28. Insecure

74 20 83
                                    

Carissa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Carissa

Aku sudah tiba kembali di Bandung dua hari sebelum kuliah semester genap dimulai dan Anesh menjemputku di stasiun. Rasanya asing, memulai hubungan lagi setelah tiga tahun menjomlo. Apalagi saat itu aku baru kelas 3 SMP.

Perkenalan yang tak cukup lama awalnya membuat hubungan kami sering diwarnai salah paham. Hari-hari pertama yang kulalui bersamanya terasa cukup berat. Banyak yang belum kumengerti darinya hingga aku sering merasa diabaikan. Aku merasa ia lebih mendahulukan kegemarannya bermain basket daripada menghabiskan waktu bersamaku. Pesan-pesanku pun kadang tak dibalasnya.

Pendekatan kami sebelumnya yang tak terlalu intens membuatku perlu waktu hingga sebulan hingga bisa beradaptasi dengan karakter dan kegiatannya, juga baginya untuk beradaptasi denganku. Namun hasilnya sepadan dengan yang kami bayar. Kami sama-sama nyaman, tak merasa terkekang dan saling membebaskan, meskipun sesekali ia menyempatkan mengantarku pulang dan menemaniku di perpustakaan. Dan itu semua karena Keenan.

Keenan

Aku tahu semua kisah mereka. Aku tahu bagaimana mereka mulai jatuh cinta dan aku tahu bagaimana perjalanan cinta mereka. Bagaimana aku tak tahu bila aku menjadi tempat berlabuhnya semua curahan hati mereka? Bila aku lebih lama lagi bersama mereka, mungkin kisah mereka bisa kutulis menjadi sebuah novel.

Aku paham. Anesh tak punya tempat lain untuk mencurahkan isi hati selain kepadaku. Sementara bagi Carissa, aku dianggap sangat mengenal Anesh dan dari akulah ia mengerti banyak hal tentangnya. Dan karena aku, hubungan mereka yang mulanya berat serta sering kali diramaikan oleh salah paham, kini berangsur membaik. Anesh yang berjiwa bebas dan agak egois, mulai membagi sedikit waktunya untuk Carissa hingga membuat gadis itu tak lagi merasa diabaikan. Dan Carissa yang penyendiri serta selalu menuntut kehadiran Anesh pada awalnya, perlahan mulai membebaskannya dan mengurangi ketergantungan padanya.

Namun entah kenapa setelah hubungan mereka membaik, aku masih berada di antara mereka. Bukan aku yang menginginkannya, tapi mereka yang meminta. Mungkin karena Anesh percaya aku tak akan menikungnya (izinkan aku tertawa untuk yang satu ini). Dan mungkin karena Carissa tak ingin persahabatanku dengan Anesh berakhir hanya karena kini ada dirinya di antara kami.

Hubungan mereka tampak menyenangkan setelahnya. Setidaknya itulah yang kulihat. Aku tak merasa canggung berada di dekat mereka karena mereka memosisikan diri sebagai teman bukan pasangan yang ingin memamerkan kemesraan. Dan setiap kali aku melihat binar matanya saat menatap Anesh, aku tahu ia bahagia.

Yang penting ia bahagia.

*

Tenggat pengumpulan tugas akhir¹ yang tinggal sebulan lagi membuatku dan Anesh menjadi lebih sering menghabiskan waktu di perpustakaan dan bolak-balik menemui dosen pembimbing.

Ralat.

Hanya Anesh yang lebih sering menemui dosen pembimbingnya. Sementara dosen pembimbingku hanya memintaku untuk mencari satu literatur lagi yang bisa mendukung teoriku. Dan tugas akhirku yang mendekati bab terakhir membuatku mulai melirik lowongan pekerjaan. Aku ingin saat ada kekosongan waktu menunggu jadwal sidang dan wisuda, aku sudah bisa bekerja.

✔Puisi untuk Carissa [EDITED VER.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang