17. Merelakannya

78 23 62
                                    

Carissa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Carissa

"Kalem, Bro. Ini cuma kami," canda Anesh seraya mengangkat satu tangannya setinggi telinga. Sementara di sampingnya, kekehku tercelus melihat ekspresi kaget yang bersarang di wajah Keenan.

"Oh, sorry. Aku lagi masak," jawabnya yang menjelaskan keberadaan pisau itu di genggamannya. Ekspresinya berubah sejurus kemudian, menjadi lebih bersahabat. Tangannya yang menggenggam pisau pun didorongnya ke balik punggung. "Kalian ngapain ke sini?" tanyanya sambil menggeser berdirinya, memberi kami akses masuk dalam rumah.

Kali ini aku yang menjawab, "Tadinya aku mau ngembaliin diktat kamu. Terus aku baru tahu dari Anesh kalau kamu sakit. Ya sudah, sekalian jenguk aja." Beriringan, aku dan Anesh memasuki ruang tamu Keenan.

Rumah Keenan sebenarnya tak terlalu besar, tapi pemiliknya menatanya dengan apik hingga ruang tamu yang tak seberapa luas ini terasa nyaman dan sejuk.

"Nih, dari dia." Di belakangku Anesh mengangsurkan kantong keresek hitam berisi pisang yang kami beli tadi.

"Apa, nih?" respons Keenan.

"Ganjalan perut buat yang sakit mag," sahut Anesh.

"Thanks. Aku nerusin masak dulu, ya. Kalian mau minum apa?" tawar Keenan kemudian.

"Nanti kami ambil sendiri," Anesh yang menjawab sebelum sang tuan rumah menghilang ke arah belakang. Sedangkan langkahku berhenti di depan sebuah bufet yang di atasnya berdiri bingkai-bingkai foto dan belasan piala.

Sekilas kubaca pelat yang melekat di kaki piala-piala itu. 'Juara II Lomba Puisi Tingkat SMA', 'Juara II Lomba Prosa Antar Sekolah', 'Juara II Lomba Puisi SMA Pradipta', 'Juara III Lomba Puisi Se-Jawa Barat'.

Ternyata Keenan menulis puisi juga.

Perhatianku kemudian beralih pada bingkai-bingkai yang sebagian besar berisi foto keluarga. Keluarga Keenan, kelihatannya. Sosoknya banyak tergambar bersama sepasang suami istri paruh baya dan seorang gadis. Namun ada dua foto yang sangat membangkitkan rasa ingin tahuku. Foto yang satu bergambar keluarga Keenan tanpa ayah. Dan foto yang satu lagi bergambar foto ayah Keenan, yang menurutku lebih menyerupai pas foto yang diperbesar.

Apa ayahnya ....

Aku menoleh saat kurasakan kehadiran Anesh di sampingku. Dan kepadanya kuajukan keingintahuanku. "Ayahnya sudah meninggal?" bisikku.

"He eh," balasnya.

"Sakit?"

"Mag akut."

"Ayahnya meninggal karena mag akut. Anaknya gak belajar dari pengalaman," aku bergumam yang segera ditanggapi oleh tawa kecil Anesh dan tangannya yang mengacak rambutku.

"Terus, ibunya?" tanyaku lagi.

"Masih kerja di asuransi."

"Yang cewek muda itu siapa?" Rasa ingin tahuku belum berakhir.

✔Puisi untuk Carissa [EDITED VER.]Where stories live. Discover now