tiga

84.1K 11.7K 542
                                    

Ara mondar-mandir di dalam UKS sambil menggigiti kuku jarinya. Savita yang masih setia duduk di atas ranjang memandang gadis itu bingung.

"Gue Rea, Adrea. Tapi gue Ara," gumamnya pelan. Langkahnya yang mondar-mandir tiba-tiba berhenti dengan kepala yang semula sedikit menunduk, memandang ke depan dengan raut wajah kaget seolah baru menyadari sesuatu.

"Nathan. Tadi Bara nyebut nama Nathan. IYA, NATHAN!" pekiknya sambil menatap Savita tiba-tiba.

Savita yang ditatap dengan pandangan sulit apalagi setelah Ara atau yang dikenalnya sebagai Rea memekik, memanggil nama Nathan, pacarnya.

"Eh, gini Re. Tadi, si Bara bilang kalo kelasnya Nathan ada pelajaran yang dilanjut sampe istirahat apa gimana gitu. Makanya yang ngejagain lo si Bara. Tapi, tadi Bara bilang kalo Nathan─"

"Nathan pacar... gue?" tanya Ara ragu sambil menunjuk dirinya sendiri dengan wajah syok.

"I-iya kan..?" tanya Savita ikutan ragu.

"BUSET, INI GIMANA CERITANYA ANJIR!" teriak Ara sambil beralih duduk di lantai. Kedua kakinya menendang-nendang, sedangkan kedua tangannya mengacak rambutnya asal. Membuat rambut berkuncir satu yang sudah berantakan semakin kusut.

Savita mendelik mendengar teriakan Rea, ia langsung turun dari ranjang dan berjongkok di samping gadis yang sudah mirip orang gila itu. Mengerutkan kening khawatir menatap Rea, sesekali menatap keluar bilik ranjang yang tadi ditempati gadis itu.

"KENAPA BISA GINI SIH? SALAH GUE APA, BUSET! MANA NTAR MMM.."

"Rea, suara lo jangan kenceng-kenceng. Ini UKS!" ucap Savita sambil membekap mulut Rea, agar gadis itu tak lagi berteriak.

Ara yang sudah frustasi dengan kenyataan bahwa kini ia menjadi Rea, Adrea dalam novel yang baru tadi siang membuatnya emosi berjudul 'To Protect You' tampak pasrah dengan Savita yang membekap mulutnya. Gadis itu masih fokus menangisi takdirnya yang sudah tertulis, yaitu mati karena dianiaya pemeran utama pria.

Seakan dapat pencerahan, gadis itu menghentikan tangisannya yang bahkan tidak menghasilkan air mata. Raut wajahnya mencerah saat menyadari bahwa ia masih punya kesempatan untuk tidak mati muda. 

Tentu saja ia bisa hidup lebih lama dan tenang jika saja ia tidak menjadi bucin seorang Nathan yang bahkan hanya memanfaatkannya. Lagipula, dengan tidak perlu malu jika kenyataan bahwa Ayahnya menjadi pasien Rumah Sakit Jiwa diketahui teman-temannya, ia jadi tidak perlu menuruti ancaman si jamu menstruasi untuk membully Vanya. Jadi kan ia aman-aman saja dari tragedi penganiayaan.

Savita yang melihat Rea sudah tampak tenang melepaskan bekapannya. Menatap bingung ke arah Rea yang seakan tengah memikirkan utang negara.

"Eh? Kenapa gue panik ya? Kan bisa aja ini cuma mimpi gue jadi Rea pacar Nathan yang lain. Bukan di novel itu," gumamnya sangat pelan dengan kening berkerut. Ia menoleh ke arah Savita dan meneliti wajah gadis itu, membuat sang empu mengernyit tidak nyaman.

Bagaimana tidak jika tatapan gadis itu saat menelitinya sangat tajam?

"Lagian dia Savita. Harusnya kan Vera sahabat gue yang ngejagain gue," Ara mengangguk-angguk meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini hanya mimpi dan kebetulan memiliki nama dan pacar yang namanya juga sama dengan salah satu pasangan kekasih dalam novel 'To Protect You' sambil menatap ke depan lagi.

"Oh? Lo nyariin Vera?" Ara menoleh menatap Savita dengan horor saat gadis itu menyebutkan nama Vera. Kewaspadaannya kembali meningkat.

"Gue tadi udah bilang kan kelasnya Nathan, IPA 1 katanya diterusin pelajarannya. Vera juga pastinya lagi pelajaran, jadi gak bisa jagain lo."

Am I Antagonist? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang