lima belas

65.3K 10K 450
                                    

Brakk


"Makan!"

Agam datang-datang menaruh mangkok berisi nasi berkuah warna oranye dan permen Chacha di hadapan Vanya. Menyuruh gadis itu untuk memakannya di tengah keramaian kantin yang kini perhatiannya terfokus pada mereka.

Vanya menoleh dan mendongak, menemukan Agam yang berdiri dan menatapnya dengan tatapan meremehkan. Kali ini cowok itu mendatanginya sendiri, tanpa teman-temannya. Gadis itu menatap ke arah mangkok di hadapannya lamat-lamat, lalu menatap takut ke arah Agam lagi.

"Makan. Tunggu apa lagi?" Agam mengerutkan keningnya kesal karena Vanya tak kunjung menuruti perintahnya. 

"Ta-tapi-"

Brakk

"Buruan makan!" sentaknya sambil menendang meja hingga membuat kuah dalam mangkok  yang aslinya adalah fanta rasa jeruk tumpah sedikit karena guncangan. Vanya berjengit kaget, memilih menatap ke arah mangkok berisi menjijikan di hadapannya.

"Kenapa? Nyariin Rea buat bela lo lagi?" Agam membungkuk dengan tangannya yang menahan di meja, menatap Vanya sambil berkata dengan nada dingin.

"Gam, gak usah ganggu Vanya dulu," Agam menoleh ke arah Bara yang membela dengan santai. 

"Apa?" Agam mengerutkan keningnya tidak percaya mengetahui Bara yang selama ini hanya diam-tidak mendukung dan tidak membela-, beralih menjadi membela gadis itu. 

Apakah tebakan Leo tentang temannya ini yang menyukai Vanya itu benar?

"Gak usah ganggu Vanya dulu. Lo balik aja," Bara mengulangi pembelaannya ditambah dengan permintaan yang diiringi dengan gerakan dagu menunjuk ke arah meja tempat ketiga temannya yang lain ditambah teman-teman seperkumpulan mereka dari kelas lain yang mulai berdatangan duduk memperhatikan mereka.

Agam mengerutkan keningnya tidak suka, ia menegakkan tubuhnya memandang Bara. "Lo siapa berani nyuruh gue?"

Vanya menelan ludahnya susah payah, "U-udah. Kalian gak usah berantem. Ini aku makan aja," gadis itu berucap setelah meyakinkan dirinya sendiri agar tidak mual ketika memasukkan makanan berkuah fanta itu ke mulutnya. Ia tidak ingin menjadi penyebab Agam dan Bara bertengkar dan berakhir rusaknya persahabatan mereka. 

Ia tahu, dirinya tak seberharga itu.

Keduanya menoleh menatap Vanya dengan pandangan berbeda. Agam menatapnya dengan ekspresi menunggu disertai senyum kemenangan, sedangkan Bara menatap dengan raut wajah gamang.

Ia takut jika Rea sampai melihat Vanya menuruti perkataan Agam sedangkan ada ia di tempat kejadian perkara. Rea akan mengecapnya sebagai cowok tidak bertanggung jawab yang tidak bisa melindungi dan menjaga seorang gadis.  

Vanya mengangkat sendok berisi nasi, kuah, dan sebuah permen chaca yang warnanya mulai pudar. Bibirnya mengerut menatap sendok di tangannya.

"Ayo! Nunggu apa lagi?"

Prang

"Lo apa-apaan sih?" 

Agam mundur selangkah karena didorong Rea cukup kencang. Gadis itu menatapnya marah dengan kening berkerut. Cowok itu memasang ekspresi kaget dan menelan ludahnya, ia tidak menyangka Rea akan kembali secepat ini. Ia pikir, Rea baru akan datang setidaknya setelah Vanya memakan sesendok nasi berkuah fanta itu.

Leo, Vano, dan Ricard langsung berdiri dan mendekat melihat Agam didorong oleh Rea. Kiranti yang beberapa saat sebelum Rea kembali dari toilet sudah duduk di salah satu meja di kantin mengerut tidak terima dan mulai mendekat, kedua temannya tak urung ikutan.

Am I Antagonist? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang