7. Bayangan Air Mata Carissa

110 34 60
                                    

Carissa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Carissa

"Kalian ngapain?"

Sontak aku dan Anesh mendongak dan menemukan Keenan di hadapan kami, menatap kami bergantian penuh selidik. Kelihatannya ia heran melihat Anesh duduk di sampingku. Pasti ia mengira kami sudah berbaikan.

"Kalian sudah baikan?" tanya Keenan lagi.

"Belum," aku menjawab cepat, mendului Anesh yang baru membuka mulut.

Dari sudut mataku, kulihat ia menghabiskan beberapa detik menatapku. Aku tahu ia pasti kecewa aku belum memaafkannya. Namun pada kenyataannya aku memang belum memberi maaf. Dan ternyata ia cukup tahu diri untuk meninggalkan tempatnya, menyingkir dari sisiku.

"Gue cabut dulu ya, Ris. Yuk, Keen," pamitnya padaku dan Keenan.

"Oke." Kudengar balasan Keenan untuk mewakiliku yang tetap diam.

Sepeninggal Anesh, aku buru-buru mengusap mataku yang berair, sebelum cairan luapan emosiku ini lolos dari saluran air mata. Aku tak ingin Keenan menginterogasiku apa yang dilakukan Anesh padaku hingga membuatku nyaris menangis. Setelah mengerjap beberapa kali dan meyakini tak ada genangan air mata yang tersisa di pelupuk, aku memaksakan senyum.

Tanpa permisi, Keenan menempatkan diri di sampingku, di kursi yang semula diduduki Anesh. "Kamu diapain lagi sama dia?" tanyanya.

"Gak diapa-apain. Dia cuma mau minta maaf," sahutku, kembali meneruskan pekerjaanku.

"Dan kamu maafin?"

Aku menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku gak mau dia berpikir aku terlalu mudah memberinya maaf supaya dia belajar untuk gak mengulanginya."

Di sampingku, Keenan mengangguk-angguk. Entah ia mengerti atau sepaham denganku, ia juga pasti bertanya-tanya, apa yang membuatku tersinggung dengan ucapan Anesh kemarin. Namun aku belum ingin memberitahunya. Siapa dia hingga aku mau mencurahkan isi hatiku padanya?

"Kamu bikin apa, Ris?" tanyanya, seolah tahu aku enggan meneruskan membicarakan Anesh. Tubuhnya pun agak dicondongkan lagi ke arahku, ingin mengintip apa yang kuketik di laptopku.

"Tugas Reading Compre," jawabku tanpa menoleh. Compre, kependekan dari Comprehension. Mahasiswa dari semua angkatan memang menyingkatnya seperti itu. Aku yang mulanya gak mudeng¹ dengan istilah itu, kini mulai terbiasa dan ikut-ikutan menyebutnya demikian.

"Kuliahnya Pak Eros, ya?"

"He eh. Kami disuruh membuat laporan pemahaman dari salah satu cerpen di buku ini." Aku meninggalkan laptopku sejenak untuk mengoper buku yang kuambil, tepatnya yang Anesh bantu ambilkan, dari rak tadi. Lalu kusodorkan buku itu pada Keenan.

✔Puisi untuk Carissa [EDITED VER.]Where stories live. Discover now