CHAPTER 42 [BabyGuard] - 사랑해, 그래서.. 미안 [Sorry, I Love You]

971 199 53
                                    

Happy Reading :) 💜
.
.
.
.
.

Namjoon menggenggam jemari kecil Rapmon, "Pipu yakin, suatu saat nanti, kamu akan jadi musisi terkenal. Sekalipun Pipu sudah tidak ada disamping kamu, tolong jangan pernah lupakan pipu ya?"

Rapmon pernah sekali waktu mendapati Namjoon bersedih dan kelelahan sebab lelah bekerja seharian. Lalu bayi itu mendekat padanya dan memeluknya seraya berkata "Laepmon sayang pipu, jangan sedih lagi ya.."

Namjoon menggelengkan kepalanya sesaat matanya nyaris berkaca-kaca. Dia tidak boleh terlihat lemah saat ini, Namjoon tidak boleh ikut-ikutan egois seperti yang lain.

Namjoon bergegas mencabut lampu-lampu hiasan di kamarnya, menarik semua foto-fotonya dengan Rapmon, menggugurkan seluruh hiasan koya yang bergantung hingga seluruh bidang dinding kamarnya kosong.

Namjoon menyiapkan koper dan memasukan seluruh keperluan Rapmon. Semakin lama dia mengucap salam perpisahan dengan Rapmon, semakin dia jatuh dalam kubangan luka.

/Kamar 2/

Pemilik gelar Worldwide Handsome ini menutup kedua matanya. Pikirannya menembus waktu ke masa lalu. Dimana dialah yang pertama kali memberi nama pada salah satu bayi yang begitu menarik perhatiannya. RJ.

Seokjin pernah bilang, bahwa dengan adanya bayi itu, dia seperti mempunyai RJ sungguhan. Yang bisa tertawa dengannya, menyuapinya, berbicara dengannya dan mewarisi ketampanannya.

Namun kali ini, semua ingatan indah itu berubah menjadi duri. Seokjin membuka matanya, melirik siapa yang tengah berbaring di sampingnya. Bayi tampan dengan alis tebal dan bibir penuh. Persis cerminan Seokjin semasa dia kecil dulu.

Seokjin merendahkan tubuhnya mendekati RJ. Walaupun kelihatannya Seokjin baik-baik saja dan masih bisa bercanda, namun percayalah itu hanyalah topeng belaka. Dia begitu hancur melihat ayah dan ibu kandung RJ di hadapannya.

/Kamar 3/

Yoongi membanting koper dan mulai mengemas seluruh barang-barang Suga dari kamarnya. Dia marah, kecewa, tak menyangka, pancarona rasa dia terima saat ini.

Melihat kedua orang tua Suga di depan matanya, juga jadi alasan mengapa Yoongi semarah itu saat mencekal Hoseok.

/Kamar 4/

Hoseok menenangkan dirinya dibawah shower yang menyala, membiarkan air hangat itu mengalirli kepala hingga jatuh di perut atletisnya. Tidak ada yang dipikirkannya saat ini selain sang putra, pangeran kecilnya.

Ia sudah terbiasa bangun tidur dan mengecup kening Hobi yang masih terlelap di sampingnya. Ia biasa berbagi kursi dengan Hobi, bercerita padanya, menonton film dengannya, dan pergi kemanapun bersamanya. Bagaimana nanti jika Hobi tidak ada?

/Kamar 5/

Waktu itu, Jimin pernah bilang bukan? Jika tiba saatnya dimana waktu memberi tahu inilah perpisahan antara mereka, Jimin berpikir dia akan tersenyum dengan tulus sambil melambaikan tangannya. Lalu dia akan berkata, 'Selamat tinggal putraku, temukan kehidupanmu. Kamu bagian dari aku, dan aku sangat menyayangimu'.

Meskipun begitu, inilah yang Jimin takutkan. Ucapannya jadi kenyataan.

Mochi merengek dari tidur nyenyaknya, bayi itu perlahan membuka mata dan Jimin sigap menyembunyikan koper.

"Appa?"

"Ne?"

"Mwohae?" tanya Mochi masih setengah sadar.

"Ah, aniya. Appa sedang beres-beres kamar. Kamu tidur lagi aja ya?"

Mochi mengangguk nurut namun sebelum menutup matanya kembali, Mochi menghampiri sang Appa dan tertidur di pangkuannya. Mungkin Mochi kira semua baik-baik saja padahal di sisi lain, Jimin tengah menahan emosialnya. Pikiran-pikiran jahat terus menggodanya, 'Jangan berikan Mochi, dia anakmu' seperti itu.

BabyGuard 𖠌 Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu