39. Usai Sidang

67 18 81
                                    

Carissa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Carissa

Mata kuliah Bimbingan Tugas Akhir bahkan baru akan dimulai semester depan. Namun menurut Keenan akan perlu waktu untuk membiasakan anak-anak itu menggunakan bahasa asing sekalipun bukan dalam bentuk percakapan.

Seolah mencuri permulaan, aku dan Keenan mulai 'menyisipkan' bahasa Inggris saat bermain bersama mereka. Lagu-lagu anak berbahasa Inggris pun mulai diajarkan. Beruntungnya aku, Bianca dan Akbar sangat mendukung serta mau membantu. Selain Keenan, mereka setuju untuk kujadikan narasumber.

Dan Anesh menepati janjinya. Aku diperbolehkan pergi ke Pondok Mendongeng bersama Keenan. Ia juga menyediakan meja makannya untuk kami pakai mendiskusikan materi-materi yang akan diberikan pada anak-anak itu, sekaligus menemaninya menulis naskah.

Kadang, ia menimpali pembicaraan kami dan menanyakan beberapa hal. Aku tahu, ia masih tak menyukainya, tapi setidaknya sikapnya sudah menunjukkan dukungannya padaku. Ia bahkan ikut membantu mencarikan materi dengan mengunduh beberapa gambar edukasi.

Aku menjadi lebih girang lagi ketika Bianca menawariku menjadi sukarelawan di sana. Seiring berjalannya waktu, jumlah anak-anak yang datang ke tempat itu kian banyak. Anesh pun tak punya pilihan selain mengizinkanku. Ternyata ia memang sebucin itu.

Kegembiraanku bertambah kala kuliahku memasuki semester enam--setahun setelah memperkenalkan bahasa Inggris pada bocah-bocah itu--proposal tugas akhirku langsung disetujui oleh dosen pembimbing. Aku pun kembali menjadi penghuni perpustakaan untuk memudahkanku bekerja sekaligus mencari literatur yang kubutuhkan. Namun bila Anesh atau Keenan berkunjung, aku harus rela bekerja di food court nan bising, yang sejak namaku terdaftar di kampus itu, baru enam kali kutapaki.

Novel kedua Anesh terbit menjelang hari penentuan kelulusanku, hari di mana aku harus mempertanggungjawabkan isi tugas akhirku di depan para penguji. Ia kembali harus melakukan promosi dan bedah buku hingga ke luar kota. Dan lagi-lagi ia meminta Keenan untuk menemaniku.

Saat hari itu tiba, Keenan duduk menunggu di depan ruang sidang dari sejak para penguji masih mencecarku dengan pertanyaan-pertanyaan seputar isi tugas akhirku hingga kemudian menunggu lagi sampai mereka selesai mendiskusikan nilaiku. Dan Keenan pula yang menjadi orang pertama yang tahu nilai akhirku.

Kedua mata pemuda itu membulat saat menemukan huruf A besar pada surat keputusan kelulusanku. "Wah! Selamat ya, Ris. Gak sia-sia ya, kamu mulai kerja dari setahun yang lalu," ucapnya.

"Makasih ya, Keen. Kalau gak ada kamu, mungkin aku gak akan berhasil," sahutku berseri-seri seraya meremas tangannya tanpa sadar.

"Aku juga punya kejutan untuk kamu." Ia mengedipkan sebelah mata.

"Kejutan apa?" tanyaku dengan alis meninggi.

Dengan dagunya Keenan menunjuk ke balik punggungku, mengomandoku untuk memutar tubuh.

✔Puisi untuk Carissa [EDITED VER.]Where stories live. Discover now