Step 2.4

184 32 0
                                    

"Ini waktu gue pertama kali ikut lomba nari, waktu itu gue masih berusia 7 tahun dan guru gue masukin gue ke lomba nari karena gue ga bisa diem di kelas" ucap Reynold sambil menunjukkan sebuah foto melalui handphonenya.

"Keliatan sih" ucapku sambil menatap foto seorang laki-laki kecil yang sedang menari dengan percaya diri di atas panggung.

"Ehm, mau pulang ga nih?" tanya Coach Evan sambil menurunkan kaca mobilnya.

Dengan cepat aku dan Reynold masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan, kami membicarakan banyak hal. Mulai dari insiden aku jatuh ke dalam danau, hingga Reynold yang sempat menemukan ular kecil di belakang tendanya. Meskipun Coach Evan sedang menyetir, aku dapat melihat seulas senyuman pada wajahnya saat mendengarkan cerita kami.

"Alright, sampai ketemu nanti malam ya" ucap Coach Evan setelah kami sampai di Belle. Aku dan Reynold pun berpisah untuk melakukan aktivitas masing-masing.


"Lo kenapa ga ikut kelas kemarin?" tanya Tiara yang sedang melakukan pemanasan di sampingku. Tatapan ballerina lainnya yang ada di ruangan itu pun ikut tertuju padaku.

"Ga enak badan" balasku sambil meletakkan tas di sudut ruangan.

"Okay class, ayo kumpul di tengah" ucap Bu Leni, memulai kelas pada hari itu.

"Lo ke mana aja? Gue telfonin ga diangkat dari kemarin" ucap Alex tepat saat Reynold baru saja masuk ke dalam ruang latihan Golden Crew.

"Ada urusan dan kebetulan handphone gue lowbat jadi ga sempet ngabarin kalian"

Mendengar penjelasan darinya, para anggota Golden Crew hanya dapat memberikan tatapan meragukan. Rasanya ada yang disembunyikan dari pria yang sudah menduduki posisi ketua selama 5 tahun itu.

"Yuk kita mulai" ucap Reynold, berusaha untuk membuat para anggotanya tidak membahas topik itu.

***

Setelah hampir 2 jam menari di dalam ruangan itu, latihan para anggota Golden Crew berakhir.

"Lanjut makan di angkringan yuk" usul Alex.

"Gaskeun!" balas Juna yang langsung menyetujui ajakan Alex.

"Umm kalian makan aja, gue ada tugas" ucap Reynold sambil berjalan meninggalkan ruangan tersebut.

"Apa cuma gue yang ngerasa ada yang aneh sama Reynold belakangan ini?" tanya Ririn kepada anggota lainnya.

"Nggak, gue juga ngerasa gitu"

"Udah ah nanti aja bahasnya, gue laper" ucap Alex sambil menarik lengan sahabatnya agar secepat mungkin keluar dari ruangan itu.

Setelah menyelesaikan latihan ballet, aku bergegas untuk ke ruang latihan Coach Evan. Sejak kelas ballet dimulai, aku sudah tidak sabar menunggu kelas untuk berakhir. Rasanya aku terlalu bersemangat untuk memulai latihan bersama Coach Evan dan juga Reynold.

Aku membuka pintu ruangan yang berada di sudut lorong dan melihat seorang pria yang sedang duduk diam di tengah ruangan. Ada seulas senyum pada wajahku saat melihat punggung yang familiar.

"Dor!" ucapku memecahkan lamunan Reynold.

Reynold tersenyum tipis sambil menatapku, reaksinya tenang tidak seperti biasanya. Sepertinya ada sesuatu yang sedang mengganggu pikirannya.

"Are you okay?"

"Gue baru aja bohongin anggota team gue sendiri, rasanya gue gagal jadi ketua yang baik" ucap Reynold sambil menatap kedua kakinya.

"Gue bukannya bilang berbohong itu baik tapi kita juga manusia biasa yang ga bisa menghindari itu setiap saat" balasku sambil duduk di samping Reynold.

"5 bulan lagi team gue akan mengikuti lomba yang sudah ditunggu-tunggu sejak satu tahun yang lalu. Dengan kondisi seperti ini, gue ga yakin gue sanggup untuk mengikuti dua kegiatan sekaligus. Tapi, gimana caranya gue kasih tau mereka? Mereka pasti bakal kecewa berat sama gue"

"Well, untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik memang harus ada yang dikorbankan dan lo ga bisa terus-terusan sembunyiin ini dari team lo"

"I know, tapi gue ga mau bikin mereka kecewa"

"Rey, saat dimana lo mengucapkan suatu kebohongan maka lo akan mengucapkan kebohongan lainnya untuk menutupi itu dan itu ga akan ada ujungnya. There must be a right timing, lo harus kasih tau mereka" ucapku sambil memegang bahu Reynold.

Tatapan Reynold teralihkan pada tanganku yang sedang berada pada bahu sebelah kirinya itu. Sadar akan hal yang ku lakukan, aku pun menurunkan tanganku dari bahunya.

"Maaf telat, saya terjebak macet" ucap Coach Evan yang datang tepat pada waktunya untuk menyelamatkan situasi canggung itu.

"So, bisa kita mulai?" tanya Coach Evan sambil berdiri di tengah ruangan.

Aku pun membalasnya dengan anggukan dan segera berdiri dari tempat dudukku.

DanceMateWhere stories live. Discover now