46. Keputusan Terbaik

64 16 57
                                    

Carissa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Carissa

Kami mempercepat kunjungan kami ke supermarket siang itu setelah Anesh mendapat pesan dari mama bahwa saat ini ia sudah menunggu kami di rumah. Cukup mendadak kalau mengingat hari ini kami tak punya rencana untuk persiapan pernikahan kami yang tinggal sebulan lagi. Kecuali mama punya rencana lain untuk kami.

Dari kejauhan, mobil mama sudah tampak terparkir di depan rumah. Dan begitu Anesh membelokkan mobilnya memasuki carport, kami baru melihat sosok Pak Rohman di dalam pos satpam, berbincang bersama Pak Muis.

Pria itu beranjak ke luar saat aku dan Anesh turun dari mobil. "Siang, Mbak," sapanya.

"Siang, Pak. Apa kabar?" balasku.

"Baik. Baru pulang, Mbak?"

"Iya. Tadi ke supermarket sebentar, belanja kebutuhan sehari-hari."

"Oh."

"Saya masuk dulu ya, Pak."

"Silakan, Mbak."

Sementara Anesh menurunkan barang-barang dari bagasi dengan dibantu Bi Saodah, aku menduluinya masuk melalui pintu utama dan langsung menemui mama yang duduk sambil memeriksa ponselnya di ruang depan.

"Hai, Ma. Sudah lama?" Aku langsung menempatkan diri di samping Mama Stella dan memberinya kecupan di tangan, seperti yang biasa kulakukan pada orang tuaku.

"Gak juga. Anesh mana?"

"Masih nurunin belanjaan. Tumben Mama mendadak banget datangnya. Apa kita punya rencana lain?"

"Gak ada. Mama cuma mau ketemu Anesh. Ada yang mau Mama omongin sama dia," jawab wanita paruh baya itu.

Aku menatapnya lekat. Entah ini hanya perasaanku saja atau hari ini mama memang terlihat tegang. "Ada masalah, Ma?" tanyaku.

"Gak ada kok, Ris." Ia tersenyum. Senyum yang tampak dipaksa.

"Oke. Mama sudah makan?"

"Sudah. Tadi sebelum ke sini Mama makan dulu."

"Kalau gitu aku ke dalam dulu ya, Ma."

"Ya, Sayang."

Kutinggalkan mama dan beranjak ke dapur, membantu Bi Saodah membereskan barang-barang belanjaan. Sementara dari ruang tamu kudengar suara Anesh mulai berbincang dengan mama. Tiba-tiba ....

Plak!

Hampir bersamaan, aku dan Bi Saodah terlonjak di tempat dan bertukar tatapan heran. Suara tamparankah itu? Apa mama baru menampar Anesh?

Segera kuletakkan kaleng sarden yang tengah kupegang di meja dan bergegas ke ruang depan. Suara keras mama mengomeli Anesh kini semakin jelas kudengar.

".... Dulu kamu sudah janji gak akan mengulangi. Sekarang malah kamu ulangi. Mama kecewa sama kamu, Nesh. Kamu bikin malu Mama."

✔Puisi untuk Carissa [EDITED VER.]Where stories live. Discover now