Step 7.1

160 20 1
                                    

"Green Tea Frappuccino" Reynold menyerahkan segelas minuman favoritku.

"Thanks" aku mengambil minuman itu dari tangannya dan menyesuaikan langkahku dengan langkahnya.

"Lo kenapa tiba-tiba ngajak gue keluar?" tanyaku sambil menikmati Green Tea Frappuccino yang ada pada tanganku.

"Gue pikir, kita sama-sama butuh waktu untuk mengistirahatkan pikiran kita yang saat ini terlalu tegang"

"Well, you are right"

"Gimana kalau kita duduk di sana?" tanya Reynold sambil menunjuk bangku yang terletak pada taman.

Sambil menatap para streetdancer yang sedang menari di depan sana, aku dan Reynold sama-sama tersenyum. Rasanya mereka terlihat sangat senang, menari tanpa ada tekanan dan beban apa pun.

"Gue jadi pengen cepet-cepet balik ke Indonesia dan nari lagi bareng team gue"

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Reynold yang sedang duduk di sampingku.

"Rey"

"Hm?"

"Sorry ya, gara-gara gue lo jadi kepisah gini sama team lo"

Reynold mengalihkan pandangannya kepadaku dan tertawa kecil.

"Stop being sorry, lagian itu kan pilihan gue"

"Ya mau bagaimanapun juga selama gue tau bagaimana ini berawal, gue akan tetap merasa ini adalah bagian dari kesalahan gue"

"Daripada lo semakin merasa terbebani, mending lo tutup mata lo sekarang"

"Tutup mata?"

"Iya"

Meskipun merasa sedikit bingung, aku tetap mengikuti perintahnya dan menutup kedua mataku.

"Sekarang, buka mata lo" ucap Reynold setelah aku menutup mataku selama beberapa saat.

Setelah membuka kedua mataku, aku dapat melihat sepasang sepatu yang terletak tepat di hadapanku. Sepatu tersebut masih terletak dengan rapih di dalam kotaknya.

"Ini...?"

"Buat lo"

Aku menatap Reynold bingung tanpa memberikan balasan apa pun. Reynold pun kembali mengambil kotak sepatu tersebut dan menekuk lututnya di hadapanku. Ia melepas sepasang flat shoes yang sedang ku kenakan dan memasang sepatu itu pada kakiku.

"Untung ukurannya pas" ucap Reynold sambil menatap sepatu dengan campuran warna hitam dan pink yang sudah terpasang pada kedua kakiku.

Kini, ia mengangkat wajahnya dan menatapku.

"Gue harap sepatu ini bisa bikin lo merasa nyaman setiap kali lo menari" ucapnya.

Kami pun saling menatap satu sama lain dengan seulas senyuman pada wajah kami.

"Ah, gue rasa udah cukup malam. Kita balik yuk"

Aku yang masih terduduk pada bangku itu memegang tangannya, menahannya sebelum melangkah dari tempat itu.

"Thank you, I really mean it" ucapku sambil menatap kedua matanya.

Ia membalasku dengan sebuah senyuman, senyuman itu terasa hangat. Malam itu terasa cukup untuk mengistirahatkan pikiranku yang terasa tegang dan kacau sebelumnya.

***

Sebelum memulai latihan hari ini, aku menekuk lututku dan mengencangkan tali sepatuku.

"That looks good on you" ucap Reynold yang tiba-tiba sudah berada di depanku.

Aku berdiri dari posisiku dan tersenyum kepadanya.

"Can we start now?" tanya Jane.

Aku dan Reynold berdiri pada posisi kami dan memberi sebuah anggukan kepada satu sama lain sebelum menutup mata kami dengan kain. Hari ini, aku sudah bertekad untuk mengangkat segala beban pada pikiranku dan berusaha untuk merasakan panggung ini.

Langkah demi langkah membuatku menjadi lebih dekat dengan panggung yang mulai terasa familiar ini. Hingga akhirnya datanglah bagian itu dan... aku berhasil! Bahkan Reynold juga berhasil mengangkatku pada bagian yang datang setelah itu. Kami membuka penutup mata kami dan memberi senyuman pada satu sama lain. Alunan lagu terus berlanjut dan kami menyelesaikannya dengan hasil yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

"We did it!" ucapku sambil memeluk Reynold dengan semangat.

"Yeah... we did it" balasnya sambil memelukku.

DanceMateWhere stories live. Discover now