27. Status Baru

64 18 80
                                    

Keenan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keenan

Sudah dua hari Anesh tak berkirim kabar. Padahal bocah itu terkenal sebagai pengguna aplikasi percakapan yang paling aktif di antara orang-orang dalam daftar kontakku. Namun kali ini pesanku saja tak dibalasnya. Tak biasanya. Atau ia sedang bersama Carissa? Seingatku sehari setelah UAS, ia akan mendapatkan jawaban.

Kusempatkan menengok jam dinding sambil membawa keranjang berisi jemuran yang sudah kering. Baru lewat sedikit dari pukul tiga sore. Saatnya menuruti permintaan Ibu untuk menyiram beberapa tanamannya yang diletakkan di teras.

Aku pun ke luar, mengisi air dalam gembor lalu berjongkok di hadapan barisan tanaman-tanaman dalam pot. Sedikit-sedikit aku mulai membasahi tanahnya.

Tiiiiinnnnn.

Siapa pula yang berani menyulut masalah dengan membuat gaduh di sore yang tenang seperti ini? Rasa ingin tahuku memaksaku bangkit dari jongkokku.

Sebuah kendaraan SUV berhenti di depan pagar rumah. Aku mengenalinya sebagai mobil Anesh yang selalu ia kendarai untuk perjalanan jauh. Apa ia baru datang dari luar kota?

Pintu sisi pengemudi terbuka. Siang itu cuaca memang agak mendung, tapi sinarnya cukup menerangi sosok sang pengemudi saat ia melompat turun. Sudah kuduga. Memang bocah tengil itu.

"Hei, Bro!" serunya seraya mengangkat satu tangan tinggi-tinggi di udara. Rautnya begitu ceria. Ceria yang lain daripada biasanya.

Ia tak langsung memasuki halamanku, melainkan membuka pintu belakang dan dari gerakan punggungnya, kuduga ia sedang meraih sesuatu.

Sambil menunggu, aku kembali berjongkok dan meneruskan aktivitasku.

"Bro, di mana lo?" seru sahabatku lagi, lebih lantang daripada sebelumnya.

Dasar berisik. Setelah meninggalkan gembor di lantai, aku buru-buru berdiri sebelum para tetangga berdatangan dan mengeroyoknya. "Apa sih, Nesh? Gak bisa lebih pelan suaranya?" protesku.

Bocah itu melangkah mendekatiku sambil meringis. Sementara satu lengannya memanggul sesuatu di balik punggung.

"Ke mana aja lo, dua hari gak ada kabar? Pesan gue gak dibalas tapi tahu-tahu datang. Panjang umur banget," sungutku.

Alih-alih menjawab, Anesh menyodorkan pikulannya dari balik punggung. Sebuah kantong keresek hitam berukuran besar yang isinya terlihat berat. "Dari Carissa," katanya.

"Carissa?" Keningku membentuk kerutan-kerutan dalam. Belum terlintas dalam benakku alasan gadis itu memberiku sesuatu yang isinya juga belum kuketahui ini. Namun belum sempat aku bertanya pada Anesh, pemuda itu sudah mendekapku. Dan aroma keringatnya .... Astaga. Apa ia baru main basket?

"Beri gue selamat, Bro. I'm a boyfriend now," pintanya.

Kurasakan sepasang alisku semakin menukik dan nyaris bersentuhan saat kudengar ucapannya. Serta merta kudorong tubuh sahabatku menjauh. "Maksud lo apa datang-datang langsung peluk gue? Baru juga dua hari gak ketemu."

✔Puisi untuk Carissa [EDITED VER.]Where stories live. Discover now