tiga puluh dua

43.7K 6.3K 309
                                    

Hari itu, akhirnya Rea pulang dijemput Pak Imam. Bara yang semula ingin mengantarkan gadis itu pulang hanya membantu menuntunnya ke mobil yang dibawa Pak Imam masuk ke area sekolah dan diparkir di halaman depan UKS.

Hari Seninnya, lomba flashmob diadakan. Satu persatu setiap kelas menampilkan flashmob mereka urut sesuai nomernya, sedangkan kelas yang belum waktunya tampil bisa menonton di pinggir lapangan utama.

Kelas XI IPS 1 mendapat nomer urutan ke 7 untuk seluruh lomba perayaan ulang tahun sekolahnya. Tasya yang mencari video flashmob untuk kelasnya berakhir menjadi korban dan menjadi instruktur-nya sempat mengamuk, tapi akhirnya ia pasrah karena memang ia sudah hafal duluan. Rea waktu itu tidak mengikuti flashmob dikarenakan kakinya yang masih cedera.

Bara waktu itu sempat ingin tidak ikut lomba flashmob juga dengan alasan perutnya sakit. Tapi sayangnya, anak satu kelas tahu bahwa cowok itu berbohong dan memaksanya agar tetap ikut. Tentu saja Bara kesal, rencananya untuk menemani atau lebih tepatnya berduaan dengan Rea gagal.

Hari Selasa dan Rabunya, babak final lomba sport kecuali flashmob. Kelas XI IPS 1 kalah lomba futsal putri, dikarenakan saat pertandingan penyisihan waktu itu tidak dilanjutkan dan berakhir membuat kelas XII IPA 5 menang.

Beruntumgnya, meski tidak menang di lomba futsal putri. Kelas XI IPA 1 memenangkan lomba basket, tim basket kelas yang berisi para tokoh utama itu menyabet juara satu. Sesuai dengan apa yang tertulis dalam novelnya.

Rea yang kakinya masih dibebal dengan perban elastis, hanya menonton ditemani Savita dan Vanya. Hubungan ketiganya tetap akrab seperti biasanya. Meski awalnya Vanya sedikit merasa terasingkan, tapi akhirnya gadis itu sadar bahwa waktu itu ia yang keterlaluan pada Rea.

Bagaimana tidak?

Ia teman yang bisa dibilang akrab dengan Rea, tapi ia sebentar pun tidak menjenguk gadis itu di UKS. Ia malah sibuk dengan perasaan terasingnya sendiri.

Untungnya, Rea adalah teman yang baik. Gadis itu bahkan yang mendekatinya lagi dan sama sekali tidak membahas hal tersebut. Bahkan ketika Vanya meminta maaf, Rea menjawab dengan santai seolah itu bukan masalah besar. Katanya, setiap orang pasti punya waktu dimana mereka lupa, jadi wajar.

Tapi, ia bukannya lupa. Ia hanya egois karena hanya memikirkan perasaannya yang kacau waktu itu.

Setiap malam Rea juga masih latihan untuk pensi mereka di rumah Vano ditemani Savita. Selama itu pula, Bara selalu mengantar dan menjemputnya kemanapun tanpa diminta menggunakan mobil mengingat kaki gadis itu yang masih cedera. Begitupun hari ini, hari Kamis. Hari dimana lomba-lomba non-sport diadakan, termasuk lomba fashion show dan pentas seni. 

Rea telah memakai setelan baju berwarna gelap layaknya vokalis lagu rock. Kaos hitam dengan sablonan bergambar bibir berwarna merah yang tengah menjilat permen dimasukan ke dalam celana jeans berwarna gradasi biru tua kemudian dibalut jaket kulit hitam.

Gadis itu juga memakai sepatu kulit berhak 7 sentimeter, rambutnya dicatok keriting gantung yang kemudian ia gerai. Make up-nya juga tidak berlebihan, cenderung natural hanya saja bibirnya memakai lipstick berwarna nude gelap yang terlihat mencolok.

Tak beda jauh dengan Rea, keempat cowok anggota band kelas XI IPS 1 itu memakai pakaian serba gelap juga, mereka sudah mirip dengan band pop-rock pada umumnya. Kelimanya saat ini tengah berada di kelas, sembari menunggu lomba pensi dimulai.

Agam dan Vanya yang merupakan perwakilan lomba fashion show, hari ini juga datang dengan setelan yang matching, sesuai dengan novel menggunakan kostum profesi pekerja kantoran. Outfit mereka sangat serasi, mengambil warna hitam putih yang terlihat elegan dan pas di tubuh keduanya.

Am I Antagonist? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang