satu

90.5K 11.2K 532
                                    

Brakk

"BUSET! APA-APAAN INI NOVEL?"

Seorang gadis melempar novel yang baru saja selesai ia baca dengan judul 'To Protect You' ke atas meja. Raut mukanya keruh menahan amarah.

"Ara!"

"Eh? Iya, bu?" gadis itu, Arabella. ia menoleh saat sebuah suara memanggilnya. Tampak seorang perempuan berseragam. Bu Ida, penjaga perpustakaan sekolah.

"Ini perpustakaan. Bukan kamar kamu!" Bu Ida menatap garang ke arah Ara.

"Tapi sudah kayak kamar Ara kok, Bu. Buktinya Ara baca buku disini, belajar disini, bahkan tidur juga disi─"

"Sekali lagi kamu banyak tingkah disini, Ibu gak akan izinin kamu masuk perpustakaan lagi sampai lulus!"

"Yahhh, Bu. Kok gitu sih?" tanya Ara dengan muka cemberut.

"Sudah sana keluar. Habis ini bel masuk bunyi. Tuh, lihat juga temen kamu mondar-mandir mantau kamu di luar. Udah sana!" Bu Ida menjawil lengan Ara dan menunjuk arah pintu dengan kepalanya.

"Saya ngembaliin buku bent─"

"Gausah, Ibu balikin aja. Cepetan pergi sana!"

Ara menatap Bu Ida dengan mengerutkan keningnya sebal.

"Iya, iya," ucapnya sambil mulai melangkah keluar dari ruang perpustakaan.

"Ada ya penjaga perpus yang ngusir pengunjungnya? Lagian apa salah gue coba? Gue cuma baca buku disini," Ara menarik pintu kaca perpustakaan dengan kesal, kemudian segera keluar, "Heran banget."

"Harusnya gue yang heran. Lo itu tau gak sih? Ini tuh perpustakaan. Ya jelas lo diusir. Gue kasih tau ya, lo tuh berisik banget kalo udah baca novel," Ara mengerutkan kening dengan bibir atasnya terangkat menatap sahabatnya yang mengomel panjang lebar.

"No need to ask your opinion," ucap Ara sinis kemudian berjalan mendahului sahabatnya.

"Dasar anak setan."

"Oliv monyet, diem!"

Olivia─sahabat Ara─memutar bola matanya jengah, lalu ikut melangkahkan kakinya menyusul Ara yang berjalan menuju ke kelasnya.

"Lo tadi baca novel apa sih? Kayaknya kesel banget?"

"Tau tuh novel apaan. Kalo gak salah judulnya 'To Protect You' apa gimana gitu," Olivia mengangguk-angguk paham. Tidak membalasnya karena tahu Ara akan melanjutkan penjelasannya dengan emosi meledak-ledak.

"Bisa-bisanya tokoh yang jadi antagonis gegara diancem mati abis itu novelnya tamat. Penulisnya edan. Harusnya si antagonis yang asli dong yang mati. Tau ya, gue kesel sama si Nathan juga. Apalagi si Vera. Ihhhh si jamu mens juga tuh, ngeselin. Pengen gue tendang mukanya," Ara menggerakkan kaki kanannya menendang udara di akhir kalimatnya.

Sudah Olivia bilang. Gadis itu akan menjelaskan lebih detail dengan emosi menggebu-gebu. Menyebut nama-nama tokoh novel yang ia benci, tanpa menyadari bahwa Olivia tidak tahu mereka memerankan apa.

"Iya, iya. Sabar ya, Arabella," ucapnya sambil menepuk pelan punggung sahabatnya.

"Gue tuh juga heran gitu ya. Abis si Rea mati, ending ceritanya tuh bentuk narasi. Iya, narasi. Dijelasin kalo mereka kemana dan sama siapa doang. Dimana-mana, novel kalo antagonisnya udah di kick ya ceritanya bakal fokus ngejelasin penyelesaian antar pemeran utama. Lah ini gajelas anjir. Tau ah kesel gue!"

Olivia terus menepuk punggung Ara selama gadis itu mengoceh. Sesekali tersenyum dan melirik sekitar, kalau-kalau ada orang lain yang terganggu dengan suara sahabatnya.

"Lo tau siapa Nathan?" Ara tiba-tiba menoleh menatap Olivia, sedang yang ditatap ikut menoleh dengan alis terangkat sebelum menggeleng sebagai jawaban.

"Lo harus tau kalo Nathan itu pacarnya si Rea. Dia cuma manfaatin si Rea doang. Mana sering banget jalan sama Vanya. Padahal pas diajak Rea jalan tuh si Nathan sering gak mau. Heran banget si Rea mau-mau aja diancem si nenek jamu menstruasi cuma gara-gara takut Nathan tau kalo bapaknya di RSJ. Padahal kan kalo tau, kemungkinan si Nathan gak mau pacaran lagi sama Rea, dan Rea gak bakal dimanfaatin lagi."

Olivia mengangguk-angguk mendengarkan ocehan penuh emosi yang keluar dari mulut Ara.

"Ih, lo dengerin gue gak sih?" tanya Ara dengan mata mendelik menatap Olivia curiga.

"Iya dengerin. Si nenek jamu menstruasi pasti namanya Kiranti kan?"

"KOK LO TAU?"

Ara menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Olivia tak percaya, sedang yang ditatap membalikkan kepala Ara lagi dan kembali melanjutkan langkahnya yang tadi juga sempat berhenti.

"Kita temenan baru kemaren apa ya?"

"AAAAA. JADI SELAMA INI LO DENGERIN GUE CERITA YA?"

Ara langsung melingkarkan tangan kirinya ke leher Olivia, menarik gadis itu untuk mendekat. Membuat keduanya berjalan beriringan dengan Olivia yang badannya miring.

"Ya gimana mau gak dengerin kalo tiap abis cerita lo mencak-mencak bilang, gue gak dengerin lah bla bla bla lah. Hadeh," ucap Olivia diakhiri dengan bola mata berputar.

Meski Olivia terkesan ogah-ogahan dan tak peduli dengan segala omongan yang keluar dari mulut Ara. Faktanya, semua yang keluar dari mulut Ara ia dengarkan bahkan dari hal terkecil sekalipun.

Gadis itu juga selalu menjadi alarm terbaik Ara ketika gadis itu lupa waktu ketika membaca novel. Sering juga menjadi tempat luapan emosi gadis itu setiap kali terbawa perasaan dengan novel yang ia baca.

Arabella yang selalu suka membaca novel hingga terbawa suasana, selalu merasa beruntung memiliki sahabat seperti Olivia yang meski kadang seperti setan.

Entah apa jadinya jika Arabella memiliki sahabat seperti Vera. Sahabat tokoh salah satu novel 'To Protect You', yang tanpa perasaan mampu menusuk sahabatnya sendiri dari belakang.

Yang mana lebih parahnya, kelakuan busuknya baru diketahui sahabatnya saat nyawanya di ujung tanduk.

----

"Gue duluan ya, Ra. Tiati," Olivia melambaikan tangannya sebelum melajukan motornya dan bergabung dengan kendaraan lain di jalan raya.

"Dahhh!" Ara melambaikan tangannya balik, tatapannya mengikuti perginya Olivia dan motornya.

"RABEL!"

Ara menoleh ke arah suara teriakan yang memanggil namanya. Namanya yang diambil secara tidak aesthetic untuk panggilan 'Rabel', siapa lagi? Hanya kakaknya. Di sebrang jalan raya berdiri kakak laki-laki Ara, Andre.

"CEPETAN!"

Ara memutar matanya kesal sebelum mendekat ke jalan raya. Ia menoleh ke kanan kiri dan mulai melangkah ketika sepi.

Tinn Tinnn

Ara menoleh ke arah kanan ketika sebuah suara klakson berbunyi amat nyaring di telinganya. Sebuah mobil mewah tampak melaju dengan kencang padahal sebelumnya, mobil itu tak nampak.

Dengan tergesa-gesa, Ara sedikit berlari agar segera sampai di sebrang jalan. Namun sayangnya, tas punggung gadis itu tercantol di spion mobil tersebut.

Membuat tubuh gadis itu harus ikut tertarik mobil sebelum terlempar jauh ketika mobilnya mengerem dadak.

Brakk

"ARA!!"

To be continue...

Am I Antagonist? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang