empat puluh tujuh

9.7K 1K 44
                                    

halo gais!!!
tolong komen dongg, biar lusi semangat:(

•••••

"Bara kenapa ya?"

Rea membalikkan tubuhnya yang terngah berbaring di kasur menjadi tengkurap. Gadis itu bingung dengan sikap Bara.

Cowok itu tiba-tiba menjadi diam, tidak, sangat diam. Tidak mengeluarkan satu patah katapun. Saat pulang tadi juga begitu, ia turun dari motor dan langsung pergi begitu saja. Tidak seperti biasanya.

Ini semua bermula saat mereka bertemu di tangga, ada Nathan juga di sana.

"Apa Bara marah gara-gara gue sama Nathan tadi ya?"

Rea mengerutkan keningnya bingung. Berusaha menerka-nerka apa alasan Bara marah padanya.

"Tapi kemarin kan gue udah ngejelasin kalau gue sama Nathan tuh gak ada apa-apa."

Rea kembali berguling, membuat posisinya kembali terlentang.

"Apa marah sama orang lain?"

Rea memasang jari telunjuk dan jempolnya di dagu, mengerutkan keningnya seolah tengah berpikir dengan keras.

"Tapi kenapa yang didiemin gue?"

Rea menghembuskan nafasnya keras-keras.

"Gue ke rumahnya apa ya?"

Tangan Rea kini beralih meraih benda pipih yang ia taruh di atas bantal. Menekan tombol power hingga membuat layarnya mengeluarkan cahaya.

"Gak ngechat juga," Rea menghembuskan nafasnya frustasi.

"Kalo gue ke rumahnya, kayak aneh gitu gak si?" Rea mengerutkan keningnya bingung. "Maksudnya gue cewek anjir, masa iya dateng ke rumah cowok tanpa disuruh atau diajak gitu? Kan gengsi," Rea mengerutkan wajahnya, seolah ingin menangis walau tidak mengeluarkan air mata.

"Udah ah, keluar dulu aja. Suruh Bara nyusul. Kalo dia gak dateng. GUE PUTUSIN, AHAHAHA!" Rea tertawa dengan kencang dengan nada seram seperti mak lampir, ditambah dengan kedua tangannya yang terangkat seolah-olah mengeluarkan sihir.

Gadis itu bangkit, menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya langsung menuju ke walk in closet dengan mengenakan bathrobe untuk memilih baju.

Rea keluar dari walk in closet dengan celana pensil highwaist berwarna putih dengan baju rajut lengan pendek soft army. Di tangan gadis itu tertenteng sepasang sepatu putih dan sebuah shoulder bag berwarna putih di sebalah tangannya lain.

Rea langsung mematut dirinya di depan cermin. Sibuk dengan riasan dan rambutnya yang bingung ia apakan.

"Gini aja kali ya?" tanya Rea pada dirinya sendiri sambil memperhatikan pantulan wajahnya yang telah dirias tipis dan berbingkai rambutnya yang di urai bebas.

"Udahlah. Buruan berangkat abis itu pap ke Bara buat caper deh," Rea berucap sambil kemudian berbalik dan memakai sepatu juga mengisi tasnya dengan dompet dan perintilan lainnya.

Setelah siap, gadis itu langsung buru-buru meminta Pak Imam untuk mengantarnya ke salah satu mall yang jaraknya cukup dekat dengan rumah Bara.

Sesampainya di mall tersebut, Rea langsung memilih rumah makan khas barat yang tampak tidak terlalu ramai. Gadis itu memesan makan dan minum untuknya sendiri, akan memalukan jika ia menunggu di sini tanpa pesan apa-apa. Mau taruh dimana mukanya yang cantik ini?

Selagi menunggu pesanannya, Rea mengeluarkan handphone-nya. Gadis itu segera membuka aplikasi berwarna hijau, beralih ke room chat dengan Bara, dan langsung mengirimkan foto penampakan di depannya.

Am I Antagonist? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang