tiga puluh lima

32.7K 4.8K 262
                                    

"Orang tua lo kemana, Bar?"

Bara yang telah selesai mengambil barangnya di kamar segera menghampiri Rea yang menunggu di ruang tamu ditemani dengan segelas es jeruk dan sepiring potongan bolu. Ia langsung ikutan duduk di samping gadis itu.

"Bokap kerja, Nyokap udah gak ada," Rea langsung membulatkan matanya mendengar jawaban Bara yang di luar dugaan. Ia tidak tahu Ibunya Bara sudah meninggal, ia jadi merasa bersalah telah bertanya. Takut-takut membuat Bara teringat lagi.

"Ya ampun, sorry Bar. Gue gak tau," Rea menatap Bara dengan kening berkerut bersalah. Ia juga memperhatikan wajah cowok itu, kalau-kalau menunjukkan raut wajah sedih.

Bara menoleh balik ke arah Rea, cowok itu fokus pada ekspresi wajah Rea dan berakhir tersenyum geli. Rea yang melihat itu langsung merubah ekspresinya menjadi bingung.

"Hah, lo kenapa senyum?" Bara yang mendengar perkataannya bukannya menjawab malah tertawa, membuat Rea menatap aneh ke arahnya.

Meskipun aneh, tapi di matanya Bara terlihat berkali-kali lebih menawan saat tertawa.

Hei, lo mikir apa lagi Rea?

"Sorry sorry, abisnya muka lo lucu kalo kayak tadi," Bara baru menjawab setelah tawanya mereda. Cowok itu lelah tertawa, memilih bersandar pada sofa dan memperhatikan Rea yang tatapannya juga mengikuti pergerakkannya.

"Maksud lo?" Rea mengerutkan keningnya kesal. Ia was-was jika kata 'lucu' yang dimaksud Bara lebih ke konotasi negatif, alias wajahnya terlihat jelek.

"Gak gak papa, udah dimakan aja," Bara menggeleng pelan, kemudian menunjuk ke arah piring berisi bolu di atas meja yang tadi disuguhkan oleh salah satu pembantu Bara.

Rea menatap Bara dengan tatapan curiga sebelum akhirnya beralih ke arah piring di atas meja dan mengambilnya satu potong. Memakannya dengan lahap dan mengakhirinya dengan minum.

"Udah?" tanya Bara memastikan setelah melihat Rea menaruh gelas es jeruknya yang sudah tandas. Gadis itu menoleh ke arah Bara dan mengangguk pelan.

"Yaudah, ayo!"

Rea ikut berdiri saat Bara berdiri duluan, ia melangkah mengikuti Bara di belakang. Keduanya keluar dari rumah Bara yang besar dengan warna dominan krem dan coklat itu menuju ke arah mobilnya diparkir tadi. 

Rea masuk ke dalam mobil dengan dibantu Bara untuk membukakan pintunya, setelah menutup pintu tempat Rea duduk cowok itu memutari mobilnya dan masuk ke jok kemudi. Segera menyalakan mobilnya dan melaju meninggalkan pekarangan rumahnya.

Selama di perjalanan, Rea sibuk dengan handphone-nya sesekali menoleh ke arah jalanan. Lama seperti itu, Rea mengerutkan keningnya saat menyadari mobil itu berjalan sangat pelan. Ia menoleh ke arah Bara, memastikan apakah ada yang salah dengan cowok itu atau tidak.

Ternyata ada.

Cowok itu terlihat gelisah, tangan kirinya tidak berhenti pindah posisi, dari setir ke dagu lalu ke mulut kembali ke setir. Saat memegang setir pun terlihat sekali Bara meremat dan memukul-mukul kecil.

"Lo kenapa sih?" tanya Rea yang mulai muak melihat kegelisahan Bara yang terlihat sangat kentara. Bara menoleh menatap Rea dengan raut wajah santai yang sedikit terpaksa.

"Gak papa, kok," setelah menjawab dengan singkat, cowok itu kembali menghadap ke depan. Membuat Rea semakin mengerutkan keningnya bingung, tapi pada akhirnya gadis itu hanya mengendikkan bahunya acuh dan fokus mengutak-atik handphone-nya lagi.

Tak lama setelahnya, mobil yang ditumpangi keduanya itu berhenti. Membuat Rea yang menyadarinya lantas mendongak memperhatikan jendela di sampingnya untuk memastikan. Ia baru menoleh ke arah Bara dengan raut wajah bingung setelah yakin bahwa mobilnya benar berhenti di pinggir jalan dekat taman kota.

Am I Antagonist? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang