Step 5

162 21 0
                                    

Jogja. Kota ini akan menjadi cerita yang tak terlupakan dari hidupku.

"101 kamar hotel kamu, Reynold di 102 dan saya di 103. Kalau ada apa-apa kabari saya ya"

"Okay Coach" aku mengambil kartu akses kamar hotelku dari tangan Coach Evan.

"Oh ya jangan lupa mulai sore nanti kalian akan ada rehearsal, kita ketemu di lobby jam 3.15 ya"

Aku mengangguk dan membuka pintu kamar hotelku dengan kartu akses yang baru ku terima. Setelah meletakkan koper di sisi ranjangku, aku merebahkan tubuhku pada ranjang yang nyaman itu.

"Haii, gimana Jogja?" tanya Katrin melalui video call yang baru saja terhubung denganku.

"Baru juga sampe" balasku sambil membalik posisiku agar dapat menatap layar handphone dengan benar.

"Gue tau lo bakal milih ini"

Aku tersenyum tipis. Beberapa hari yang lalu aku sudah sempat menceritakannya kepada Katrin dan sebagai seorang sahabat, ia juga akan mendukung apa pun pilihanku.

"Sa, cowo itu.. mana?" tanya Katrin yang tiba-tiba mengecilkan suaranya.

"Apaan sih! ya beda kamar lah sama gue"

"Ya abisnya kalian kan partner-an"

"Gue sama dia partner dance, bukan partner yang macem-macem oke? Udah ah gue mau istirahat dulu"

"Awas ya, jangan sampe pulang-pulang lo berdua-"

"-BYE!" dengan cepat aku menutup video call itu sebelum Katrin berbicara yang aneh-aneh.

Setelah beristirahat selama kurang lebih dua jam, aku bersiap-siap untuk bertemu Reynold dan Coach Evan di lobby. Sudah waktunya kami pergi ke tempat dimana lomba akan dilaksanakan lusa nanti untuk melakukan rehearsal. Suara notifikasi handphoneku yang tiba-tiba berbunyi membuat langkahku terhenti di depan pintu kamar hotelku.

Andrew : babe, aku udah denger semuanya
Andrew : kamu kenapa lakuin ini?

Aku menutup handphoneku sambil memendam rasa kesal di dalam hatiku. Aku tau mama pasti menceritakan hal ini kepada Andrew dan tentu saja Andrew akan memilih untuk berada pada sisi orangtuaku.

"Dor!" Reynold yang tiba-tiba muncul di belakangku membuatku memasukkan handphoneku ke dalam saku celanaku dengan cepat.

"Apaan sih, basi tau" balasku sambil tertawa kecil.

"Lagian lo berdiri diem gitu di depan pintu kayak satpam, yuk buruan Coach Evan udah nungguin di lobby"

Setelah tiba di tempat itu, mataku tidak bisa berhenti memindai seisi  tempat yang akan  menjadi venue perlombaan  kami 2 hari lagi. Dibanding dengan tahap sebelumnya, tempat ini jelas berkali-kali lipat lebih besar. Bahkan dengan berdiri di atas panggung saja aku tetap tidak dapat melihat ujung dari tempat ini.

"Berterima kasihlah kalian masih mendapatkan waktu untuk membiasakan diri dengan tempat ini karena kalau tidak, saya yakin kalian sudah pingsan duluan saat melihat tempat duduk yang akan terisi dengan ratusan penonton" ucap Coach Evan dari belakang kami.

"Carissa Leandra dan Reynold Ganendra" ucap seorang wanita yang merupakan bagian dari panitia perlombaan.

"Giliran kalian, buat tubuh kalian nyaman di atas panggung itu oke?"

Aku dan Reynold sama-sama membalas ucapan Coach Evan dengan sebuah anggukan dan melangkah ke tengah panggung.

"Tangan lo dingin" ucap Reynold saat tangan kami bertemu untuk pose sebelum musik dimulai.

"Gue masih belum terbiasa dengan panggung ini"

Reynold tersenyum tipis, ia menggenggam tanganku dan membawanya dekat ke mulutnya. Dengan ditiupnya pelan, tanganku mulai terasa sedikit lebih hangat dari sebelumnya.

"Lebih baik, bukan?" tanyanya.

Aku tersenyum tipis dan mengembalikan tanganku ke posisi semula.

Setelah 2 jam, rehearsal pun berakhir dan masing-masing kontestan lomba diperbolehkan untuk kembali ke tempat penginapan. Ada banyak yang harus kami revisi, mulai dari posisi berdiri hingga ruang yang harus lebih kami kuasai karena panggung itu jelas lebih luas dari yang kami perkirakan.

Langit sudah gelap dan kami pun kembali ke kamar hotel masing-masing. Tubuhku juga terasa lebih segar setelah membasuhnya dengan air hangat yang terdapat pada kamar hotelku. Sambil menggunakan handuk hangat pada pergelangan kakiku, aku mengistirahatkan tubuhku pada sofa yang terletak di sisi kamar itu.

Suara ketukan yang datang dari pintu membuatku beranjak dari tempat dudukku. Aku membuka pintu dan melihat Reynold yang sudah berdiri di depan pintu kamar hotel dengan hoodie berwarna hitam dan ripped jeans miliknya.

"Lo.. lagi ngapain?" tanya Reynold sambil berusaha untuk melihat isi kamarku.

"Gak ngapa-ngapain, lagi istirahat aja"

"Ada makanan enak yang gue tau deket sini, lo mau ikut?"

Dengan cepat aku pun meng-iyakan ajakannya, perutku sudah berteriak kelaparan sedari tadi.

DanceMateWhere stories live. Discover now