Final step

259 32 0
                                    

"Gue denger Carissa balik ke Indonesia hari ini" ucapan Martin membuat gerakan tangan Reynold yang hendak mengikat tali sepatunya itu berhenti.

"Ya, terus?" balasnya.

"Ya terus ngapain lo di sini?"

Reynold berdiri dari posisinya dan menghadap Martin yang sedang memegang segelas kopi hangat miliknya.

"Kalau bokap nyokap cariin, bilang gue ke tempat biasa"

"Lo ga nyerah kan?" pertanyaan Martin membuat langkah Reynold terhenti.

"Gue pergi dulu" ucap Reynold sambil membuka pintu tempat itu.

Kini, ia kembali pada tempat yang biasa ia sebut sebagai tempat 'healing' nya ketika pikirannya sedang rumit.

Reynold menarik napas panjang dan berdiri diam, menikmati pemandangan yang ada di hadapannya.

"Lo benar, tempat ini lebih cantik di malam hari"

Mendengar suara yang tak asing itu, dengan cepat Reynold membalik tubuhnya dan menghadap ke asal suara itu.

Di sana, aku menatapnya yang sedang berdiri terdiam sambil menatapku. Aku mengambil beberapa langkah dan berdiri di sampingnya. Aku ikut menikmati pemandangan yang ada di hadapanku, cahaya dari gedung-gedung tinggi itu hanya terlihat seperti kelap-kelip lampu kecil dari atas sini.

"Bukannya lo balik hari ini?" tanya Reynold.

"Iya, seharusnya"

"Terus, kenapa lo masih di sini?"

"Masih ada sisa 3 hari yang tertulis di surat izin gue dan lagi pula, gue ga mau bikin seseorang menunggu terlalu lama"

"M..maksudnya?" tanya Reynold bingung.

Aku mengalihkan pandanganku kepadanya dan tersenyum tipis.

"Selama ini, udah ada jawaban di dalam hati gue yang bisa gue kasih ke lo. Tapi ntah kenapa rasanya ga ada alasan di balik jawaban itu dan gue ga mau salah melangkah. Sekarang.... gue udah nemuin alasannya. Lo selalu ada di setiap proses yang merubah hidup gue dan lo juga alasan di balik perubahan itu"

"dan lo benar, gue harus jujur sama perasaan gue sendiri. Kalau gue juga sayang sama lo" ucapku sambil menatap kedua mata Reynold.

Reynold yang mendengar kata-kata itu keluar dari mulutku pun tidak dapat menyembunyikan senyumnya. Ia membuka telapak tangannnya dan meletakannya tepat di hadapanku.

"Wanna dance?" tanyanya.

"Sure" balasku sambil meletakkan tanganku di dalam genggaman tangannya.

Sambil mendengarkan lagu It's You dari airpods yang terpasang pada telinga kami, aku dan Reynold mulai menari. Kami tidak pernah menari bersama dengan lagu ini sebelumnya dan tarian ini hanya berdasarkan gerakan yang berasal dari tubuh kami, gerakan yang tidak pernah direncanakan sebelumnya. Gerakan yang didasari oleh perasaan kami dan yang dapat menggambarkan apa yang kami rasakan saat ini.

Reynold mengangkat tubuhku dan memutarnya dengan perlahan, kemudian menurunkanku tepat saat lagu berakhir. Kami menatap satu sama lain dengan senyuman yang terlukis pada wajah kami. Tak membutuhkan kata-kata untuk menjelaskan apa yang kami rasakan saat ini.

"Terima kasih. Terima kasih udah membiarkan gue masuk ke dalam hidup lo" ucap Reynold kepadaku.

"Terima kasih juga, udah bersedia untuk jadi bagian dari hidup gue" balasku sambil meletakkan tanganku pada bahunya.

Reynold kembali tersenyum dan memelukku dengan erat.

Sejak mengenalnya, aku belajar akan satu hal. Tidak peduli pintu mana pun, jika kau mengetuknya pintu itu akan terbuka. Tapi, kau harus mencari pintu tersebut terlebih dahulu.

Dan segala jenis pintu yang kita temui dalam hidup kita, akan membawa kita ke jalan yang akan kita tempuh dalam hidup ini. Oleh karena itu, kau harus memilih pintu yang dapat membawamu ke jalan yang tepat. Aku dan Reynold telah menemukan pintu yang sama, pintu yang membawa kami ke suatu jalan dan kami akan menempuhnya bersama-sama.

DanceMateМесто, где живут истории. Откройте их для себя