Step 4.2

164 24 0
                                    

Hari yang kami nanti telah tiba, hari dimana kami akan menunjukkan apa yang sudah kami siapkan selama hampir 2 bulan. Ruang tunggu pun sudah dipadati dengan kontestan dari berbagai cabang perlombaan. Ada yang sedang berlatih waltz di sudut ruangan, ada juga yang sedang berlatih tap, ballroom, hiphop, hingga ballet, semua itu bisa ditemukan di dalam ruangan ini.

"Lomba untuk kategori duo akan dimulai 15 menit lagi, peserta dimohon untuk bersiap-siap" ucap seorang pria yang merupakan bagian dari panitia perlombaan.

"Oke, apapun yang terjadi di panggung tidak akan bisa diulang lagi jadi lakukan yang terbaik dan tunjukkan kalau kalian layak lolos ke babak selanjutnya" ucap Coach Evan kepada kami.

Kami pun serentak membalasnya dengan anggukan.

"Goodluck kiddos" Coach Evan menepuk bahu kami sebelum pergi meninggalkan ruang tunggu.

"Gue ke toilet dulu" ucapku kepada Reynold.

Setelah membuang segala kegugupanku, aku memeriksa riasan yang terdapat pada wajahku sebelum kembali berjalan menuju ruang tunggu.

"Well, kayaknya ada yang nekat pindah haluan" ucap Tiara yang sedang berdiri di depan pintu ruang tunggu. Langkahku pun berhasil dibuat berhenti olehnya.

"Kira-kira apa ya reaksi bokap nyokap lo waktu tau anaknya ini dance hiphop?"

Aku membalik tubuhku, bersiap untuk membalas ucapan Tiara. Tepat sebelum aku hendak melakukan itu, seseorang menahan lenganku dari belakang.

"Udah waktunya kita ke backstage" ucap Reynold sambil menarik lenganku dan pergi dari tempat itu.

"Lo kenapa main bawa gue aja sih? gue harusnya balas ucapan Tiara dulu"

Reynold melepas lenganku setelah kami tiba di belakang panggung.

"Dia sengaja melakukan itu hanya untuk menguras emosi lo dan bikin lo kehilangan konsentrasi, apa lo mau hasil latihan lo selama berbulan-bulan sia-sia saat lo tampil di atas panggung hanya karena seseorang? It's not worth it, okay?"

Aku mengalihkan tatapanku dari Reynold dan berusaha untuk meredakan emosi yang sudah terlanjut terkumpul akibat Tiara tadi.

"We got this" Reynold mengepalkan tangannya dan mengajakku untuk melakukan bro-fist. Seperti biasanya, aku pun melakukan hal yang sama dan membalasnya.

"Kontestan nomor 7, Carissa Leandra dan Reynold Ganendra"

Mendengar nama kami dipanggil, kami segera melangkahkan kaki ke atas panggung. Sambil berdiri berhadapan pada posisi masing-masing, rasanya ada pesan yang tersampaikan melalui tatapan mata kami. Aku tau Reynold juga merasakan hal yang sama, rasa ingin memenangkan perlombaan ini.

***

"Nice job!" Coach Evan yang sudah menunggu di luar ruang tunggu menepuk tangannya dan memberi sebuah pelukan besar kepada kami.

"Maaf Coach tadi saya ada miss satu step dan-"

"-hey, it's beautiful okay? Ga ada yang terlihat salah dan semuanya terlihat cantik dan keren" Coach Evan memotong ucapanku, hal itu pun membuatku otomatis tersenyum.

"Kalian istirahat dulu, nanti kita bertemu lagi setelah pengumuman"

Aku dan Reynold melangkahkan kaki kami kembali ke ruang tunggu. Sambil duduk pada salah satu sudut ruangan, kami bersandar pada dinding yang terletak di belakang kami.

"Lo keren" ucap Reynold yang sedang duduk di sampingku.

"Lo juga" balasku sambil tersenyum simpul.

"Lo hebat"

"Lo juga"

"Lo cantik"

"Lo-" ucapanku terhenti setelah menyadari apa yang Reynold ucapkan kepadaku. Kami pun sama-sama tertawa.

"I mean it" ucap Reynold sambil menghadap ke arahku.

"Thank you" balasku sambil menatap kedua matanya.

"Cukup saya akui itu merupakan penampilan yang bagus" ucapan seorang wanita membuat Evan membalik tubuhnya untuk menghadap ke arah suara itu berasal.

Di depannya sudah ada Leni, wanita yang sudah ia kenal sejak ia masih duduk di bangku kuliah.

"27 tahun sudah berlalu dan nampaknya kamu masih belum kehilangan kemampuanmu yaitu, merebut apa yang dimiliki orang lain"

Ucapan wanita itu membuatnya tersenyum menyeringai, ia jelas tau apa yang dimaksud oleh wanita itu meskipun ia tidak merasa apa yang disebutnya itu benar.

"27 tahun sudah berlalu dan kamu masih juga belum menerima kekalahan" balas pria berusia 47 tahun itu sambil membalik tubuhnya.

"Apa kamu belum cukup merebut apa yang seharusnya saya miliki sampai salah satu murid saya juga harus kamu rebut?" ucapan wanita itu membuat langkahnya terhenti.

"Coba kamu tanya kepada muridmu dan bedakan apa yang dinamakan dengan merebut dan mendapatkan"


Setelah menunggu cukup lama, akhirnya kami akan segera mendengar hasil dari perlombaan hari ini. Dari 38 kontestan pada kategori duo yang sudah disaring terlebih dahulu, hanya satu yang akan terpilih untuk lolos ke tahap selanjutnya yaitu, tahap Nasional.

Dari juara harapan higga juara ketiga dan kedua sudah diumumkan, nama Tiara pun sudah lebih dulu disebut sebagai perwakilan Belle yang lolos pada kategori ballet. Sedangkan nama kami masih belum juga disebut. Ntah ini menandakan sesuatu yang bagus atau tidak, tapi yang jelas hati kecilku masih berharap.

Sambil memegang tangan satu sama lain dengan erat, kami menunggu pengumuman untuk juara pertama dan ya! Nama kami disebut! Hal itu membuat kami dan Tiara sebagai perwakilan dari Belle Dance Academy yang akan maju ke tahap selanjutnya.

"We did it, Coach!" kami mengangkat medali emas milik masing-masing sambil berlari ke arah Coach Evan.

"Jangan senang dulu, ini tandanya kalian harus langsung bersiap-siap untuk babak yang lebih tinggi lagi. Masih terlalu cepat untuk merayakan kemenangan"

Aku dan Reynold menurunkan medali masing-masing sambil bertukar pandang.

"Saya tunggu di ruang latihan besok" Coach Evan menepuk bahu kami dan meninggalkan kami, dua orang yang masih terbawa suasana kemenangan.

"Latihan Reynold, latihan" ledekku sambil menepuk sisi lengan Reynold.

DanceMateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang