lima puluh

11.8K 776 43
                                    

"Gimana perasaan kamu, sayang?" seorang wanita paruh baya duduk di samping seorang gadis berumur 18 tahun yang tengah memainkan ponselnya dengan asik. Gadis yang merasakan kehadiran Mamanya itu lantas menoleh dan tersenyum lebar.

"Seneng banget, Ma. Akhirnya dua karya aku terbit semua," gadis itu tersenyum lebar, menampakkan deretan giginya. Terlihat jelas, bahwa gadis itu sangat amat senang dengan terbitnya novel keduanya yang merupakan sequel dari novel sebelumnya.

"Makasih banyak ya, Ma," perempuan paruh baya dengan rambut sebahu itu ikut tersenyum melihat anaknya.

"Sama-sama," tangan dengan kulit yang masih kencang meski telah berumur itu terangkat untuk mengelus kepala anaknya sayang.

"Mama baca, pemeran utamanya namanya persis kayak nama kamu," gadis itu menoleh lagi ke arah Mamanya. "Jadi keinget novel pertama kamu. Antagonisnya juga namanya Kiranti, kan?"

Gadis bernama Kiranti itu tertawa pelan mendengar perkataan Mamanya. "Emang sengaja sih, novel kedua ini sequel-nya novel yang pertama dulu," perempuan paruh baya yang bernama Hana itu mengangguk-angguk paham dengan jawaban anaknya.

"Kamu bayanginnya si Kiranti di novel itu kamu sendiri ya pas bikin?" tanya Hana dengan nada menggoda.

"Mungkin, iya?" jawaban Kiranti yang berupa pertanyaan membuat Mamanya mengerutkan keningnya.

"Kok mungkin?" tanya Hana lagi dengan penasaran.

"Ada dehh," jawab Kiranti dengan nada mengejek. Kemudian gadis itu berdiri dari duduknya dan melirik Hana yang sedang tersenyum maklum sekilas.

"Kiranti mau ke kamar dulu, Ma. Udah malem, waktunya tidur!" ucap gadis itu dengan semangat sambil melangkah meninggalkan ruang tengah dan juga Mamanya untuk menuju ke kamar miliknya.

"Jangan lupa diminum obatnya!" Hana memekik mengingatkan anaknya untuk tidak lupa minum obat. Perempuan paruh baya itu tersenyum lega saat melihat anaknya mengangkat tangan dan menunjukkan jempolnya, pertanda ia mendengarkan perkataannya.

Hana hanya takut, jika anaknya itu sampai lupa meminum obatnya, penyakit yang dideritanya akan kambuh dan membuatnya kembali berhalusinasi mengenai masuk ke dunia novel.

Kiranti yang telah memasuki kamarnya langsung melihat ke arah nakas samping tempat tidur, fokus pada botol obat yang biasanya ia minum dengan sebuah gelas berisi air putih di sampingnya. Tapi seolah tak mengingat perkataan Mamanya meski telah melihat kedua benda di atas nakasnya itu, gadis itu memilih untuk mengabaikannya.

Kiranti beralih membuka laci nakas yang ada di samping tempat tidur, mengeluarkan buku tebal yang sudah cukup usang dari sana. Ia beralih duduk di atas ranjang dan menaruh buku tersebut di pangkuannya.

"Gue yakin, kali ini bakalan berhasil!" gadis itu tersenyum miring.

Perlahan dibukanya buku itu, hingga di bagian halaman yang ujungnya tertekuk. Di sana sudah banyak coretan-coretan yang ditorehkan. Namun di halaman tersebut terdapat sederet kalimat yang ditebali dengan stabilo hingga nampak mencolok.

Buku ini pertama kali ia temukan sekitar dua setengah tahun yang lalu. Begitu ia menemukan buku usang yang tampak antik ini, ia pun langsung membacanya. Bagaimana tidak jika judulnya sangat menarik baginya?

AKU MENJADI TOKOH NOVEL

Buat Dirimu Jadi Tokoh Novel yang Kau Sukai

Untuk dirinya yang sangat suka mengkhayal, tentu saja judul buku itu sangat menarik. Tidak ia sangka bahwa di dalam buku itu terdapat mantra untuk masuk ke dalam novel, seolah-olah buku itu dibuat tidak hanya untuk iseng semata. 

Am I Antagonist? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang