sebelas

72.3K 12.2K 938
                                    

"Wahh, baru sadar sekelas isinya good looking semua."

Rea bertopang dagu di bangkunya sambil tersenyum-senyum tidak jelas memandangi satu persatu teman sekelasnya yang baru saja datang.

"Sav, sini!" Rea melambai ke arah Savita yang baru saja masuk dengan tangan yang menenteng tas bekal berukuran kecil.

Savita mengerutkan keningnya bingung, "Lo kenapa?" tanyanya sambil menaruh tas jinjingnya di atas meja dan beralih menyentuh dahi Rea dengan punggung tangannya. "Lo gak demam. Kenapa senyum-senyum sendiri? Kesambet lo?"

Rea tersenyum lebar ke arah Savita, matanya beralih menatap ke arah tas bekal milih gadis itu. "Apaan tuh?" tanyanya dengan sok imut.

"Buka aja kalo kepo," Savita menjawab acuh sambil beralih duduk dan melepaskan tas punggungnya.

Rea yang seakan diberi izin langsung menyeret tas bekal Savita mendekat, membuka resleting tasnya dan mengeluarkan kotak bekal berukuran kecil dua buah. Ia membuka kotak bekal pertama, matanya berbinar saat melihat cookies coklat yang menggiurkan.

"Ya, boleh," jawab Savita ketika Rea menatapnya memohon bahkan sebelum gadis itu meminta izin.

Rea tersenyum lebar, meraih satu buah cookies dan melahapnya langsung dalam sekali suap. Ia mengunyah cookies dalam mulutnya sambil membuka kotak bekal satunya. Di dalam kotak bekal yang itu berisi potongan buah apel yang masih segar.

"Habisin dulu di mulut lo!" Savita memeringati gadis itu saat melihat tangannya hendak mengambil apel dan berniat menyuapkannya ke dalam mulut, sambil meraih satu buah cookies juga yang dia makan perlahan. Rea meraih sepotong apel setelah cookies dalam mulutnya ditelan.

Berbarengan dengan itu, matanya yang hendak menatap ke arah pintu lagi untuk melihat teman-teman sekelasnya yang pastinya berparas elok. Tapi, yang ia lihat malah Agam dan keempat temannya yang masuk ke dalam kelas. Agam yang merasa ditatap seseorang menoleh, matanya bertemu dengan mata Rea yang membulat.

"UHUKK... UHUKKK!"

Rea terbatuk-batuk hebat sambil memukul-mukul dadanya. Savita menyodorkan botol air minumnya ke hadapan gadis itu dengan santai yang langsung diraih dan diteguk.

"Lo kayak lagi makan sambil liat malaikat maut lo yang tiba-tiba dateng aja," Rea menoleh ke arah Savita kaget mendengar perkataan gadis itu. "Kenapa?" Savita mengerutkan keningnya bingung.

"Gak papa," jawab Rea sambil menggeleng dan menatap ke arah bekal Savita lagi. "Ya emang malaikat maut gue tiba-tiba dateng tadi," gumamnya sangat pelan melanjutkan.

Agam yang sedari tadi masih memperhatikan Rea mengerutkan keningnya bingung saat menyadari gadis itu tampak sangat kaget melihatnya. Salah satu sudut bibirnya terangkat sedikit, tapi buru-buru ia hilangkan sedetik setelahnya.

Bara yang berdiri di belakang Agam menahan tawanya melihat wajah Rea saat tersedak tadi dengan berdehem.

"Pagi-pagi udah berulah aja tuh bocah," Vano berucap sambil terkekeh pelan diikuti kedua teman lainnya, Ricard dan Leo.

••••

Rea duduk di meja pojokan kantin, matanya mengawasi salah seorang cowok yang harus ia ajak bicara berdua hari ini demi kelancaran rencananya.

Savita yang baru saja memesan makanan duduk di samping gadis itu dengan kening berkerut. Tatapan matanya mengikuti ke arah yang sama dengan yang ditatap Rea. Alisnya terangkat bingung.

"Kenapa sama Bara?"

"SETAN!" Rea berjengit kaget saat mendengar suara Savita. Ia menoleh dan memukul lengan gadis itu karena kesal.

Am I Antagonist? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang