12. Bukan Untukku

87 28 76
                                    

Keenan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Keenan

Aku tersenyum tipis saat siang itu kembali menemukan Carissa di perpustakaan, duduk di meja favoritnya sambil menghadapi laptop. Apa dia sudah lelah menghindari Anesh? Atau justru sudah berbaikan?

Aku mendekat tapi ia terlalu tenggelam dalam pekerjaannya hingga tak menyadari kehadiranku. "Sudah gak menghindar lagi, nih?" tanyaku menggoda seraya mengambil tempat di seberangnya.

Gadis itu mendongak dan tersenyum, tapi tak menjawab.

"Atau sudah baikan?" sambungku.

"Dia sedang dalam masa percobaan," akhirnya ia menyahut dengan membawa perhatiannya kembali pada layar laptop.

"Maksudnya?" Mataku mengerjap.

"Nanti kamu juga tahu sendiri." Carissa masih membiarkanku dalam kebingungan. Namun aku melihat ada senyum penuh arti menggores wajahnya. Aku pun tahu, ia punya rencana terhadap Anesh. Dan apa pun itu, mungkin itu lebih baik daripada tak ada kedamaian sama sekali di antara mereka.

"Kamu sedang bikin apa?" Aku membelokkan topik percakapan saat melihat ketekunannya di balik layar laptop.

"Tugas Composition," balasnya tanpa mengangkat kepala. "Nanti tolong periksakan lagi, ya."

"Oke," aku menyanggupi. Bahkan tanpa ia melihatnya, aku tersenyum. Tak apa, ia tak perlu tahu aku senang membantunya.

Melihatnya serius bekerja membuatku enggan mengusiknya lagi. Dan sambil menunggunya, aku mulai memeriksa tugas-tugas yang dikerjakan oleh murid-murid privatku yang sedari tadi berada dalam genggaman.

"Hai, Ris." Suara lelaki memanggil nama Carissa tak jauh dari meja kami.

Bersamaan, aku dan Carissa menoleh menghadap seseorang yang berdiri di samping meja. Anesh. Senyumnya begitu lebar dan ada binar di matanya. Kelihatannya suasana hatinya sedang bagus.

"Tumben ke sini. Sudah bosan main basket?" cetusku.

Anesh tak menggubris dan tetap menghadapi Carissa. "Boleh aku ikut duduk di sini?" tanyanya pada gadis itu.

'Aku'? Anesh menyebut dirinya 'aku'?

Carissa mengangguk dengan raut datar. Aku tak melihat kebencian lagi di sana. Tampaknya ia memang sudah memaafkannya.

Anesh menempati kursi di sampingku lalu langsung membuka binder-nya dan sebuah buku yang tampaknya milik perpustakaan. Tanpa bicara lagi, ia mulai menulis sambil sesekali membaca sekilas isi buku yang dipinjamnya itu.

Aku melirik pekerjaan Anesh. Sepertinya ia sedang mencoba menerjemahkan satu paragraf dari buku itu. Namun seingatku dosen Translation tak memberi tugas apa-apa.

✔Puisi untuk Carissa [EDITED VER.]Where stories live. Discover now