empat puluh enam

9.4K 1K 23
                                    

"Kirain Kiranti bakal tobat abis kecelakaan. Taunya makin parah aja."

Savita mengalihkan pandangannya ke arah Rea yang sibuk menyeruput es jeruk di depannya setelah selesai bicara.

"Lo beneran gapapa, Re?" Rea yang mendengar pertanyaan Savita itu menghentikan kegiatannya, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan keras sebelum menatap Savita dengan tatapan jengah.

"Udah berapa kali lo nanya kayak gitu dari tadi pagi, Sav?" Rea menatap malas Savita. "Jawabannya masih sama, gue gapapa pake banget!" jawabnya dengan penuh tekanan membuat Savita diam.

"Harusnya lo lebih khawatir sama Vanya. Dia sampe dikeroyok sama para dayangnya Kiranti tadi," Rea kembali melanjutkan ucapannya sambil meraih kentang goreng yang ia pesan sebagai camilan dan memakannya.

"Dia di UKS, kan?" Rea mengendikkan bahunya acuh.

"Kurang tau juga sih, dari pagi habis gue liat dia sama Agam udah gak keliatan lagi," Savita mengerutkan keningnya bingung, kenapa sepertinya Rea tidak begitu peduli lagi dengan keadaan Vanya yang pergi bersama Agam. Biasanya gadis itu yang paling khawatir soal Vanya.

"Lo gak takut Vanya diapa-apain sama Agam?" Rea memakan kentang gorengnya lagi sembari menatap Savita yang berbicara.

"Udah enggak. Agam udah baik sama Vanya. Buktinya dia dibeliin hape sama tuh cowok," Savita menaikkan sebelah alisnya penasaran. "Tadi pagi Vanya dihajar sama Kiranti kan gara-gara Kiranti tau Vanya dikasih hape sama Agam."

"Iphone 14 Pro Max warna space black itu?" Rea menganggukkan kepalanya sambil kembali meraih kentang gorengnya.

"Baru dua hari dipake udah dirusak," Rea memasang wajah menyayangkan. Iphone keluaran terbaru itukan harganya tidak murah. Tapi belum apa-apa sudah dirusak oleh manusia gila yang tidak ikut membeli.

"Kok lo tau?" Rea menaikkan sebelah alisnya mendengar pertanyaan Savita. Apa gadis itu belum dengar ceritanya dari Vanya?

Kemarin setelah pulang dari pantai tiba-tiba ada nomer tidak dikenal yang mengirimnya pesan whatsApp, dan ternyata itu dari Vanya. Gadis itu kemudian menelponnya, dan akhirnya menceritakan apa yang terjadi pada hari itu kepadanya.

"Kemarin habis dapet hape dia chat gue, terus telfon cerita soal itu. Dia gak chat lo?" Rea mengerutkan keningnya bingung mendapat jawaban Savita berupa gelengan.

"Mungkin Vanya lupa," Savita mengangguk kemudian menundukkan kepalanya. Sedikit kecewa dengan kenyataan yang dia dengar, tapi memangnya kenapa harus kecewa? Selama ini memang Rea yang selalu membela Vanya mati-matian, pantas jika hanya Rea yang diingat.

"Lupa apa emang gak dianggep?" Rea dan Savita langsung menoleh ke arah sumber suara. Terlihatlah Kiranti dengan dua pengikutnya berjalan mendekat ke arah meja mereka.

Kiranti langsung duduk di samping Savita dan merangkulkan sebelah tangannya di pundak gadis berkacamata itu. Sedangkan Laura dan Kayla memilih berdiri di belakang Kiranti dan Savita.

Savita yang merasa risih dengan tangan milik Kiranti yang bergelantungan di sisi pundaknya melepaskannya pelan dengan tatapan aneh yang dilayangkan ke Rea, seolah melemparkan pertanyaan ke arah Rea mengenai keanehan Kiranti.

Rea yang menyadari tatapan Savita hanya menggeleng pelan sambil melirik aneh juga ke arah Kiranti.

"Kadang lupa sama gak dianggep itu beda tipis loh," Kiranti melayangkan tatapan mengejek ke arah Savita.

"Berisik lo!"

Pukk

Kiranti memejamkan matanya saat sebuah sedotan bekas dilemparkan ke arah mukanya, ditambah dengan tetesan air beraroma jeruk muncrat dari ujung sedotan itu dan mengenai pipinya.

Am I Antagonist? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang