dua puluh sembilan

44.1K 7.4K 384
                                    

Brakk

Sesampainya di rumahnya, Nathan membuka pintu dengan kasar hingga menimbulkan bunyi yang cukup memekakkan telinga. Langkah cowok itu juga menggebu-gebu memutari seisi rumah untuk mencari keberadaan Mamanya.

Di ruang tengah, Nathan menghentikan langkahnya dan menatap Mamanya yang tengah bersantai sambil melihat-lihat majalah fashion ditemani dengan televisi menyala. Ia tahu, Mamanya baru saja pulang kerja dan bertemu dengan kekasihnya.

Mamanya, bekerja di salah satu perusahaan sebagai sekretaris. Dan ia tahu, Mamanya menjalin hubungan dengan atasannya. Setiap malam Mamanya itu diantar oleh pria itu. Tidak hanya dengan pria itu, semenjak orang tuanya bercerai empat tahun lalu, Mamanya selalu menjalin hubungan dengan para konglomerat beristri.

Sudah sering kali ia mengingatkan Mamanya untuk tidak mengencani pria beristri. Tapi Mamanya keukeuh dengan alasan, itu satu-satunya cara agar kebutuhan mereka berdua tetap terpenuhi dan juga itu bukan urusannya.

Padahal ia tahu, bahwa Pamannya masih terus memberi pemasukan pada Mamanya dengan jumlah tidak sedikit agar kehidupan mereka tidak harus terus berhemat. Pamannya, selaku pewaris perusahaan pusat keluarganya melakukan itu karena surat wasiat dari Kakeknya.

"Mama bohong ya ke Nathan?!" Nathan menatap Mamanya dengan amarah yang terlihat jelas di matanya. Wanita kepala empat itu mendongakkan kepalanya menatap anaknya dengan kerutan di kening.

"Kamu udah makan, Sayang?" Diva, Mama Nathan bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya pada majalah sedikitpun.

"JAWAB AKU, MA!"

"Kamu kenapa, Nathan? Pulang-pulang marah-marah," Diva menutup majalahnya dan beralih fokus pada anak satu-satunya itu dengan raut bingung. "Mama bohong soal apa?"

Nathan menatap Mamanya geram, rahangnya terkatup rapat hingga membuat giginya bergemelutuk ngilu dan urat-urat di lehernya tampak menonjol.

"MAMA BOHONG SOAL PAPA SELINGKUH, KAN?!" Nathan berteriak marah hingga membuat suaranya bergema di seluruh penjuru rumah. Diva sempat tertegun mendengar perkataan anaknya.

Diva berdiri dari duduknya setelah menaruh majalahnya di nakas samping sofa tempat duduknya. Perempuan itu mendekat ke arah anaknya.

"Emangnya Mama kapan pernah bohong? Benerkan, Papamu itu sekarang punya istri baru?" Diva memegang pundak Nathan dan menatap yakin anaknya. "Mama juga udah pernah bilang kan, istri baru Papamu itu pacar Papamu sebelum nikah sama Mama. Jadi udah jelaskan kalo selama ini Papamu masih punya hubungan sama perempuan itu. Katamu juga, kamu ketemu anak Papamu sama perempuan itu, kan?"

Nathan menggendikkan bahunya keras-keras sampai tangan Diva terlepas dari sana. Cowok itu menatap marah Mamanya.

"BUKAN AKU YANG BILANG!" Nathan berteriak lagi. "Mama sendiri yang bilang waktu ngedaftarin aku SMA dan ngeliat Papa nganterin anak itu bareng istri barunya," Nathan mundur selangkah setelah berucap dengan lirih.

"Aku gak tau Mama beneran atau pura-pura gak tahu soal ini dan nyuruh aku buat bales dendam lewat Rea. Tapi yang jelas, Rea bukan anak Papa kayak yang Mama omongin," setelah selesai berucap, Nathan langsung melangkah meninggalkan Mamanya yang tertegun di tempat.

Bagaimana bisa Nathan tahu soal itu?

Diva mengepalkan kedua tangannya diikuti rahang yang mengatup marah. Jika begini caranya, ia tidak bisa memanfaatkan Nathan untuk menghancurkan rumah tangga Agung dengan Widya.

Ia tidak pernah suka melihat Agung terlihat bahagia setelah menikah dengan teman sekelas semasa SMA-nya. Dulu ia menyukai Agung diam-diam, tak pernah berani mengungkapkan perasaannya karena ia dicap sebagai gadis pendiam.

Am I Antagonist? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang