Part 3

3.3K 331 12
                                    

Jaemin menggosok pelembab pada kulitnya yang memerah terbakar, dia memang sesensitif itu.

Setelah itu dia duduk dikarpet dengan satu mangkok indomie yang masih mengepulkan asap dihadapannya.

Makan indomie sambil nonton upin-ipin memang paling mantap lah bagi Jaemin, gak ada lawan pokoknya.

"Wee..bodoh banget mail dasar gak peka" ucap Jaemin.

"Itu mei-mei suka sama kamu, memang dasar cuma duit aja yang dipandang" maki Jaemin.

"Woy susanti pelakor, jauh-jauh dari mail" seru Jaemin sambil menodongkan garpunya.

"Ahh gak seru lah, upin sok bijak"

"Mabeless mabeless"

Jaemin menatap jam yang ada dihpnya lalu dia bergegas menghabiskan makanannya.

Setelah selesai makan Jaemin lalu berlari ke kamar dan mengganti pakaiannya.

"Jaemin berangkat dulu" ucap Jaemin lalu menutup pintu dan menguncinya.

Jaemin lalu berlari dengan cepat ditrotoar yang memang sedang sepi karena hari yang sudah mulai gelap.

Dengan ngos-ngosan Jaemin masuk ketempat yang dia tuju.

"Maaf terlambat" ucap Jaemin dengan tidak enak, karena orang-orang yang sudah berkumpul dan menatapnya.

"Terlambat sekali lagi dan aku akan memecatmu, dasar tidak pernah disiplin!" Sahut seseorang yang merupakan manager tempat Jaemin bekerja.

"Baik Pak, maafkan saya" ucap Jaemin dengan sopan.

Setelah itu dia lalu berjalan kebelakang dan mengganti bajunya dengan cepat dan kembali lagi untuk mendengar briefing dari atasannya.

Semua karyawan lalu bubar dan mulai mengerjakan tugasnya setelah briefing selesai, begitupun dengan Jaemin yang bertugas yang sekarang bertugas untuk melayani pelanggan.

"Kebiasaan lo itu, suka banget dengar tu aki-aki marah" ucap seseoarang yang mendekati Jaemin yang sedang membersihkan meja.

"Gue tadi gak lihat jam gegara nonton upin-ipin Chan" jawab Jaemin.

Membuat orang tadi yaitu Haechan sahabatnya mendengus, sudah terlalu terbiasa dia tuh dengan sikap Jaemin.

"Makanya buat alarm ogeb, lo mau dipecat!" Galak Haechan.

"Astaga santai mbak gak usah ngegas" sahut Jaemin.

"Matamu mbak, gue cowok!" Ucap Haechan.

"Nyenyenye" jawab Jaemin membuat Haechan melotot kesal.

"Gue cekek juga lo lama-lama" kesal Haechan.

"Gak takut, mending lo beresin meja sana deh, ganggu lo" ucap Jaemin membuat Haechan ingin menggampar wajahnya tapi dia menahan diri saja.

Mereka bekerja mulai jam 6 sore sampai dengan jam 10 malam, tapi sebenarnya mereka baru benar-benar pulang sekitat jam setengah 12 malam.

Jaemin merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal karena banyak pelanggan yang harus dilayani tadi.

Berjalan sendirian ditrotoar tengah malam begini cukup horor juga bagi Jaemin, dia jadi menyesal menolak tawaran Haechan yang ingin mengantarnya pulang tadi.

Jaemin berjalan dengan sedikit dipercepat matanya mengawasi kesana kemari dan dia berusaha menulikan pendengarannya karena siapa tau ada suara yang tidak-tidak nanti.

Hingga....

"Kretekk..."

"BUNAAA...!!!" Teriak Jaemin dan berlari kencang tidak peduli tubuhnya sudah pegal.

Dengan napas yang sudah ngos-ngosan dan begitu berat Jaemin rasanya ingin memekik senang karena berhasil sampai dirumahnya dengan selamat.

"Astagaa Tuhan hampir saja anakmu yang manis ini diculik oleh mahluk jelek tak tau diri suka muncul tiba-tiba" ucap Jaemin dengan bersujud syukur.

Menghindari tiduran dikasur yang membuatnya tidak akan bangun lagi sampai besok, maka Jaemin langsung mandi saja.

Setelah mandi dan membersihkan diri Jaemin merenggangkan ototnya sebelum mulai mengerjakan PRnya.

Jam sebenarnya sudah menunjukan pukul 1 dini hari tapi Jaemin tetap mengerjakan tugasnya karena dia tidak mau terkena siraman rohani besok.

Dia baru selesai ketika jam sudah menunjukan pukul 3, Jaemin mengucek matanya yang terasa pedih.

"Tidur bentar lah" ucap Jaemin lalu menghempaskan dirinya dikasur setelah memasang alarm.

Rasanya baru saja Jaemin menutup matanya dan ini kenapa alarmnya sudah berbunyi saja.

Berusaha duduk dan memijat pelipisnya pelan, Jaemin bisa lihat jam yang menunjukan pukul 4 subuh.

Setelah termenung dan mengumpulkan nyawanya Jaemin bangun dan berjalan kedapur, dia ingin memasak bekal.

Jaemin memasak ayam goreng dan juga nasi goreng lalu menata rapi masakannya itu kedalam kotak bekalnya.

Setelah itu Jaemin langsung mandi dan bersiap ke sekolah karena jam yang sudah hampir pukul 5.

Jaemin memijat pelipisnya yang nyut-nyutan karena dia hanya sempat tidur satu jam saja.

Setelah siap Jaemin lalu berangkat kesekolahnya dengan berjalan kaki.

Dia memeluk dirinya sendiri dan karena udara yang terasa begitu dingin menembus jaket yang dia kenakan.

Bahkan wajahnya yang memang putih itu pun memerah lucu karena hanya hidung dan kedua pipinya saja.

Jaemin mengusap hidungnya yang terasa ingin ingusan karena udar yang terlalu dingin.

Setelah sampai sekolah Jaemin tidak langsung kekelas tapi dia malah duduk didepan kelas orang lain.

Jaemin duduk acuh saja dengan memasang wajah datar saat beberapa murid yang mulai berdatangan mulai menatapnya.

Senyum Jaemin terbit saat melihat wajah orang yang dia tunggu sejak tadi.

"Injun pagi..." sapa Jaemin dengan ceria.

Renjun hanya menatap datar pada Jaemin dan berlalu begitu saja, tapi langkahnya terhenti karena tangannya yang ditahan oleh Jaemin.

"Aku buatin kamu bekal, dimakan yaa" ucap Jaemin penuh harap dengan senyum manisnya.

"Buat lo aja" ucap Renjun lalu menyentak tangan Jaemin tapi Jaemin langsung berdiri dihadapannya menghalangi dia memasuki kelas.

Siswa lain hanya menatap tidak suka pada Jaemin dan mulai bergosip dengan nada keras tapi Jaemin tidak peduli.

"Aku udah buatin susah-susah lo, terimalah sekali-kali" bujuk Jaemin tapi Renjun hanya menatapnya datar.

"Gue gak peduli" jawab Renjun dingin.

"Paling tidak hargai" ucap Jaemin lalu menaruh kotak bekalnya ditangan Renjun.

Belum sempat Renjun mengembalikan bekal itu tapi kotak itu malah duluan direbut dari tangannya.

"Pagi-pagi gak usah ganjen dengan pacarku!" Sentak Chenle dan melempar kotak bekal Jaemin ke dalam bak sampah didepan kelas Renjun.

"Pagi sayang" sapa Renjun dengan senyum tipisnya sambil mengusap rambut Chenle.

"Kenapa tadi gak jemput?" Ucap Chenle dengan wajah cemberutnya.

"Loh, kata papa kamu dia yang bakal nganterin makanya aku gak jemput" jelas Renjun membuat Chenle mendengus.

"Gak usah dengerin lain kali, aku maunya bareng kamu aja" ucap Chenle sambil menggandeng lengan Renjun dan membawa masuk kedalam kelas.

Bahkan Chenle sengaja menabrakan bahunya pada Jaemin.

Jaemin hanya berdiri dengan diam, wajahnya datar tidak menampilkan ekspresi apapun.

Lalu Jaemin berbalik dan berjalan ke kelasnya dengan tenang.

"Tidak papa Injun, lain kali saja kalau begitu" bisik Jaemin dengan senyum tipisnya.













###########################

Rada membangongkan memang🙂

Please [RenMinHyuckNo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang