35. Anesh dan Anak-anak

39 8 7
                                    

Carissa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Carissa

Kami tak saling mengirim kabar setelah pertengkaran itu. Aku bahkan tak ikut menjemputnya ke bandara pada hari kepulangannya. Kubiarkan Keenan yang pergi menjemputnya sendiri.

Namun saat semalam ia mengirim pesan bahwa hari ini ia akan mampir untuk menyelesaikan masalah kami, sebuah ide berkelebat di kepalaku. Menurutku, Anesh cemburu karena ia hanya tak tahu apa yang kulakukan bersama Keenan. Dan kalau hari ini aku melibatkannya dalam kegiatan kami, mungkin ia akan mengerti. Namun aku juga memintanya untuk membawa laptop untuk menggarap novelnya, seandainya ia bosan menunggu.

Biasanya aku akan muncul di halaman tempat kos tanpa antusiasme tinggi bila kami sedang bertengkar. Namun pagi itu aku justru menuruni tangga sambil berlari. Ia pun heran melihatku bergegas mendatanginya dengan wajah semringah.

"Hai, maaf ya, lama," ucapku seraya memberi kecupan singkat di pipinya.

"Kita mau ke mana, sih?" tanyanya begitu sosoknya sudah berada di balik kemudi.

"Nanti kamu juga tahu," sahutku. "Ayo, cepat. Nanti terlambat," aku mendesak saat melihatnya malah merogoh saku jaket, bukan menyalakan mesin mobil.

"Aku punya sesuatu untuk kamu," katanya sambil menarik sebuah gelang tali dengan balok-balok huruf abjad di tengahnya. Balok-balok itu membentuk kata 'Anesh'.

"Kok 'Anesh', sih?" protesku dengan bibir mengerucut.

"Karena yang 'Rissa' aku yang pakai." Anesh menyingsingkan lengan jaketnya sedikit dan menunjukkan gelang yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Gelang yang sama, hanya dengan balok-balok membentuk kata 'Rissa'.

Bibirku yang mengerucut pun berganti senyum.

Tanpa meminta, Anesh meraih tangan kiriku dan menyematkan gelang itu di sana dengan balok-balok namanya menghadap ke atas. "Jangan dilepas, ya," pintanya.

Aku kembali menarik lenganku dan memperhatikan gelang yang kini melingkar di pergelangan tanganku.

"Suka?" tanyanya.

"Suka," balasku jujur. "Sekarang, cepat berangkat. Aku sudah ditunggu."

Anesh terkekeh. "Oke, deh."

Anesh

Kelihatannya Carissa tak ingin mengungkit pertengkaran kami beberapa hari yang lalu pun mencari solusi untuk masalah itu. Namun aku senang suasana hatinya membaik. Di sepanjang perjalanan, ia juga tampak riang seperti biasanya. Ia sama sekali tak menunjukkan kekesalannya padaku. Ya sudahlah. Lebih baik tak usah membahasnya daripada merusak suasana hatinya.

"Itu tempatnya," tunjuk gadis ini pada sebuah bangunan bercat aneka warna dengan papan bertuliskan 'Pondok Mendongeng' di dinding. Di halamannya, beberapa bocah cilik tampak menikmati permainan yang ada di sana. Mobil Keenan pun terlihat terparkir di depan garasi.

✔Puisi untuk Carissa [EDITED VER.]Where stories live. Discover now