?

Reynold mengulurkan tangannya dan aku pun terpaksa meletakkan tanganku di atas tangannya.

"Gerakan lo powerful" ucapku secara terpaksa.

"That's it?" tanyanya.

"Of course, lo berharap apa lagi? It's all about dance, okay?"

Reynold pun menarik napas panjang dan kini gilirannya untuk memberi pujian untukku.

"Waktu lo ballet, gerakan lo smooth dan elegan tapi saat lo beralih ke hip hop gerakan lo juga powerful and strong"

"Tunggu, sejak kapan lo liat gue ballet? Gue ga pernah tunjukin itu di depan lo"

"Gue-"

"-oh jadi ternyata selama ini lo juga nge-stalk gue???"

"Mbak, Mas, tolong kecilin suaranya ya" ucap seorang pria yang duduk di depan kami.

"Gue ga sengaja liat lo di ruang latihan waktu itu, oke? Lagian tempat itu juga jadi tempat latihan dance crew gue dulu"

DanceMateWhere stories live. Discover now