52. Impian Carissa

234 19 85
                                    

Carissa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Carissa

Masa liburan sekolah membuat Keenan gagal menemukan penginapan. Ibu pun menawarinya menginap di rumah, di kamar yang pernah dihuni oleh Mas Panji. Dan selama dua hari menginap di sini, Ibu mengajarinya membuat beberapa masakan, termasuk mangut favoritku. Bapak juga senang dengan kehadirannya, karena kini ia punya teman bicara sesama jenis lagi setelah Mas Panji menikah dan mempunyai kehidupan sendiri dengan keluarga barunya.

Ketika kedua keponakanku tahu Paklik Keenan sedang berada di rumah Eyang¹-nya, mereka mendesak sang ayah untuk mengantar kemari. Dan bisa ditebak bagaimana lengketnya mereka dengan paklik 'baru' mereka. Untung Keenan punya stok kesabaran melimpah hingga tak sekali pun ia merasa kesal dengan kenakalan mereka. Bahkan ketika saatnya ia kembali ke Bandung, Sekar menolak turun dari gendongannya dan Lintang terus bergelayut di kakinya, berusaha membuat laki-laki itu membatalkan kepulangannya.

Ternyata bukan cuma bocah-bocah itu yang merasa kehilangan, tapi juga Bu Siti.

"Mbak, sebenarnya Bu Siti lebih suka mas yang kemarin daripada yang dulu," akunya sehari setelah kepergian Keenan.

"Kenapa?" tanyaku tanpa mengalihkan perhatianku dari bawang putih yang tengah kukupas.

"Baik, sopan, pintar masak lagi."

"Kalau yang dulu?"

"Kelihatannya suka bertingkah sak karepe dhewe². Pantas cuma jadi sopir."

Seketika aku meninggalkan aktivitasku dan menelungkupkan kepala di meja, menyembunyikan gelak.

*

Banyak yang harus kupertimbangkan sebelum membalas perasaan Keenan. Berakhirnya hubunganku dengan Anesh menjadi yang pertama. Meskipun hubungan kami berakhir tidak baik, tetap saja lelaki itulah yang paling lama menghuni hatiku. Aku perlu waktu untuk mengosongkan hatiku dari kenangan-kenangannya. Selain itu keputusanku untuk menetap di Semarang menjadi pertimbangan kedua. Setelah belajar dari Mbak Sarah--yang mengakhiri hubungannya dengan sang pacar ketika mendapat pekerjaan di Jakarta--aku memutuskan untuk tak akan pernah menjalani hubungan jarak jauh. Hanya saja puisi-puisi indahnya yang kubaca berulang-ulang membuat rasa rindu ini semakin membuncah. Aku pun bimbang.

Sementara Ibu tampaknya tak ingin lagi mencampuri isi hatiku. Mungkin ia takut aku mengalami kejadian seperti itu lagi, meskipun aku tahu ia punya penilaian yang berbeda terhadap Anesh dan Keenan. Dan setiap kali melihatku bimbang, ia hanya berkata, "Dengarkan kata hatimu saja, Nduk. Ibu yakin itu yang terbaik."

Namun tampaknya satu masalahku hampir teratasi ketika setelah seminggu berpisah, Keenan menelepon untuk menawarkan posisiku kembali di Pondok Mendongeng. Tanpa berpikir panjang, bahkan tanpa meminta pendapat Ibu, aku langsung mengiakan. Bukan karena Keenan, tapi karena aku memang selalu ingin kembali ke sana.

✔Puisi untuk Carissa [EDITED VER.]Where stories live. Discover now