Step 4.1

163 25 0
                                    

Ruangan yang biasa diisi oleh gerakan yang bersemangat serta musik yang keras, kini dipenuhi dengan tekanan. Para anggota Golden Crew sudah berkumpul di tengah ruangan dengan tatapan yang tertuju pada satu subjek yang sama, Reynold.

"Lo bisa jelasin ke kita apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Juna, memulai pembicaraan di antara rekan satu teamnya itu.

"Sebenarnya, gue udah terdaftar di International Dance Competition untuk kategori duo di bawah nama Belle Dance Academy" ucapan Reynold membuat Alex spontan berdiri dari tempat duduknya dan hendak meraih kerah baju pria itu, dengan cepat Juna dan Theo pun menahan laki-laki yang sedang termakan api amarah itu.

"Biar Reynold jelasin dulu, oke?" ucapan Juna pun berhasil membuat Alex kembali duduk pada tempatnya.

"Gue tau yang gue lakuin ini terkesan salah di mata kalian tapi, ini kesempatan yang gue ambil karena gue memiliki ambisi untuk memenangkan perlombaan itu. Semua ini gue lakuin karena gue pengen kita bisa punya tempat latihan sendiri. Tempat yang layak, yang memiliki AC , kaca besar, seperti keinginan kalian" mendengar ucapan pria yang sudah lama menduduki posisi ketua pada team itu, ada sedikit rasa bersalah di dalam hati mereka.

"Kita memang butuh tempat baru tapi ga gini caranya. Lo malah kerja sama dengan orang-orang yang udah rebut tempat kita dan jelas merupakan saingan terbesar kita, memalukan!" ucap Alex sambil menunjuk Reynold dengan penuh kekesalan.

"Tanpa mereka, gue ga akan bisa masuk ke dalam lomba dengan jenjang yang setinggi itu Lex. Sampai kapan kita mau terus bergantung pada lomba-lomba kecil yang bahkan ga bisa menyentuh 1/3 dari target uang yang harus kita kumpulkan untuk membeli tempat latihan sendiri"

Alex pun dibuat membisu dengan balasan Reynold.

"Ada lagi yang ingin lo sampaikan?" tanya Ririn sambil memutar koin yang ada pada tangannya.

"Maksud lo?"

Ririn berdiri dari tempat duduknya dan meletakkan selembaran kertas di hadapan Reynold. Pada kertas tersebut tercantum dengan jelas foto beserta artikel yang menyebutkan bahwa Reynold merupakan anak dari Marcus Ganendra.

"Marcus Ganendra, seorang pengusaha besar di mata dunia dan selama ini lo anaknya?" tanya Ririn.

Reynold memejamkan kedua matanya dan menarik napas panjang.

"Iya, Marcus Ganendra itu ayah tiri gue dan artinya gue adalah bagian dari keluarga Ganendra" balas Reynold.

"Jadi selama ini lo bukan bagian dari orang-orang seperti kita? Pantes lo selalu memakai baju dari brand-brand mahal dan motor itu-"

"-dengan status gue sebagai bagian dari keluarga Ganendra, bukan berarti gue bukan bagian dari kalian oke? Gue tetap seorang Reynold biasa yang kalian temui sehari-hari"

Alex tertawa dari tempat duduknya sambil menepuk tangannya beberapa kali.

"Wow, selama ini gue anggap lo sebagai sahabat terdekat gue dan gue percayain lo untuk mendengar seluruh cerita kehidupan gue tapi ternyata lo ga menganggap gue seperti gue menganggap lo. Begitu banyak hal yang lo sembunyikan dari gue. Emang benar ya, lo itu misterius" ucap Alex sambil berjalan menuju pintu ruangan itu.

"Lo benar, gue memang menyimpan banyak rahasia dari kalian. Tapi semua ini atas dasar pilihan dan keinginan gue sendiri dan gue harap kalian ga akan menyerang orang lain yang jelas tidak bersalah. Terutama Carissa, gue ga mau dia dibawa-bawa ke dalam permasalahan ini"

Reynold berdiri dari tempat duduknya dan mendahului Alex yang sedang berdiri diam sambil menatap ke arah pintu yang masih tertutup dengan rapat. Reynold pun membuka pintu itu dan berjalan keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan orang-orang yang sudah bertahun-tahun ada di sisinya.

***

Setelah kejadian yang cukup mengejutkanku siang tadi, aku kembali ke rumah dan menunggu dengan perasaan penuh khawatir. Aku terus memerhatikan layar handphoneku sambil menunggu notifikasi yang tak kunjung muncul.

"Permisi" ucap Bi Isti sambil mengetuk pintu kamarku.

"Ya, masuk aja Bi"

"Ada yang cariin Non di bawah"

"Bilang aja ke Andrew saya lagi ga mood buat ketemu dia" balasku sambil kembali menatap layar handphoneku.

"Bukan Mas Andrew, Non"

Mendengar balasan Bi Isti, dengan cepat aku berlari keluar dari kamarku dan melewati setiap anak tangga yang ada hingga aku sampai pada lantai dasar rumahku. 

"Rey" panggilanku membuat Reynold menoleh.

Melihatku yang sedang berdiri di depan pagar rumah, ada seulas senyum pada wajahnya. Sayangnya senyuman itu terlihat berbeda, bukan senyuman yang biasanya ku temukan pada wajah seorang Reynold. Ia berjalan menghampiriku, membuatku semakin cemas melihat langkahnya yang bahkan terlihat lesu.

"Hey, are you okay?"

Reynold tidak memberikan balasan apapun dan memelukku dengan erat. Pelukan itu sangat tidak terduga olehku. Tapi pada saat seperti ini, aku tidak bisa menghindari pelukan yang terkesan salah itu. Sambil menghapus nama Andrew yang tiba-tiba muncul pada benakku, aku mengangkat kedua tanganku dan membalas pelukan itu sambil menepuk punggungnya dengan perlahan.

"Maafin gue. Maafin gue udah bikin lo terlibat dalam kekacauan ini" suaranya dapat terdengar tepat di samping telingaku.

Ia mengambil beberapa langkah mundur hingga tatapan kami kembali bertemu.

"Gue ga bisa kehilangan apa-apa lagi, kita harus menangin lomba itu"

Aku tersenyum tipis sambil menatap kedua matanya yang sedang diisi dengan api semangat itu.

"Lo ga akan kehilangan apapun dan ya, kita pasti bisa menangin lomba itu"

Aku mengepalkan tanganku dan meletakannya tepat di hadapannya. Reynold pun melakukan hal yang sama dan membalas bro-fistku.Hal itu mengingatkanku dengan apa yang terjadi di lokasi perkemahan saat itu, semuanya terasa sama. Kecuali satu hal, kami jelas memiliki sebuah koneksi yang lebih dalam saat ini dan ini akan membawa kami ke tempat yang pantas kami dapatkan.

DanceMateWhere stories live. Discover now