Step 6.2

151 20 0
                                    

Andrew yang awalnya sedang bersandar pada sisi mobilnya kini berjalan menghampiriku dan juga Reynold.

"Reynold Ganendra, gimana kabar bokap lo? Kok lo ga ikut keluarga lo ke Seattle?"

"Oh ya gue lupa, lo kan anak tiri" lanjut Andrew sambil tersenyum sinis.

"Andrew!" dengan cepat aku menarik lengan Andrew hingga menjauh dari Reynold.

"Kamu mau apa sih? Cari ribut? Atau cari perhatian?" tanyaku sambil menatap Andrew tajam.

"Aku cuma mau kamu balik sama aku, kayak dulu lagi. Tapi ternyata, kamu malah asik-asikan berdua sama cowo itu. Sekarang aku tau, dia alasan kamu putusin aku kan?"

"Aku putus sama kamu atas dasar keinginan aku! Bukan karena Reynold atau siapa pun itu, jadi jangan bawa-bawa orang yang jelas ga ada hubungannya sama kita"

Aku membalik tubuhku, berusaha untuk melangkah pergi dari Andrew. Tapi sebelum aku sempat melangkahkan kakiku, pria itu sudah menahan lenganku.

"Lepasin!" ucapku sambil berusaha menarik lenganku darinya.

Melihat Andrew yang tetap memegang lenganku dengan kencang, Reynold pun melangkah ke arah kami dan memisahkan tangan Andrew dari lenganku.

"Wow, liat siapa yang berusaha jadi pahlawan. Lo emangnya bisa kasih dia apa hah??"

Reynold yang sudah sempat melangkahkan kakinya bersamaku tiba-tiba berhenti. Ia melepas tangannya dari lenganku dan kembali menghampiri Andrew.

"Pertama, lo mungkin ga cukup mengenal gue. Tapi asal lo tau, gue paling ga suka liat apa yang gue sukai disentuh sama orang lain dan yang kedua, iya gue memang anak tiri tapi gue ga masalah akan hal itu. Gue masih punya orangtua yang menyayangi gue dan yang paling penting, gue masih diajari sopan santun sama orangtua gue. Dan yang terakhir..... gue bisa kasih Carissa kebahagiaan. Gue bisa dampingin dia ngelakuin hal yang bisa bikin dia bahagia, yaitu menari "

Setelah menatap satu sama lain dengan tatapan tajam, Reynold akhirnya melepas tangannya dari kerah baju Andrew dan kembali berjalan ke arahku.

"Sialan!" Andrew mengangkat sebuah batu berukuran sedang yang terletak di sampingnya dan melemparnya, tepat mengenai bagian punggung Reynold.

Reynold yang terlihat menahan rasa sakitnya pun mengepalkan tangannya, ia kembali berjalan ke arah Andrew dan mendaratkan sebuah pukulan pada wajah Andrew.

"Reynold, stop!" ucapku berusaha memisahkan Reynold dan Andrew.

"Kamu mending pulang sekarang sebelum aku teriak dan mempermalukan kamu di depan banyak orang"

Andrew pun berdiri dari posisinya dan melangkah masuk ke dalam mobilnya, dengan tatapan yang tidak bisa lepas dari kami.

***

"Ah!" ucap Reynold saat aku menempelkan Ice Pack pada punggungnya.

"Sorry, gara-gara gue lo jadi harus terluka gini" ucapku sambil menahan Ice Pack yang masih terletak pada punggung Reynold.

"Yang mukul gue kan cowo itu, bukan lo" balas Reynold.

"Ya tapi kan itu semua karena gue dan lagi pula kalau lo terluka gini, gimana lo mau angkat gue di latihan besok"

"Jadi lo khawatir sama gue karena bagian dari koreo kita?"

"Bukannya gitu, gue-"

"-iya iya, gue ngerti kok" ucap Reynold sambil tersenyum tipis.

"Carissa"

"Hm?" balasku sambil menggeser posisi Ice Pack tersebut.

"Lo.... udah putus sama cowo itu?"

Mendengar pertanyaannya, aku meletakkan Ice Pack tersebut di sampingku. Reynold pun membalik tubuhnya agar ia dapat menatap kedua mataku.

"Iya" balasku.

"Tapi, alasannya bukan karena omongan lo waktu itu oke? Ini ga ada hubungannya sama lo" lanjutku, sebelum Reynold sempat berspekulasi yang aneh-aneh.

Reynold menaikkan sebelah alisnya dan menatapku dengan dekat, membuatku mematung.

"Dari mata lo sih, kayaknya omongan lo ga sepenuhnya bisa dipercaya"

Dengan cepat aku mendorong Reynold untuk menyisakan sedikit jarak di antara kami.

"Ah! Tanggung jawab, punggung gue sakit lagi" Reynold kembali memegang punggungnya sambil mengangkat Ice Pack dengan sebelah tangannya.

Aku berdiri dari sofa yang terletak di ruang tamu rumahku.

"Pak Dedi" panggilku.

Pak Dedi pun melangkah masuk dengan cepat.

"Ya Non?"

"Bantu pegangin Ice Pack di punggung cowo ini ya. Saya mau tidur, ngantuk"

"Siap laksanakan!"

"Loh loh, Sa! Carissa!" Reynold berusaha memanggilku tapi aku tidak mengacuhkannya dan tetap berjalan ke arah kamar.

"Yang mana yang sakit Mas?" tanya Pak Dedi sambil mengangkat Ice Pack tadi.

"Udah ga sakit Pak, tiba-tiba ilang rasa sakitnya" 

DanceMateWhere stories live. Discover now