empat puluh delapan

7.9K 881 68
                                    

"Morning world!"

Seluruh perhatian siswa-siswi yang telah ada di kelas XI IPS 1 beralih ke arah Rea yang datang dengan raut wajah riang. Beberapa siswa tampak menyapa balik gadis itu yang dibalas dengan senyuman lebar.

Gadis itu langsung berjalan menuju bangku miliknya yang kini telah diduduki Savita dan Vanya.

"Gak berangkat bareng Bara, Rr?" Savita yang melihat kedatangan Rea sendirian langsung melontarkan pertanyaan. Biasanya tidak berselang lama dari kedatangan gadis itu, sosok Bara juga ikut masuk ke dalam kelas.

"Bareng kok. Dia lagi di parkiran nunggu Ricard," Rea menjawab dengan menaikkan kedua alisnya tengil. "Maaf aja ya, apaan tuh berangkat sekolah sendirian? Jomblo ya?" Rea terkikik geli sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

"Yang berangkat bareng gak lo doang," Savita yang mendengar ejekan Rea langsung menyahut.

"Lo tadi sama Vano?" gadis berkacamata itu mengangguk.

"Kalo Vanya gimana? Berangkat bareng cogan apa berangkat ala jomblo?" Vanya yang mendengar pertanyaan Rea tersenyum malu.

"Sama Agam, Re," jawabnya pelan malu-malu. Gadis itu sempat melirik ke arah Agam yang duduk di bangkunya bersama Vano dan Leo.

"Waduuhh. Hari ini pasti pada seneng semua," Rea menyodorkan tasnya ke arah Vanya yang duduk di bangku miliknya. Dengan senang hati, Vanya mengambil alih tasnya dan menaruhnya di atas meja.

"Trio cecan berangkat ala princess yang dijemput pangeran semua," Rea kembali melanjutkan ucapannya dengan nada riang sembari duduk di bangku yang ada di depan Savita milik Tasya. Gadis itu duduk terbalik agar tetap menghadap kearah kedua temannya.

"Cecan cecan. Muka kayak pantat sapi aja sok ngaku-ngaku cecan," mendengar suara yang bagi Rea adalah polusi suara itu membuat mood gadis itu turun drastis.

Rea melirik tiga gadis yang berdiri di samping bangkunya. Di sana berdiri Kiranti dengan kedua buntutnya yang memasang wajah songong.

"Aduh, kayak ada yang ngomong. Siapa ya?" tanya Rea pura-pura tidak dengar ke Savita dan Vanya.

"Oh, salah satu TRIO CECAN ini BUTA ya matanya?" tanya Kiranti dengan nada mengejek sembari melipat kedua tangannya di dada.

"Bukan buta, tapi emang muka lo gak lulus sensor mata gue!" balas Rea sewot sambil menatap Kiranti ogah-ogahan.

Beberapa siswa menoleh mendengar suara ribut kedua gadis itu. Begitu juga Agam yang menahan senyumnya mendengar ucapan ngawur dari mulut Rea.

Gadis itu masih tetap pemberani

"Gak lulus sensor?" Kiranti mengulangi kalimat Rea yang berhasil menyulut emosinya.

"Iya, gak lulus sensor. Soalnya merusak kenyamanan mata!" Rea memasang senyuman remeh, sebelum kembali menatap ke arah Savita dan Vanya.

Kiranti yang mendengar perkataan Rea tidak terima. Gadis itu mengambil alih botol berisi jus jambu milik Kayla, membuka tutup botol minum itu dan langsung menuangkan seluruh isinya ke arah Rea.

Tubuh gadis itu berjengit kaget, mulutnya ternganga merasakan kepalanya berat tertimpa cairan kental. Cairan merah muda itu turun membasahi wajahnya begitu juga seragamnya berubah menjadi warna merah muda dengan bintik-bintik kuning.

Kini seluruh murid yang ada di kelas langsung mengalihkan fokusnya ke arah keributan. Ini bukan hal pertama yang terjadi, tapi selalu asik untuk ditonton.

Rea memejamkan matanya, berusaha meredam emosinya yang sudah siap menyembur ke si pelaku.

"Eh, lo apa-apaan sih, Ran?! Masih pagi loh ini!" Savita berdiri dari duduknya, hendak mendorong pundak si antagonis tapi buru-buru ditahan serta didorong mundur oleh Laura.

Am I Antagonist? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang