44. Seperti Masa Lalu

56 16 40
                                    

Carissa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Carissa

Kusempatkan melirik jam kecil di meja kerjaku. Sudah hampir pukul dua belas malam. Tanpa kusadari waktu lewat begitu saja. Padahal aku merasa baru mulai menelusuri artikel-artikel dalam laptopku beberapa menit yang lalu, mencari kejadian sehari-hari yang bisa kuterjemahkan menjadi dongeng anak-anak.

Mataku lalu beralih pada ponsel yang kuletakkan di samping laptop. Namun layarnya hanya menunjukkan gambar wallpaper tanpa pemberitahuan apa pun, bahkan pesan dari Anesh. Aku tahu lelaki itu memang perlu berjam-jam untuk menuntaskan kekesalannya.

Ya sudahlah. Kalau itu memang akan membuatnya merasa lebih baik, sebaiknya kubiarkan dia dengan pikirannya sendiri. Aku akan mengajaknya bicara nanti saat kepalanya sudah dingin.

Aku memadamkan laptop dan lampu meja lalu beranjak menuju kamarku. Namun dering ponsel dalam genggamanku ini seketika membekukan langkahku. Di layarnya tertera 'Mama Stella'.

Dengan kedua pangkal alis yang saling bertaut, kugeser tombol hijau itu dan menjawab, "Ada apa, Ma?"

"Ris, Anesh ada di situ, gak?" Ada kekhawatiran dalam suara calon ibu mertuaku itu.

"Tadi siang memang ke sini, tapi cuma sebentar. Memangnya dia belum pulang?"

"Belum. Hapenya juga gak aktif. Mama takut dia kenapa-kenapa, Ris."

Deg.

Kekhawatiran Mama Stella pun menjangkitiku. Sekonyong-konyong aku seperti diingatkan, Anesh bisa 'keluar jalur' bila sedang emosi. Bagaimana bila emosinya kali ini juga membawanya dalam masalah? Namun aku tak bisa menceritakan kejadian tadi siang pada wanita ini. Kekhawatirannya pasti akan menggila.

"Kalau gitu aku coba tanya Keenan ya, Ma. Mungkin Anesh di sana," kataku akhirnya.

"Oke. Nanti kabari Mama ya, Ris."

"Ya, Ma."

Begitu hubungan terputus, aku segera menghubungi Keenan yang langsung dijawab pada nada panggil pertama.

"Ada apa, Ris? Kok tum ...."

"Keen, Anesh ada di situ, gak?" potongku dengan rasa panik yang gagal kusembunyikan.

"Enggak tuh. Ada apa memangnya?"

"Tadi siang ada sedikit masalah. Terus kata mamanya sampai sekarang dia belum pulang. Aku boleh minta tolong kamu untuk nyari dia?"

"Oke," sahut Keenan tanpa jeda. Aku tahu ia tak perlu berpikir panjang untuk menolong temannya.

"Nanti kabari aku ya, Keen," pintaku sebelum mengakhiri panggilan.

Kantuk yang sebelumnya menggelayutiku kini terlucut begitu saja. Sementara aku tak tahu apa yang bisa kulakukan selagi menunggu. Rasa gelisah yang ada hanya mengizinkanku untuk bolak-balik memeriksa ponselku, memeriksa bila Keenan memberi kabar, meskipun aku tak menyetelnya dalam mode senyap.

✔Puisi untuk Carissa [EDITED VER.]Where stories live. Discover now