Part 22

2.1K 303 19
                                    

Setelah kejadian dimana Renjun yang lagi dan lagi melukai atau lebih tepatnya menyadarkan Jaemin akan betapa salahnya perasaannya.

Jaemin masih duduk termenung dikursi taman tadi dengan Haechan yang masih setia menemaninya.

"Gue kan sudah bilang ke lo untuk berhenti cari penyakit sendiri, bandel sih!" Ucap Haechan membuat Jaemin merengut.

"Gue gak tau rasanya sulit banget lepasin dia" ucap Jaemin pelan.

"Emangnya apa yang lo lepasin? Bersama dia aja lo gak pernah" ucap Haechan yang entah kenapa menohok Jaemin.

Menghela napas dalam Jaemin menunduk menatap kakinya sambil mendang beberap kerikil kecil.

"Yang membuat gue sulit pergi bukan karena kita memiliki hubungan, tapi karena perasaan gue yang masih terhubung ke dia" lirih Jaemin.

"Karena itulah buka mata lo dan lihat sekeliling lo, hati lo gak akan pernah benar-benar paham jika yang lo soroti cuma satu orang aja" ucap Haechan membuat Jaemin memandangnya bingung.

"Orang bilang kadang yang selalu 'ada' lah yang kehadirannya semakin tak terasa, dan gue rasa gue setuju dengan itu" ucap Haechan sambil berdiri dari duduknya dan merenggangkan ototnya.

"Maksudnya?" Tanya Jaemin.

"Pulang yuk, gue malas balik kerja" ajak Haechan mengabaikan pertanyaan Jaemin.

"Cepetan!" Ucap Haechan yang ternyata sudah berjalan lebih dulu meninggalkan Jaemin yang masih bengong.

Jaemin memandang punggung Haechan yang berjalan menuju mobilnya, lalu dia menghela napas, kadang Jaemin memang tidak bisa memahami isi pikiran sahabatnya itu.

"Tungguin..." ucap Jaemin lalu berlari kecil menyusul Haechan.

Haechan langsung mengantarkan Jaemin pulang dan setelah mengantar Jaemin pulang dia juga langsung pamit pergi.

Jaemin masih berdiri didepan rumahnya memandang kepergian mobil Haechan yang memang sudah hilang dari pandangannya.

"Apa aku melakukan kesalahan?" Tanya Jaemin pada dirinya sendiri.

Menghela napas dan mencoba mengabaikan segala pemikirannya dahulu Jaemin lalu masuk kerumahnya dan dia cukup terkejut saat melihat papanya yang duduk disofa ruang tamu sambil menatapnya dengan pandangan tidak terbaca.

"Darimana? Kenapa pulang malam?" Tanya Jaehyun.

"Tadi pulang kerja kelompok, diantar Echan kok" jelas Jaemin yang tentunya berbohong karena dia memang tidak ingin sampai papanya tau jika dia bekerja.

Jaehyun menghela napasnya lalu berdiri dan berjalan mendekat pada Jaemin, dia lalu mengusap rambut Jaemin dengan lembut.

"Jaemin tinggal ikut papa ya" ucap Jaehyun yang membuat Jaemin terkejut.

Jaehyun lalu membawa Jaemin kedalam pelukannya "Papa selalu cemas ketika Jaemin jauh dari papa, kita tidak bisa terus hidup begini sayang" ucap Jaehyun.

"Posisi Jaemin sama dengan Chenle yaitu kalian berdua semuanya anak papa jadi ketika melihat kalian hidup dengan cara yang berbeda begini papa sangat merasa begitu gagal" sambung Jaehyun.

"Jaemin baik-baik saja, aku tidak pernah mempermasalahkan apapun sejak awal, bisa bebas memeluk papa saja sudah lebih dari cukup bagiku" ucap Jaemin sambil membalas pelukan papanya itu.

Dia cukup paham pergumulan batin yang dirasakan oleh papanya itu tapi Jaemin memang tidak pernah mempermasalahkan apapun, memangnya apa yang dia harapkan dari posisinya? Jaemin lebih dari cukup dari sadar diri.

Please [RenMinHyuckNo]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora