Step 7.4

165 26 0
                                    

Ucapan Reynold saat di atas panggung tadi rasanya sudah membuatku menggila, ditambah lagi dengan pengumuman pemenang yang akan dilakukan beberapa menit lagi.

"There will be only one winner from each category, which will be given a very rare chance to work with top producers and have their career settled down here in Holywood"

Setelah mulai mengumumkan pemenang untuk kategori dance solo hingga group dance, kini tiba waktunya untuk mengumumkan kategori duo. Jantungku terus berdebar dengan kencang, telapak tanganku mulai mengeluarkan keringat dingin. Sambil berusaha menenangkan diriku dengan segala jenis pujian terhadap kerja kerasku selama ini, aku memejamkan kedua mataku.

"and the winner is..... Carissa and Reynold from Belle Dance Academy, Indonesia!"

Mendengar nama kami disebut melalui microphone yang lantang itu, aku kembali membuka kedua mataku. Pemandangan yang ada di hadapanku kini sudah berbeda, bukan lagi sebuah situasi menegangkan melainkan situasi penuh riang dimana semua orang sudah berdiri dari posisi duduknya, diiringi dengan suara tepuk tangan yang mengisi ruangan itu.

"We did it?" tanyaku sambil menatap Reynold terkejut.

"Yes! We did it!" balas Reynold dengan sebuah senyuman lebar pada wajahnya.

Ia merangkulku dan membawaku ke tengah panggung. Masih ada rasa tidak percaya di dalam hatiku, aku tidak tau bagaimana penghargaan sebesar ini dapat jatuh ke tanganku. Hal ini bukan lagi sebatas mimpi, melainkan sebuah pencapaian yang berhasil ku lakukan.

"Congrats yaa, kalian keren" ucap Tante Wanda yang berjalan menghampiri kami dengan dua bouquet bunga di tangannya, bersama dengan Om Marcus yang juga mendampinginya.

"Mama? Papa? Kalian kapan ke sini?"

"Baru aja sampai semalam" balas Om Marcus.

"Carissa, kamu cantik. Penampilan kamu, gerakan kamu, semuanya terlihat cantik" Tante Wanda memegang tanganku dan menatapku dengan hangat, layaknya menatap anaknya sendiri.

"Thank you, Tan" balasku dengan seulas senyum.

Sambil memeluk Tante Wanda, aku melihat dua sosok familiar yang sedang berdiri di balik pelukan itu.

"Umm Om, Tante, saya tinggal sebentar ya" ucapku kepada kedua orangtua Reynold.

Aku melangkahkan kakiku dengan pelan dengan wajah tercengang dan setelah itu, aku mempercepat langkahku untuk berlari menuju kedua orang tuaku yang kini sudah ada di depanku.

"Mama bangga sama kamu" ucap mama sambil memegang pipiku.

"Mama sama papa kenapa ga bilang mau ke sini?" tanyaku sambil menghapus air mata yang baru saja menetes dari mataku.

"Mana ada sih kejutan yang dikasih tau duluan?" balas papa sambil menghapus air mata dari pipiku.

Kami pun sama-sama tertawa.

Aku kembali membuka sebuah kotak yang berisikan medali emas yang baru ku terima tadi dan memberikannya kepada kedua orangtuaku.

"Ini baru hadiah kecil yang bisa Carissa kasih ke kalian, Carissa janji akan memberikan hadiah-hadiah yang jauh lebih besar kedepannya"

Mama kembali menarikku ke dalam sebuah pelukan sambil memegang kotak yang berisikan medali emas itu. Rasanya aku ingin menghentikan waktu, momen ini hanya terjadi sekali dalam hidupku dan ingin ku abadikan selamanya.

"Om, Tante, saya pinjam Carissa sebentar ya" ucap Reynold sambil memberi kode kepadaku untuk mengikutinya.

Aku dan Reynold berjalan bersebelahan dan menghampiri Coach Evan yang sudah berdiri diam di depan sana. Seperti biasanya, ia melipat kedua tangannya dengan sebuah senyuman pada wajahnya. Coach Evan merentangkan tangannya lebar dan dengan melangkah cepat, kami melakukan group hug di tengah ruangan yang sedang dipenuhi oleh orang yang sedang berlalu-lalang.

"Saya tau kalian pasti bisa menempati posisi ini" ucap Coach Evan kepada kami.

"Ini semua berkat Coach" ujar Reynold yang dilanjutkan dengan anggukan olehku.

"Tugas saya hanya membantu kalian, kalian sendiri yang mewujudkan hal ini menjadi kenyataan"

Coach Evan menepuk bahu kami dengan senyum penuh bangga.

"Coach, bisa ikut kami makan setelah ini? Sedikit bentuk terima kasih dari kami sebagai orangtua" ucap Om Marcus.

"Tidak apa-apa Pak, saya tidak ingin mengganggu waktu keluarga Ibu dan Bapak"

"Tidak masalah Coach, ikut saja ya untuk merayakan keberhasilan anak-anak kita juga" lanjut mama.

***

Sesampainya di tempat makan, aku melangkah masuk bersama dengan kedua orangtuaku. Pada suatu meja yang terletak di sudut restoran, sudah ada Reynold, kedua orang tuanya, Martin dan juga Coach Evan. Mata Reynold pun sudah tertuju padaku sejak aku melangkahkan kaki ke dalam restoran ini, tapi aku terus menghindarinya. Aku memutuskan untuk duduk di samping kedua orangtuaku, jauh dari Reynold.

"Masih ada bangku kosong di sana" ucap Martin yang duduk berhadapan denganku.

"Oh, gapapa" balasku dengan sebuah senyuman tipis.

"Oh memang sengaja menghindar" gumam Martin sambil memotong steak yang ada di depannya.

Aku hanya dapat menghindari tatapan matanya.

"Adik gue pasti abis confess ya?"

Pertanyaan Martin membuatku tersedak potongan steak yang baru saja ku telan.

"Itu tandanya benar" lanjut Martin sambil menyerahkan segelas air putih kepadaku.

Aku melihat ke sekelilingku, untung saja kedua orangtua kami sedang sibuk berbincang jadi ucapan Martin yang tergolong cukup kencang itu tidak sempat terdengar oleh mereka.

"Sorry tapi, kita bisa bicarain ini nanti aja ga? Gue ga mau sampai kedengeran yang lain" ucapku dengan perlahan.

Martin tersenyum tipis dan meletakkan peralatan makannya.

"Gue tau ada sesuatu yang terjadi di dalam perasaan adik gue waktu gue liat kalian di acara waktu itu. Ga biasanya seorang Reynold yang tough jadi softy di depan seorang perempuan. Itu pertama kalinya gue liat dia seperti itu, dan itu karena ada lo"

"Gue bukannya berusaha bantuin adik gue but, I just want to let you know that he's different when he's with you" ucap Martin sambil menatapku.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Reynold. Sejak aku memasuki tempat ini, ia tetap terlihat seperti Reynold pada biasanya dan seolah-olah ia tidak pernah mengucapkan 3 kata itu di atas panggung.

DanceMateWhere stories live. Discover now